Satria Bergitar Sang Raja Dangdut..
Dalam dunia musik melayu atau yang sekarang dikenal dengan musik Dangdut, pasti sudah pernah mendengar nama Zakaria pencipta lagu Hitam Manis (Mus Mulyadi), Luciana (Lilies Suryani) & Boleh-boleh Jangan (Titiek Sandhora) dan juga pimpinan dari OM.Pancaran Muda. Namun demikian, penulis sengaja menghadirkan beliau sebagai nara sumber dari perjalanan karier sang Raja Dangdut “Oma Irama” yang kemudian menjadi “Raden Haji Oma Irama” setelah menunaikan rukun Islam ke-lima. Lelaki yang berkarisma ini lebih dikenal dengan sebutan Bang haji, “RHOMA IRAMA” adalah salah satu penyanyi melayu binaan Zakaria. Pada tahun 2007 Atas kepeduliannya mengingatkan para seniman penerus musik Melayu/ Dangdut, untuk memperhatikan para seniman perintis sebelum mereka menutup mata yang terakhir. Zakaria, dinobatkan LIVETIME ACHIEVMENT di ajang bergengsi AMI DANGDUT AWARD - 2007. Berikut dari penuturannya ;
Rhoma, Mulai Berkarier
Sejak pertama kali menapakkan jejak di kancah musik Indonesia, Rhoma di masa remaja menunjukkan talentanya terhadap musik pop indonesia, barat dan rock n’ roll sudah mulai terlihat. Konon kabarnya sewaktu bersekolah di SMA St Yoseph-Solo, Rhoma, Benny Mucharam (kakak dari Rhoma) dan ketiga sahabatnya ‘Daeng, Umar & Haris’ menjadi pengamen di sepanjang jalanan kota Solo. Kisah ini, bukanlah membuatnya sebuah aib bagi Rhoma Irama bahkan dengan pengalaman pahit tersebut membuatnya sebagai pribadi yang sempurna hingga dapat kita mengikuti kisah perjalanan seorang ‘Super Star’ sang Raja Dangdut. Kepiawaiannya bermain gitar dan berbakat menyanyi ditunjang dengan gagasan yang cemerlang dan pribadi yang ramah, sehingga disukai oleh sahabat-sahabatnya semasih tinggal di daerah Bukit Duri-Tebet, Jakarta Selatan. Berbekal suara merdu-nya, membawa diri-ya menjadi penyanyi disejumlah band seperti, “Tornado, Varia Irama Melody & Gayhand”. Sampailah Rhoma Irama di tahun 1966 – 2008 (Sekarang). Diapun terlibat disejumlah orkes melayu baik sebagai ‘vokalis’ maupun ‘rekaman’ sebut saja, “Kenari (dbp. Husen-1966), Chandraleka (dbp.Umar Alatas-1967), Purnama (dbp.Awab Haris & Awab Abdullah-1969), Pancaran Muda (dbp.Zakaria-1971), Galaxy (dbp.Jopie Item-1971), Zaenal Combo (dbp.Zaenal Arifin-1971), Indra Prasta (dbp.Murrad Haris-1973) & Soneta Group (dbp.Rhoma Irama-1975 - Sekarang). Sebelumnya dia sudah menghasilkan hits yang melambungkan namaya seperti, “Berilah Jawaban, Renungan Budi, Ke Bina Ria & Dalam Bemo (Duet’Titin Yenny), Ke Pasar Minggu & Rindu (Duet’Elvy Sukaesih), Indan Dip, Percayalah (Duet’Elya Kadham), Nggak Sanggup, Kawin Lari (Duet’ Lily Syarif), Banyak Utang (Duet’Vivi Sumanti), Aku Saudaramu & Derita Tiada Akhir”. Melewati berbagai proses yang bertujuan untuk menghasilkan gaya baru bernyanyi Rhoma, Zakaria-lah orang yang bereksprimen menjodohkan Rhoma Irama dan Inneke Kusumawati dalam satu album pop indonesia berjudul “Anaknya Lima/Zakaria, Melati di Musim Kemarau, Dirumah Saja, Mohon Diri/Yessy Wenas & Bunga dan Kupu-kupu/Zaenal Arifin, dll (1971)”. Kemudian duet inipun menuntaskan album duet ke dua-nya mengusung lagu-lagu rock di iringi band Galaxy pimpinan Jopie Item dengan sejumlah lagunya “Mari gembira, Puncak Gunung, Hati Yang Rindu, Bayangan Wajahmu dll. Munculnya duet dua vokal ini, sangat berhasil dalam memikat hati penggemar lagu-lagu pop indonesia dijamannya sehingga dapat menggoyahkan kedudukan penyanyi duet lainnya seperti Titiek Sandhora-Muchsin, Vivi Sumanti-Frans Daromes, Ida Royani–Benyamin S & Elly Kasim-Tiar Ramon. Kemudian di tahun 1972, Zakaria kembali menyarankan Rhoma Irama berduet dengan Wiwiek Abidin untuk mengikuti Festival Pop Singer Se-Asia Tenggara yang berlangsung di Singapura dan berhasil menjadi juara. Sekembali-nya ke indonesia duet vokal ini merekam suara-nya dalam sebuah album berjudul ‘Bertamu’ produksi FM records.
Rhoma, Sukses di Musik & Film
Lelaki kelahiran 11 Desember 1947 ini, mengidolakan penyanyi-penyanyi mancanegara seperti Andy Williams, Elvis Presley, Tom Jones & Paul Anka. Dia mempunyai kebiasaan menirunya sama persis dengan suara penyanyi aslinya dan obsesinya adalah ingin seperti Elvis, ‘menjadi Raja dengan gitarnya’ (seperti di film Satria Bergitar yang dibintanginya). Bahkan perjalanan fenomenalnya di musik dangdut terjadi.tahun 1975, manakala karier musiknya mulai dikenal luas pada album perdana Soneta bersama duet Elvy Sukaesih dalam lagu yang diciptakannya “Begadang, Sengaja, Sampai Pagi, Tung Keriput” mendapat respon luar biasa dari publik musik melayu (Dangdut). Semenjak itu karya-karya Rhoma Irama banyak diciptakan sangat laris manis seperti “Penasaran, Rupiah & Darah Muda (1976-1977), Hak Azazi & Sahabat (1981-1982). Tak hanya sampai disitu, baru-baru ini (Oktober’ 2008) Rhoma bersama Soneta Group-nya baru saja menggebrak publik Pittsburg, Philladelphia- Amerika yang memadati ruang konser Bellefield Auditorium menuai sukses.
Kehadiran Rhoma Irama di paman sam adalah dalam rangka memenuhi undangan Departemen Musik Universitas Pittsburg atas pakarsa profesor ‘Andrew Weintraub’ adalah terbilang sukses. Pembuktian-nya sebagai penyanyi, Rhoma-pun dikenal luas lewat film musikalnya yang melibatkan nama-nama besar diperfilman indonesia seperti, Syuman Djaya, Maman Firmansyah, Yung Indrajaya, Muchlis Raya, Nurhadie Irawan, Liliek Sudjio, Darto Djuned, Asrul Sani & Cherul Umam. Film-film Rhoma terbilang sukses dimasanya dengan dukungan nama-nama pemain yang sudah punya nama di blantika dunia hiburan tanah air seperti, Yatie Octavia, Ricca Rachim, Joyce Erna, Ida Iasha, Chitra Dewi, Rachmat Hidayat, El Manik, Deddy Mizwar, Soultan Saladin, Soekarno M Noor, Mieke Wijaya, Dicky Zulkarnaen, Ria Irawan dll. Sudah bisa ditebak, tema yang disuguhkan adalah ‘musikalitas’ Rhoma Irama dan sedikit ‘drama’ plus ‘pesan moral’ yang coba disampaikan lewat film-film-nya sbb: “Darah Muda, Gitar Tua, Begadang, Raja Dangdut, Berkelana (1977-1978), & Melody Cinta, Perjuangan & Doa, Badai di Awal Bahagia, Pengorbanan (1980-1982), Djaka Swara, Nada & Dakwah, Tabir Biru (1990-1993). Secara mengejutkan sepanjang karier-nya di perfilm-an, Rhoma Irama menunjukkan kualitas aktingnya dalam film “Nada & Dakwah” dan mendapat pujian dari pengamat maupun pencinta film. Selama berkarier 16 tahun di film, ini adalah prestasi pertama bagi Rhoma Irama sebagai nominasi ‘pemeran utama pria’ atas aktingnya. Di film ini-pun berhasil meraih dua piala citra untuk kategori ‘cerita’ (Asrul Sani) & ‘tata suara’ (S.Edi Pramono) diajang FFI (Festival Film Indonesia) 1992, terpuji untuk ‘scenario’ (Asrul Sani), ‘sutradara’ (Chaerul Umam) & ‘aktor’ Deddy Mizwar di FFB (Festival Film Bandung)1993. Tampil-nya KH Zaenuddin MZ yang berperan sebagai dirinya sendiri dalam film ini, berhasil dianugerahi ‘unggulan pemeran pembantu pria’ yang kemudian mengundurkan diri karena banyak menuai protes dari umatnya yang menyesalkan bermain film.
Rhoma & Roda Kehidupan
Pertemuannya saat show dengan Veronica Agustina Timbuleng adalah sang pentolan Beach Girls di Lampung pada tahun 1970, dan dinikahinya setahun kemudian. Telah membuahkan tiga putra-putri “Debby Vermana Sari Irama (38), Ficky Zulfikar Irama (32) dan Romy Syahrial Irama (31)”. Pernikahannya tak membuat popularitas-nya menurun, baik Rhoma Irama maupun Veronica selalu terdepan membawa Soneta Group (dbp.Rhoma Irama) maupun Soneta Girl (dbp.Hj. Veonica). Mereka digambarkan sebagai pasangan suami istri bahagia dan berhasil mengenyahkan rasa ketakutan masyarakat yang mengidolakan-nya, bahwa pernikahan bukanlah langkah yang berisiko karier senimannya akan tamat bahkan membawa band yang dibinanya menjadi yang terbaik. Kehadiran putri tercintanya-pun semasa kanak-kanak ‘Debby Rhoma Irama’, cukup membawa hawa segar di era penyanyi cilik seperti: Chicha Koeswoyo, Adi Bing Slamet, Yoan Tanamal, Debby begitu berbakat dan begitu dikenal dengan lagu-lagunya seperti : Idih Papa Genit, Cok Galigacok, Indan Dip, Tepuk Nyamuk. Siapa sangka pernikahannya dengan Veronica akhirnya kandas juga, konon faktor keretakan ini dikarenakan kehadiran Ricca Rachim ada diantara mereka. Akhirnya Veronica dan ketiga buah hatinya (Debby, Zulfikar, Rommy), menerima pinangan Maman Frmansyah & Deddy Arman untuk bermain di film “Boleh Rujuk Asal…”. Kisah film ini (1986), mungkin saja diilhami perceraian antara Veronica dan Rhoma Irama atau menggunakan kesempatan perceraian itu sendiri. Hantaman badai berturut-turut menimpa Rhoma untuk dijadikan santapan gosip para teman-teman infotaiment seperti, pertikaiannya dengan ratu ngebor Inul Daratista juga, diselimuti dendam pribadi masa lalu dengan pasutri Yatie Octavia & Pangky Suwito mencuat kembali. Maupun pernikahan siri-nya dengan artis dangdut cantik Angel Lelga terungkap dan mengejutkan banyak pihak… memang sungguh memperhatinkan. Gosip murahan ini, tak mampu mengakhiri kariernya yang terkesan mencoreng nama baik ‘Bang Haji’ malah sebaliknya Rhoma bersama Soneta-nya terlibat disejumlah event di Mancanegara yang sanggup menyoroti kehebatan-nya. Ajaib-nya, lelaki karismatik ini tetap saja menarik dan berkualitas untuk dibicarakan musikalitas-nya sebagai pembuktian eksistensi-nya dan Rhoma tetap bersinar memberikan nyawa di musik dangdut yang bersentuhan rock…. Dia, memang patut dijuluki sebagai Raja Dangdut.
Dengan segala Keberhasilan Rhoma Irama tersebut, tidak salah seperti apa yang dikatakan sang Legenda Musik Melayu “Zakaria” bahwa, “seluruh lagu yang dinyanyikan maupun lagu-lagu yang diciptakannya adalah mewakili kehebatannya yang mungkin seniman lain tak memilikinya. Sebagai seniman musik, dia berani ambil resiko mematahkan tradisi para musisi melayu/dangdut dengan memadu-padankan warna lain. Kehebatan lainnya, dia mampu menghimpun banyak orang tanpa membedakan golongan bawah, menengah dan atas untuk mendengarkan musiknya. Disamping itu ‘Rhoma Irama’ adalah, pribadi yang tetap konsisten dengan apa yang dikerjakannya menyampaikan pesan moral… salah satu lagunya yang me-monumental yang paling di gemari dari sekian albumnya adalah : Begadang jangan begadanng / Kalau tiada artinya / Begadang boleh saja / Kalau ada perlunya / Kalau Terlalu banyak begadang / Muka pucat karena darah berkurang / Bila sering kena angin malam / Segala penyakit akan mudah datang / Darilah itu sayangi badan / Jangan begadang setiap malam”.
Dalam dunia musik melayu atau yang sekarang dikenal dengan musik Dangdut, pasti sudah pernah mendengar nama Zakaria pencipta lagu Hitam Manis (Mus Mulyadi), Luciana (Lilies Suryani) & Boleh-boleh Jangan (Titiek Sandhora) dan juga pimpinan dari OM.Pancaran Muda. Namun demikian, penulis sengaja menghadirkan beliau sebagai nara sumber dari perjalanan karier sang Raja Dangdut “Oma Irama” yang kemudian menjadi “Raden Haji Oma Irama” setelah menunaikan rukun Islam ke-lima. Lelaki yang berkarisma ini lebih dikenal dengan sebutan Bang haji, “RHOMA IRAMA” adalah salah satu penyanyi melayu binaan Zakaria. Pada tahun 2007 Atas kepeduliannya mengingatkan para seniman penerus musik Melayu/ Dangdut, untuk memperhatikan para seniman perintis sebelum mereka menutup mata yang terakhir. Zakaria, dinobatkan LIVETIME ACHIEVMENT di ajang bergengsi AMI DANGDUT AWARD - 2007. Berikut dari penuturannya ;
Rhoma, Mulai Berkarier
Sejak pertama kali menapakkan jejak di kancah musik Indonesia, Rhoma di masa remaja menunjukkan talentanya terhadap musik pop indonesia, barat dan rock n’ roll sudah mulai terlihat. Konon kabarnya sewaktu bersekolah di SMA St Yoseph-Solo, Rhoma, Benny Mucharam (kakak dari Rhoma) dan ketiga sahabatnya ‘Daeng, Umar & Haris’ menjadi pengamen di sepanjang jalanan kota Solo. Kisah ini, bukanlah membuatnya sebuah aib bagi Rhoma Irama bahkan dengan pengalaman pahit tersebut membuatnya sebagai pribadi yang sempurna hingga dapat kita mengikuti kisah perjalanan seorang ‘Super Star’ sang Raja Dangdut. Kepiawaiannya bermain gitar dan berbakat menyanyi ditunjang dengan gagasan yang cemerlang dan pribadi yang ramah, sehingga disukai oleh sahabat-sahabatnya semasih tinggal di daerah Bukit Duri-Tebet, Jakarta Selatan. Berbekal suara merdu-nya, membawa diri-ya menjadi penyanyi disejumlah band seperti, “Tornado, Varia Irama Melody & Gayhand”. Sampailah Rhoma Irama di tahun 1966 – 2008 (Sekarang). Diapun terlibat disejumlah orkes melayu baik sebagai ‘vokalis’ maupun ‘rekaman’ sebut saja, “Kenari (dbp. Husen-1966), Chandraleka (dbp.Umar Alatas-1967), Purnama (dbp.Awab Haris & Awab Abdullah-1969), Pancaran Muda (dbp.Zakaria-1971), Galaxy (dbp.Jopie Item-1971), Zaenal Combo (dbp.Zaenal Arifin-1971), Indra Prasta (dbp.Murrad Haris-1973) & Soneta Group (dbp.Rhoma Irama-1975 - Sekarang). Sebelumnya dia sudah menghasilkan hits yang melambungkan namaya seperti, “Berilah Jawaban, Renungan Budi, Ke Bina Ria & Dalam Bemo (Duet’Titin Yenny), Ke Pasar Minggu & Rindu (Duet’Elvy Sukaesih), Indan Dip, Percayalah (Duet’Elya Kadham), Nggak Sanggup, Kawin Lari (Duet’ Lily Syarif), Banyak Utang (Duet’Vivi Sumanti), Aku Saudaramu & Derita Tiada Akhir”. Melewati berbagai proses yang bertujuan untuk menghasilkan gaya baru bernyanyi Rhoma, Zakaria-lah orang yang bereksprimen menjodohkan Rhoma Irama dan Inneke Kusumawati dalam satu album pop indonesia berjudul “Anaknya Lima/Zakaria, Melati di Musim Kemarau, Dirumah Saja, Mohon Diri/Yessy Wenas & Bunga dan Kupu-kupu/Zaenal Arifin, dll (1971)”. Kemudian duet inipun menuntaskan album duet ke dua-nya mengusung lagu-lagu rock di iringi band Galaxy pimpinan Jopie Item dengan sejumlah lagunya “Mari gembira, Puncak Gunung, Hati Yang Rindu, Bayangan Wajahmu dll. Munculnya duet dua vokal ini, sangat berhasil dalam memikat hati penggemar lagu-lagu pop indonesia dijamannya sehingga dapat menggoyahkan kedudukan penyanyi duet lainnya seperti Titiek Sandhora-Muchsin, Vivi Sumanti-Frans Daromes, Ida Royani–Benyamin S & Elly Kasim-Tiar Ramon. Kemudian di tahun 1972, Zakaria kembali menyarankan Rhoma Irama berduet dengan Wiwiek Abidin untuk mengikuti Festival Pop Singer Se-Asia Tenggara yang berlangsung di Singapura dan berhasil menjadi juara. Sekembali-nya ke indonesia duet vokal ini merekam suara-nya dalam sebuah album berjudul ‘Bertamu’ produksi FM records.
Rhoma, Sukses di Musik & Film
Lelaki kelahiran 11 Desember 1947 ini, mengidolakan penyanyi-penyanyi mancanegara seperti Andy Williams, Elvis Presley, Tom Jones & Paul Anka. Dia mempunyai kebiasaan menirunya sama persis dengan suara penyanyi aslinya dan obsesinya adalah ingin seperti Elvis, ‘menjadi Raja dengan gitarnya’ (seperti di film Satria Bergitar yang dibintanginya). Bahkan perjalanan fenomenalnya di musik dangdut terjadi.tahun 1975, manakala karier musiknya mulai dikenal luas pada album perdana Soneta bersama duet Elvy Sukaesih dalam lagu yang diciptakannya “Begadang, Sengaja, Sampai Pagi, Tung Keriput” mendapat respon luar biasa dari publik musik melayu (Dangdut). Semenjak itu karya-karya Rhoma Irama banyak diciptakan sangat laris manis seperti “Penasaran, Rupiah & Darah Muda (1976-1977), Hak Azazi & Sahabat (1981-1982). Tak hanya sampai disitu, baru-baru ini (Oktober’ 2008) Rhoma bersama Soneta Group-nya baru saja menggebrak publik Pittsburg, Philladelphia- Amerika yang memadati ruang konser Bellefield Auditorium menuai sukses.
Kehadiran Rhoma Irama di paman sam adalah dalam rangka memenuhi undangan Departemen Musik Universitas Pittsburg atas pakarsa profesor ‘Andrew Weintraub’ adalah terbilang sukses. Pembuktian-nya sebagai penyanyi, Rhoma-pun dikenal luas lewat film musikalnya yang melibatkan nama-nama besar diperfilman indonesia seperti, Syuman Djaya, Maman Firmansyah, Yung Indrajaya, Muchlis Raya, Nurhadie Irawan, Liliek Sudjio, Darto Djuned, Asrul Sani & Cherul Umam. Film-film Rhoma terbilang sukses dimasanya dengan dukungan nama-nama pemain yang sudah punya nama di blantika dunia hiburan tanah air seperti, Yatie Octavia, Ricca Rachim, Joyce Erna, Ida Iasha, Chitra Dewi, Rachmat Hidayat, El Manik, Deddy Mizwar, Soultan Saladin, Soekarno M Noor, Mieke Wijaya, Dicky Zulkarnaen, Ria Irawan dll. Sudah bisa ditebak, tema yang disuguhkan adalah ‘musikalitas’ Rhoma Irama dan sedikit ‘drama’ plus ‘pesan moral’ yang coba disampaikan lewat film-film-nya sbb: “Darah Muda, Gitar Tua, Begadang, Raja Dangdut, Berkelana (1977-1978), & Melody Cinta, Perjuangan & Doa, Badai di Awal Bahagia, Pengorbanan (1980-1982), Djaka Swara, Nada & Dakwah, Tabir Biru (1990-1993). Secara mengejutkan sepanjang karier-nya di perfilm-an, Rhoma Irama menunjukkan kualitas aktingnya dalam film “Nada & Dakwah” dan mendapat pujian dari pengamat maupun pencinta film. Selama berkarier 16 tahun di film, ini adalah prestasi pertama bagi Rhoma Irama sebagai nominasi ‘pemeran utama pria’ atas aktingnya. Di film ini-pun berhasil meraih dua piala citra untuk kategori ‘cerita’ (Asrul Sani) & ‘tata suara’ (S.Edi Pramono) diajang FFI (Festival Film Indonesia) 1992, terpuji untuk ‘scenario’ (Asrul Sani), ‘sutradara’ (Chaerul Umam) & ‘aktor’ Deddy Mizwar di FFB (Festival Film Bandung)1993. Tampil-nya KH Zaenuddin MZ yang berperan sebagai dirinya sendiri dalam film ini, berhasil dianugerahi ‘unggulan pemeran pembantu pria’ yang kemudian mengundurkan diri karena banyak menuai protes dari umatnya yang menyesalkan bermain film.
Rhoma & Roda Kehidupan
Pertemuannya saat show dengan Veronica Agustina Timbuleng adalah sang pentolan Beach Girls di Lampung pada tahun 1970, dan dinikahinya setahun kemudian. Telah membuahkan tiga putra-putri “Debby Vermana Sari Irama (38), Ficky Zulfikar Irama (32) dan Romy Syahrial Irama (31)”. Pernikahannya tak membuat popularitas-nya menurun, baik Rhoma Irama maupun Veronica selalu terdepan membawa Soneta Group (dbp.Rhoma Irama) maupun Soneta Girl (dbp.Hj. Veonica). Mereka digambarkan sebagai pasangan suami istri bahagia dan berhasil mengenyahkan rasa ketakutan masyarakat yang mengidolakan-nya, bahwa pernikahan bukanlah langkah yang berisiko karier senimannya akan tamat bahkan membawa band yang dibinanya menjadi yang terbaik. Kehadiran putri tercintanya-pun semasa kanak-kanak ‘Debby Rhoma Irama’, cukup membawa hawa segar di era penyanyi cilik seperti: Chicha Koeswoyo, Adi Bing Slamet, Yoan Tanamal, Debby begitu berbakat dan begitu dikenal dengan lagu-lagunya seperti : Idih Papa Genit, Cok Galigacok, Indan Dip, Tepuk Nyamuk. Siapa sangka pernikahannya dengan Veronica akhirnya kandas juga, konon faktor keretakan ini dikarenakan kehadiran Ricca Rachim ada diantara mereka. Akhirnya Veronica dan ketiga buah hatinya (Debby, Zulfikar, Rommy), menerima pinangan Maman Frmansyah & Deddy Arman untuk bermain di film “Boleh Rujuk Asal…”. Kisah film ini (1986), mungkin saja diilhami perceraian antara Veronica dan Rhoma Irama atau menggunakan kesempatan perceraian itu sendiri. Hantaman badai berturut-turut menimpa Rhoma untuk dijadikan santapan gosip para teman-teman infotaiment seperti, pertikaiannya dengan ratu ngebor Inul Daratista juga, diselimuti dendam pribadi masa lalu dengan pasutri Yatie Octavia & Pangky Suwito mencuat kembali. Maupun pernikahan siri-nya dengan artis dangdut cantik Angel Lelga terungkap dan mengejutkan banyak pihak… memang sungguh memperhatinkan. Gosip murahan ini, tak mampu mengakhiri kariernya yang terkesan mencoreng nama baik ‘Bang Haji’ malah sebaliknya Rhoma bersama Soneta-nya terlibat disejumlah event di Mancanegara yang sanggup menyoroti kehebatan-nya. Ajaib-nya, lelaki karismatik ini tetap saja menarik dan berkualitas untuk dibicarakan musikalitas-nya sebagai pembuktian eksistensi-nya dan Rhoma tetap bersinar memberikan nyawa di musik dangdut yang bersentuhan rock…. Dia, memang patut dijuluki sebagai Raja Dangdut.
Dengan segala Keberhasilan Rhoma Irama tersebut, tidak salah seperti apa yang dikatakan sang Legenda Musik Melayu “Zakaria” bahwa, “seluruh lagu yang dinyanyikan maupun lagu-lagu yang diciptakannya adalah mewakili kehebatannya yang mungkin seniman lain tak memilikinya. Sebagai seniman musik, dia berani ambil resiko mematahkan tradisi para musisi melayu/dangdut dengan memadu-padankan warna lain. Kehebatan lainnya, dia mampu menghimpun banyak orang tanpa membedakan golongan bawah, menengah dan atas untuk mendengarkan musiknya. Disamping itu ‘Rhoma Irama’ adalah, pribadi yang tetap konsisten dengan apa yang dikerjakannya menyampaikan pesan moral… salah satu lagunya yang me-monumental yang paling di gemari dari sekian albumnya adalah : Begadang jangan begadanng / Kalau tiada artinya / Begadang boleh saja / Kalau ada perlunya / Kalau Terlalu banyak begadang / Muka pucat karena darah berkurang / Bila sering kena angin malam / Segala penyakit akan mudah datang / Darilah itu sayangi badan / Jangan begadang setiap malam”.