‘Sang Legenda itu bernama PANBERS .....
Bermula di kota ‘Palembang’ tahun 60-an, lahir Band
Bocah bernama ‘TUMBA BAND’ diambil dari bahasa ‘Batak’ yang artinya ‘Irama
Menari’, di motori Benny Panjaitan bersaudara bersama teman-teman sekolah
lainnya. Siapa sangka, setelah mereka menunggu “sepuluh tahun” kelak akan
bersanding dengan band Kus Bersaudara dan Koes Plus yang sering mereka bawakan
lagu-lagunya seperti ‘Bis Sekolah, Telaga Sunyi,
Pagi Yang Indah, Cintamu Telah Berlalu, Pelangi & Dara Manisku. Karena
tugas sebagai Bankir, keluarga Panjaitan pindah ke kota Surabaya pada tahun
1966 dan tetap band bocah ini aktifitas bermusiknya berlanjut di kota pahlawan
‘Surabaya’ sampai pada tahun 1969 akhir.
Berdiri awal dekade 70-an, di kota Surabaya. PANBERS
dibangun oleh anak-anak dari orang tua yang menyenangi musik Biola & Piano
‘Alm.Drs. JMM Panjaitan SH & Bosani (Sitompul) Panjaitan’, tempat dimana
sang ayah menjabat sebagi Dirut Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dalam hal hobby
bermusik anak-anaknya, sang ayah kurang mendukung dalam hal finansial dan menginginkan
menjadi seorang Dokter atau Insinyur. “Ayah, agak diktator. Beliau, selalu
memberikan dorongan….kalau mau hidup dengan musik, kalian bisa mencari uang
sendiri dari musik, karena dia tahu bahwa musik itu menjanjikan”, kenang Benny
tentang sosok Ayahnya. Group ini beranggotakan Hans (Gitaris), Benny ( Lead
Vocal,Gitaris), Doan (Vocal,Keyboard) & Asido (Drum) diperkuat Dotty, Ratna
(Penyanyi Latar). Pada awalnya, mereka sempat ‘ragu’ menggunakan nama tersebut
yang seperti keBarat-baratan. Karena pengaruh dan desakan sanak famili, mereka
mengadopsi dari group band yang menggunakan “S” dibelakang namanya, seumpama
Koes Brothers, The Beatles, The Rolling Stones & The Bee Gees “Cantik juga
nama itu?, maka lahirlah Panbers…artinya kakak-beradik keluarga Panjaitan”
ungkap Benny Panjaitan. Panbers, mengisi hari-harinya dengan tampil di
Pesta-pesta Sekolah & Pernikahan, Panggung-panggung THR & Kolam Renang
Tegal Sari. Saking, fanatik dan mengagumi Kus Bersaudara maupun Koes Plus,
Panjaitan bersaudara selalu menyempatkan menonton pertunjukan mereka apabila
show di Surabaya dan berdiri paling depan agar lebih dekat dengan sang idola.
Masih di tahun yang sama, sejalan dengan kepindahan
tugas sang ayah ke jakarta Panbers-pun terus mengasah kemampuan bermusiknya
maupun mencipta lagu. Tepatnya hari selasa, bulan maret 1970 dikediaman
keluarga Panjaitan di Hang Tuah, Jakarta Selatan. Panbers menciptakan lagu
‘Akhir Cinta’ sebagai lagu pertama yang diperdengarkan saat pertunjukan di
panggung Taman Ria Monas & Panggung-panggung Hiburan di Jakarta. Segala
‘cerca & olok-olok’ dari sesama anak band, sebagai ‘band kampungan’
ditujukan kepadanya, karena dimasa itu kecendrungan band Lokal membawakan
lagu-lagu Mancanegara. Panbers tetap berpendirian pada kecintaannya dengan
lagu-lagu Indonesia, tidak di gubrisnya dan tetap melaju sebagai pemacu
pembuktiannya kepada masyarakat sebagai group yang berkomitmen menghasilkan
karya lagu yang bermakna sehingga terpatri kelak menjadi ‘Legenda’ selamanya.
Yang jelas, tidak beberapa lama setelah mereka
tampil di TVRI yang diprakarsai “Band Darma Putra Kostrad” dalam acara ‘KAMERA
RIA’. Panbers membawakan nomer-nomer manis dari ciptaannya ‘Akhir Cinta, Senja
Telah Berlalu & Maafkan Daku’. Bayangkan kehebatan Panbers, dalam kurun
belum satu tahun wara-wiri di Televisi maupun panggung-panggung pertunjukan.
Bahkan, belum menghasilkan album rekaman tapi mereka sudah mengisi acara besar
Kamera Ria yang menjadi tolak ukur seorang penyanyi maupun musisi mempromosikan
albumnya. Sehingga, salah satu band wanita ‘The Singers’, datang langsung
kekediaman Panbers meminta ijin membawakan lagu-lagunya dipanggung-panggung
show. Album bertajuk Akhir Cinta, merupakan kiprah pertama vokalis bersuara
tinggi melengking ‘Benny Panjaitan’ bersama Panbers dan sekaligus sebagai album
terobosan bagi mereka. Bahkan, lagu Akhir Cinta inilah Panbers menjadi band
pembuka The Bee Gees kelompok asal dari negeri Ratu Elizabeth saat konser di
Indonesia tahun 1974. Album ini sendiri, penuh nuansa romantis tentang targedi
percintaan dengan sentuhan pop manis terlihat sangat sederhana dan menyentuh.
Seperti sepenggal lirik dari ‘Akhir Cinta’ yang ditulis Benny Panjaitan. Awal
dari cinta/ Liku tanpa bahagia/ Sudah suratan/ Cintaku yang pertama/ Cinta
tanpa kasih / Tanpa akhir bahagia/ Gagal dan punah/ Pada akhir cinta duka.
Belum lama ini, tepatnya tahun 2007 lagu yang diciptakan dalam suasana perang
vietnam pada tahun 1971, berjudul ‘Kami Cinta Perdamaian’ menjadi ‘ikon’ lagu
favorit untuk membawakan obor perdamaian bersama kelompok relawan lainnya ke
Italia dan Amerika.
Keberhasilan album ini, tak lepas dari dukungan sang
produser “Dick Tamimi” dibawa bendera perusahaan ‘Dimita Moulding Industri’
dimana group-group band Koes Bersaudara, Dara Puspita & Man’s Group (kelak,
dikenal Usman Bersaudara) bercokol terlebih dahulu, bahkan Koes Plus melaju
pesat dengan album ke Empatnya ‘Bunga Ditepi Jalan’. Perkenalannya dengan
kontributor utama di Koes Plus maupun selagi bersama Koes bersaudara ‘Tonny
Koeswoyo’ terjalin persahabatan “Mas Tony, banyak memberi dorongan dan semangat
dalam bermusik Panbers… Bahkan kami berdua menguasai recording Dimita saat
itu?” tutur Benny disela wawancara. Tepatnya, Panbers dan Koes Plus adalah dua
group yang datang dari dekade yang berbeda. Tidak hanya itu, tingkat
popularitas dijamannya juga sama memberi konstribusi dan melahirkan ide-ide
inspirasi lagu-lagu yang mampu menempatkan sampai ‘Tiga’ single dari album yang
bertengger selama berminggu-minggu di puncak tangga lagu-lagu Indonesia
‘Pilihan Pendengar’ diseluruh Radio-radio swasta yang tersebar di Nusantara.
Kesuksesan Panbers tidak terlepas dari dukungan dan kepercayaan dari sang
penguasa Dimita yang tidak pernah menginterfensi, sehingga bebas berkarya dan
berekspresi melahirkan album hits seperti ‘Akhir cinta (1971), Pilu (1972),
Kisah Cinta Remaja (1973), Cinta Abadi (1974) & Hidup Terkekang (1975) dan
bahkan sebagai catatan, dalam hanya tempo singkat Panbers menghasilkan Dua
sampai Tiga album selama satu tahun. Album tersebut, sukses besar dalam
menembus pasaran pop indonesia dan bahkan masing-masing memperoleh Golden
Record maupun Silver record dari angket musik indonesia ‘Puspen Hankam’ secara
berturut-turut. Yang menarik lagi dari Panbers, adalah sebagai band “penerebos”
lagu dangdut populer dengan lagunya ‘Nasib Cintaku & Musafir’ mampu
menerobos pangsa yang benar-benar Dangdut bersaing dengan lagu ‘Begadang-nya’
si Raja Dangdut Rhoma Irama. Akibat serbuan kaset mulai merajalela tahun 1974,
membuat kondisi recording Dimita tersendat-sendat oleh maraknya produksi
recording dari Remaco, Purnama, Musica & Irama Tara “hanya kami yang
bertahan, karena kami anggap Dimita sangat berjasa sekali mengorbitkan
Panbers…Pada akhirnya, sampai Dimita betul-betul ‘gulung tikar’ dan menyerah
pada akhir tahun 1974” .
Awal 1975, oleh ‘Eugeune Timothy’ sang pentolan
‘Remaco’ berhasil menggaet Panbers dan memulai debut album kompilasi The Best
of Panbers sebelum benar-benar menghasilkan album rekaman. Terbitlah, ‘Musafir,
Selembar Harapan, Bebaskan, Tinggallah dll. Namun, Panbers hanya bertahan dua
tahun saja karena perusahan ‘Irama Tara’ sudah menanti dengan album ‘Penggemar
Setia, potret lama dll. Selanjutnya, Panbers bebas menentukan pilihan ke label
dimana saja seperti Flower Sound, Purnama & Nirwana dsb. Tahun 1985,
Panbers kembali kedalam pelukan Remaco dan menghasilkan hits fenomenal ‘Gereja
Tua’ yang sebelumnya sempat terpending di studio selama dua bulan untuk
menentukan judul yang sesungguhnya antara ‘Kenangan di Desa atau Gereja Tua’.
Oleh produser, dari segi komersil di putuskan judul Gereja Tua dengan alasan di
Indonesia terdapat peninggalan jajahan Belanda dan terdapat bangunan bersejarah
berupa Gereja Tua. Masihkah kau ingat waktu di desa/ Bercanda bersama disamping
gereja/ Kala itu kita masih remaja/ Yang polos hatinya bercerita/ Waktu kini
t’lah lama berlalu/ Sudah sepuluh tahun tak bertemu/ Entah di mana kini kau
berada/ tak tahu dimana rimbanya.. Benar saja, album Legendaris ini sukses
besar dalam menembus pasaran musik pop indonesia sebagai salah satu karya agung
yang berjaya dan bahkan di rekam berbagai versi ‘Daerah, Dangdut, Disco, Solo
& Duet maupun di aransemen ulang masih diperdengarkan sampai sekarang
“memasuki Era ke ‘Empat”. Benny berbagi pengalaman saat show di
Sulawesi-Selatan (Pare-pare dan Makassar) ‘Antusias penonton yang nota bene
mayoritas Muslim me-request khusus lagu Gereja Tua, dinyanyikan secara
bersama-sama ditengah undangan hajatan pernikahan di Islamic Centre. Pada
awalnya, ada keraguan dari Benny, namun sirna tanpa melihat ada nilai perbedaan
di dalamnya. Maupun, saat Panbers show amal di pedalaman Buntok (Kalteng,).
Sebelumnya, warga buntok tak pernah mendapat tontonan seperti ini, sehingga
masyarakat dari berbagai generasi tumpah ruah dalam ruangan, berdiri secara
spontan dari duduknya saat Benny melatunkan lagu Gereja Tua. Tentu saja,
membuat Benny terharu dan menitikkan air mata dan bertanya?. Ternyata, menurut
mereka lagu tersebut sangat sakral bagi penduduk Buntok.
Perjalanan karier Panbers, seakan tidak pernah tidur
untuk berkarya. Walau, gempuran penyanyi perempuan menjamur dimasa itu, tidak
menyurutkan langkah Panbers menghasilkan hits-nya yang monumental dan bisa
menjadi lagu Legenda lagi, seperti, ‘Cukup Satu Kali (1995). Walaupun salah
seorang personilnya ‘Hans Panjaitan’ telah berpulang kehadirat Tuhan pada
tanggal 12 maret 1995, mereka tetap menghasilkan lagu fenomenal yang sempurna
setahun setelahnya ‘Cinta dan Permata (1996)’. Sementara, ada beberapa
band-band mencoba eksis kembali setelah ditinggal personilnya , mereka tidak
mampu menghasilkan karya baru untuk mengangkat namanya kembali dan hanya
mengandalkan lagu lama saja yang direkam ulang. Selama berkarier 38 tahun,
panbers sudah menghasilkan penghargaan tertinggi di musik berupa, ‘dua belas’
Golden Record dan ‘satu’ Silver Record serta puluhan Tropy dan penghargaan
lainnya. Kemudian, mereka mempunyai Pengalaman manggung di 350 kota besar-kecil
sudah di jalaninya, dalam rangka ‘rel show’. Bahkan daerah terpencil di
perbatasan Filipina-Manado maupun perbatasan Maluku Tenggara-Irian Jaya
(Papua), Pedalaman Buntok (Kalteng), Tantena & Luwuk dan beberapa Negara
seperti Amerika, Jerusalem, Singapura, Malaysia & Hongkong sudah
dikunjunginya. Sepantasnyalah mereka tercatat di MURI (Museum Rekor Indonesia)
sebagai band paling banyak mengadakan show diberbagai kota dan desa terpencil
maupun sebagai musisi yang menelurkan lima belas rekaman album berbagai ragam
bahasa daerah. Personil Panbers ‘Benny Panjaitan’ harus diakui kepiawaiannya
menguasai 15 Bahasa Daerah bahkan sangat terobsesi ingin menyanyikan semua lagu
dari berbagai bahasa di Propensi ini sebagai kepeduliannya. Untuk mensiasati
industri musik khususnya penggemarnya supaya tidak jenuh dengan lagu itu-itu
saja, Panbers maupun Benny Panjaitan merekam Album Solo-nya berbagai ragam
bahasa Daerah yang dikuasainya, seperti: “Manado, Batak, Tapanuli, Gorontalo,
Padang, Flores, Pelembang, Jawa” dll. Yang menarik dicatat, ‘Benny Panjaitan’
sangat prihatin yang dinamakan penilaian di Republik ini, contoh: salah satu “Majalah
Musik” edisi Desember 2007, mengenai “150 Album Indonesia Terbaik”. Menurutnya,
“tidak objektif karena berdasarkan kepentingan pribadi, paling tidak harus
berbicara fakta dan kalau memang tidak tahu tentang pelaku sejarah musik
Indonesia itu sendiri, tanyak langsung ke yang bersangkutan”. Dia menambahkan,
“untuk menilai suatu karya harus mencintai dulu budayanya”, imbuhnya.
Pada Album ‘Indonesia My Lovely Country’ yang
berbicara tentang keindahan alam panorama Indonesia seperti ini: Indonesia my
lovely country/ Were we were born and live now/ My country of the thousand
island / And million rivers everywhere/ Jawa and the ancint Borobudur/ Bali and
the magnificent temple/ Sumateraand the Toba Lake/ Kalimantan and the forest.
Indonesia sekarang ini sedang menggalakkan yang namanya “Visit To Indonesia”
rencana yang indah, rencana yang bagus adalah suatu rencana yang harus
ditunjang dengan publikasi, bagaimana mungkin seorang Turis Lokal maupun
Mancanegara akan tertarik mengunjungi Indonesia kalau mereka saja tidak tahu di
sana ada Danau Toba, Borobudur, Tanah Toraja, Bunaken, Pangandaran & Danau
Kalimatu dll. “Seharusnya, diperdengarkan dahulu lagu-lagu yang berbicara
jamrud khatulistiwa sehubungan dengan keindahan Indonesia di segala Hotel,
Pesawat & Televisi. Bagaimana mungkin pemerintah suruh datang, sementara
sebahagian masyarakat kita banyak tidak tahu, kok.. mengundang orang Asing?”
seperti kutipan yang diungkapkan Benny Panjaitan kepada penulis. Para Musisi
sudah melakukan dengan lagu-lagunya sudah sejak lama, apakah pemerintah mau
menghargai itu dan memberikan suatu Rewared pada mereka?. Kondisi ini memang
berbeda, apabila kejadiannya itu seorang Ilmuan atau Pekerja Sosial, pemerintah
sangat ‘peduli’ memberikan Upakarti. Berbeda dengan para seniman yang menjadi
legenda, berjasa mewariskan karyanya untuk dinikmati masyarakat justru tidak
pernah mendapatkan Upakarti dari pemerintah. Contoh paling jelas, dapat dilihat
dengan ‘maraknya Tivi-tivi Swasta’, namun tak satupun stasiun televisi tersebut
memberikan ruang bagi musisi senior untuk berkompetisi. Benny-pun mengungkapkan
kegundahan-nya pada penulis, “Apakah group-group seangkatan kami sudah tidak
layak tampil?.. kita tidak boleh dibilang tua dimusik, tidak ada lagu tua dan
lama. Lagu itu hanya ada dua kriteria, popular dan tidak popular.. bertahan dan
tidak bertahan yang menjadi legenda atau menjadi agenda!.
Dilihat dari Umur, para
personel Panbers sudah tidak muda lagi. Namun, semangat musikalitasnya
sepertinya tidak pernah mati menghidupkan musik Indonesia dari era 70-an hingga
sekarang. Mereka, menghadirkan jenis musik sederhana dengan basic musik pop
yang diracik dari berbagai aliran, Etnik, Beat, Balada bahkan Melayu. Panbers,
mampu menyihir begitu banyak penikmat musik indonesia, larut dengan
lagu-lagunya yang penuh Nostalgia, lalu kemudian setia, tidak berpaling kelain
hati. Dan inilah pertanda kian menguatkan popularitas Panbers tetap ‘solid’
dengan personil yang bertambah Benny (Lead Vocal, Gitar), Doan (Vocalis,
Keyboard, Gitar), Asido (Drumer), Hans (Gitar), Maxi (Bass Gitar) & Henry
(Biola, Rhytem Gitar). Mereka, telah melegenda dan seakan mengukuhkan kelebihan
Benny Panjaitan sebagai seorang komposer dengan seabrek ‘gagasan’ dan ‘rasa’
yang hebat. Sudah dibuktikannya, dalam perjalanan album Solo maupun Duet-nya
bersama Indah Permatasari, Deddy Dores, Atiek CB dan Band Tuna Netra yang di
asuhnya. Tak cukup sampai disitu, Panbers unjuk gigi merilis album yang di beri
titel MENUJU ERA KE –4 plus Album seri Kolektor yang betul-betul orisinalitas.
Album ini, berisi empat cakram CD dari album lawasnya masih dalam bentuk PH
(Piringan Hitam) dari volume Satu, Dua dan Tiga direkam secara ‘manual’ dalam
bentuk Compact Disc. Album proyek keluarga ini, berisi sepuluh lagu-lagu baru,
diantaranya Hati Yang Merindu, Rindu, Salahkah Aku & Sayangku. Kebanyakan
lagu dalam album ini ditulis Benny Panjaitan & Doan Panjaitan, tak
ketinggalan putra kedua Benny Panjaitan ‘Dino’ mempersembahkan lagu ciptaannya
untuk sang ayah tercinta Damai itu Indah. abum tersebut sudah rilis awal tahun
2008 baru lalu, tema yang disuguhkan masih sarat akan nuansa melankoli dengan
bait-bait cinta yang sangat melodius berkelas tentunya.
Tahun 2010 adalah masa2 yang diRundung duka bagi keluarga Besar Panjaitan akan
musibah yang menimpa Benny Panjaitan yang tiba-tiba jatuh sakit terserang
stroke sejak bulan Juni 2010 hingga saat sekarang ini (Tahun 2014) menunggu
Mujizat dari Tuhan untuk kesembuhannya. Begitupula salah satu personil PANBERS ‘Doan
Panjaitan sang Vokalis, Keyboard & Bass telah berpulang kehadapan Tuhan
pada tanggal 30 Oktober 2010 di usianya menginjak 60Tahun akibat Gagal Ginjal.
Kini personel Panjaitan bersaudara tinggal menyisakan Benny Panjaitan &
Asido Panjaitan & sang Opung Bosani Panjaitan yang selalu memberikan suport
kekuatan kepada anak2nya tiada henti menyemangati bahwa cobaan ini bukan hanya
sendirian, masih ada orang lain menerima cobaan yang lebih berat dan dengan
bersyukur akan lebih mudah menjalaninya dan bertahan untukNYA. PANBERS boleh kehilangan sang Vokalis Benny
Panjaitan, namun tak bisa disangkal bahwa nyawa Group ini berada ditangan nama
besar Benny Panjaitan yang berharap kesembuhan, karena dia sadar PANBERS adalah
jiwa dan Nafkahnya, tanpanya PANBERS ibarat Sayur tanpa Garam.. Untuk itu....Dia
mempunyai semangat bertahan hidup karena
Musik dan Pencintanya, berharap
keAjaiban berPihak padanya dan percaya
kelak akan tiba Mujizat itu... Amin.