ANITA TOURISIA
Kepulangannya pada tanggal 14 Desember 2014 ke Tanah Air yang tetap di cintainya bukan sekedar melepas rindu saja pada keluarga tercinta, terlebih saat mendengar sang Ayahanda ‘ Bayu Trie Wirawan’ yang sedang sakit, seorang ‘Anita Tourisia’ juga berhasil menjumpai sahabat masa kecilnya ‘Nanin Nanin Sudiar dan Yon Koeswoyo’ saat mereka sama dikenal sebagai penyanyi Populer di masa tahun 60-70’an. Anita juga rela meninggalkan anak semata wayangnya ‘Rolan Easystone’ yang dilahirkannya pada 9 October 1988 hasil pernikahan dengan seorang pria berkebangsaan Amerika ‘William Easystone’ yang telah dinikahinya pada tahun 1984 namun berakhir perceraian.
Kisahnya dimulai saat penulis mengikuti dua hari perjalanan seorang ‘Anita Tourisia’ yang bernama lengkap ‘Anithea Tourisia Trie Wirawan’ sebelum bertolak di hari jum'at 19 desember 2014 kembali keNegara tempat dimana sekarang menetap si California. Selama berada di Indonesia Anita memburu tenunan Batik untuk oleh-oleh para sahabat-sahabatnya dan sasaran yang dipilihnya adalah Thamrin City, Pasar Raya-Sarinah & Pasar Raya Blok M, juga tak ketinggalan berburu masakan khas Indonesia Daging Rendang & Jengkol Balado kesukaannya . yang sulit ditemukan diNegara kini dia menetap. Anita adalah seorang penyanyi yang sangat Populer dimasa tahun pertengahan 60’an hingga awal tahun 70’an dengan sejumlah album2nya, seperti: Mama, Selendang Merah, Bunga Mawar, Flipper, Bibi Tersayang, Pemancar Kesayangan, Dewi Amor, Konde Palsu, Si Manis, Tetesan Air Mata, Buang Sauh, Papi Tercinta, Siapa-siapa Saja, Janji Tak Bertepi, Si Manis, Air Mata, Kunang-Kunang, Tetesan Air Mata, Cabe Rawit. Dia berkisah bahwa secara profesional dimulainya ketika usianya baru menginjak 7 tahun, karena seringnya bersandung di setiap kesempatan kapan dan dimana saja dirumahnya membuat ibunya melihat bakat anak sulung dari 7 bersaudara ini menyarankan untuk bergabung di Group Band Ayahnya yang seorang Tentara berpangkat Letnan.
Anita sendiri mengakui dirinya adalah tipe orang yang sangat pemalu, namun untuk urusan tarik suara malah sebaliknya menjadi malu-maluin karena tidak mau berhenti bila tidak disuruh menyudahi memberi kesempatan yang lain. Bakat alam yang didapatnya justru bukan dari kedua orang tuanya, justru dia belajar dan menirunya dari mendengar di radio yang sedang memutar lagu-lagu barat dari kebanyakan penyanyi solo atau group Band Pria, sebut saja ‘The Beatles, Tom Jones, The Beeges, The Cat, Engelbert Humperdinck, Anita mengakui sangat favorits dengan Tina Tunner dan Freddie Mercury.
Namanya sendiri diberikan oleh kedua orang tuanya sebagai ANITA TOURISIA, sang ibu ‘Maritje Mardiana’ sangat memuja Bintang film Belanda ‘Anita Ekberg’, sementara Ayahandanya ‘Bayu Trie Wirawan’ saat itu sedang bertugas di Bali menambahkan nama belakangnya TOURISIA karena sang ayah melihat bnyak Tourist (Turis) berkunjung di Pulau Dewata ini maka menjadilah nama Anita Tourisia kelahiran Surabaya 1 Agustus 1956 adalah nama yang kita kenal sekarang ini.
Nasib mujur mendekatinya saat bernyanyi di Group Band ABRI sang Ayah dan sesekali sebagai penyanyi penampil untuk selingan di Binaria, suatu hari terlihat orang Televisi dan mengajaknya bernyanyi di TVRI. Sejak itulah 'Anita Tourisia' sering wara-wiri muncul di Layar kaca dan sesekali di Night Club tentunya masih dalam pengawasan sang Ayah & Ibu yang bertindak sebagai manajernya. Dikisahkannya pengalaman menariknya adalah saat usia 7 tahun dan belum rekaman album , di bawa oleh pelawak ‘S Bagio’ show ke Surabaya bersama penyanyi senior dimasanya ‘Lilies Suryani, Ida Royani, Aida Mustafa’, dia ingat betul rasanya sebagai orang baru terjun sebagai biduan mendapat perlakuan diskriminasi dari sekitarnya sementara penyanyi lainnya mendapat jatah menyanyi dua lagu sementara dia hanya kebagian satu lagu. Dengan baju dan dandanan ala kadarnya, Anita tidak menyia2kan kesempatan emas untuk unjuk kebolehan tarik suara seperti seniornya dan menyanyikan lagu AKI tembang dari negara Francis. Saat itu ruangan gelap gulita dan tak telihat penonton, Anita berfikir tidak ada penonton dan tetap bernyanyi, namun saat menyudahi lagu lampu baru menyala dan tiba2 suasana riuh tepuk tangan seperti tak ingin berkesudahan. Barulah Anita sadar ternyata, penonton membludak penuhi ruangan gedung dan akhirnya panitia memohon ke S Bagio agar Anita bersedia bernyanyi kembali untuk kepuasan penonton yang berteriak2 ‘more..more..more’. Satu lagi kisah yang membuatnya suka senyum simpul sendiri hingga hari ini, kejadiannya ‘saat bernyanyi di Night Club – Sarinah’ rambut palsu (wiq) yang dipakainya lepas dan jatuh ke lantai saat menyanyikan lagu ‘I Who Have Nothing’ sehingga menyisakan rambut aseli dengan sejumput konde berIkat karet gelang saja. Adalah sangat sulit membayangkan betapa malunya bila terjadi semacam itu dan menjadi aib bagi seorang biduan bila mengalami hal semacamnya, konon Bulu Mata palsu pun bila terjatuh kelantai maka akan terdengar hembusan anginnya dan siap2 untuk di dakwa... ada dua pilihan si Biduan berlari sambil menangis atau memungutnya namun resikonya penonton akan meneriakinya dan mengejeknya habis-habisan. Bukan Anita namanya bila tidak memiliki akal membuat sekonyong2 hanya sebuah dagelan...?, lalu dipungutnya rambut palsunya dan kembali memasang dirambutnya sambil menatap ke penonton yang terdiam seribu bahasa menunggu pengHakiman untuk mendakwa dan apa kira2 pembelaan oleh penyanyi ini?... Rupanya Anita memasang kembali rambut palsu sedapatnya dan mendelikkan mata sebesar Jengkol, menaikan tangan meniru mongkey dan menjulurkan lidah seperti guguk sambil berkata weeeeeeeeek... Kontan penonton yang terdiam tadi tiba-tiba tertawa terpingkal2 karena menyangka Anita sedang melawak, hahahahahahahah.. kena deh loe penonton.
Akhirnya seorang Produser Rekaman mengajaknya membuat Album dimana Anita Tourisia bergandengan dengan ‘Nanin Sudiar’ masing2 mereka membawakan 3 buah lagu dalam bentuk rekaman vinyl atau plat, sayangnya mereka berdua sama lupa judul album tersebut. Kemudian Anita Tourisia kembali muncul pada album ‘Sepeda Mini’ dan menjadikan namanya menjulang adalah pada album ke Tiganya yang berjudul ‘Mama/ Syair D.Djufri & lagu Selendang Merah/ cipt. A Riyanto’. Sayangnya pihak produser tak mau merugi untuk buru-buru melepas kepasaran album ke 4 dari Anita Tourisia mcurlah album ‘Bunga Mawar/cipt. A Riyanto & Anak RT Jadi Pengantin/Cipt. D Djufari, benar saja album ini tidak sedahsyat album sebelumnya. Kemudian diceriterakan kembali oleh Anita bahwa ada seorang produser yang gagal menggaet pasangan Titiek Sandhora & Muchsin dan tertarik melihat Anita Tourisia yang dipikirannya mampu menyaingi atau setidaknya menyamakan kepopuleran Titiek Sandhora & Muchsin dengan menyandingkan seorang penyanyi pria dewasa bernama ‘Dydy Yuda Prawira lewat album Dudidu Didu & Rejeki Nomplok/cipt.Wedaswara, benar saja pasangan baru ini cukup menggetarkan hati penikmat musik Indonesia dimasanya. Sayangnya pasangan ini seumur jagung dan Anita Tourisia tetap melenggang sebagai penyanyi solo wanita yang memiliki suara khas yang tidak dimiliki penyanyi seangkatannya dan tour show tidak saja di wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke tapi sudah merambah ke negara Asia bahkan 2 buah album di hasilkannya di negara Singapura dari recording Cameron dengan sejumlah single seperti: Di Taman Bunga, Pantai Besji, Hiasan Mimpi, Biarkan Ku Menangis.
Pada Usia 11 tahun, ke populeran namanya, mobil mewah, rumah mentereng dan uang banyak diperolehnya saat album MAMA meledak di pasaran, rumah lama di Asrama ABRI Tanjung Priuk di tinggalkannya dan menempati rumah baru hasil jerih payahnya dari hasil ngamen di daerah Tomang- Jakarta Pusat. Rumah barunya terbilang luas dan besar, tujuannya agar menampung kedua orang tua dan adik2nya yang selama ini memberikan suport kepadanya sehingga menjadikannya seorang biduan Populer dimasanya. Patutlah rasanya Anita Tourisia menikmati hasil jerih payahnya dari album2nya, show-show ke berbagai Negara Asia seperti Singapura, Malaysia dan daerah2 Indonesia di Lakoninya sehingga dimasa itu tidak ada yang tak mengenal nama Anita Tourisia. Namanyapun menjadi buah bibir di kalangan musisi dan media yang melibatkannya sebagai tandingan ‘Titiek Sandhora’, terlebih lagu ‘Mama/syair.D. Djufari, Selendang Merah/cipt.A Riyanto & Pemancar Kesayangan/cipt.Wisjnu M’ menjadi lagu wajib di radio Nusantara. Namanya sering dicatut oleh panitia show, seperti diakuinya pernah terjadi di Medan Namanya dicatut oleh panitia show, seperti diakuinya pernah terjadi di Medan seseorang melaporkan padanya melihat Anita sedang show, Anita kaget dan terperanjat karena disaat sama dia merasa tdk pernah terlibat show didaerah tersebut dan setelah diusut ternyata sesorang penyanyi daerah yang didandanin mirip Anita Tourisia dan menyanyikan lagu-lagu hits darinya secara Lipsing.
Tahun 1974 adalah album terAkhir yang dihasilkan dan Anita Tourisia mulai kePincut melebarkan sayap untuk diAkui menjadi penyanyi Internasional, saat itu Anita sedang bernyanyi sambil Dance, seorang pencari bakat wanita-wanita muda & cantik menguasai Ballet untuk diajak sebagai Dance & Ballet di Rumania bernama ‘Pieter’. Sang ayah menolak tegas dan membukakan mata Anita bahwa bila disana tentunya sang ayah tak mungkin bisa menemaninya kemana dia bisa pergi. Kekerasan hati Anita untuk hengkang dari Tanah Airnya menjadi kekuatannya untuk memastikan menjemput impian pada tujuannya Amerika, terlebih Anita mempunyai kekasih koresponden di California bernama ‘Darrel Bratty’ adalah seorang Lawyer terkemuka pastilah dapat membantunya untuk raih impiannya. Anita sang pemalu yang polos tak pernah menoleh kebelakang dan didongakkan kepalanya menatap lurus bahwa untuk menjadi super star dunia harus rela berkorban berpisah dari populeritas yang sudah didapatnya dan orang2 dicintainya. Sayangnya apa yang dipikirannya adalah selalu perjalanan mulus itu tidak dijumpainya, sahabat korrespondentnya dengan seorang penyanyi Amerika ‘Neil Diamond’ saat itu tidak dijumpainya untuk merekomendasikan untuk bisa masuk diNegara yang ditujunya karena sedang show di England terlebih pakaian dan uang banyak tertinggal si koper ke penerbangan New York. Anita terbengong sendiri di Airport, mulai gambaran2 diotaknya tentang kebrutalan negara paman sam mulai berkecamuk kalau2 dia dirampok bahkan dibunuh terlebih perempuan seorang diri tak mungkin menyusul sang idola korrespondent ke Los Angeles tanpa baju ganti dan uang. Namun Tuhan tidak ingin melihatnya lama2 berpikir buruk2 kekerasan dunia karena dia percaya Tuhan ada dimana2 dan selalu tunjukan keEsaanya, benar saja seseorang juga sedang kebingungan karena kopernya juga ikut terbang ke New York bersama koper Anita. Dia adalah seorang suku Indian yang baru saja bertugas sebagai tentara di Korea dan tadi dipesawat satu duduk dibarisan bangku sama tapi sepanjang penerbangan tidak bersapa. Tentara Indian kemudian menawarkan untuk kerumahnya daripada seorang diri di Airport dan janjinya bseok kembali sama mencari kopernya, Anita manut dan menurut saja tanpa beban dan berfikirin negatif kepada orang yang baru dikenalinya. Anita dibawa kepemukiman suku Indian dan diperkenalkan ke Ibu dan saudari perempuannya disinilah Anita merasa lega dapat tidur habiskan mimpi malamnya di kamar pemuda suku yang rela berbagi untuk Anita dan dia sendiri memilih tidur disofa ruang tamu. Esoknya pemuda Indian menepati janjinya mengantar Anita mengurus kopernya dan setelahnya mereka berpisah untuk masing2 menata kembali kehidupannya, oh iya .. sayangnya sang dewa penolong itu Anita sama sekali tidak ingat namanya kecuali melukiskan bahwa wajahnya mirip ‘Charles Bronson’ si iklan Mandoooom itu sehingga penulis tidak mencantumkan namanya.
Akhirnya Anita menempati sebuah Apartement dan lambat laun sudah mulai beraktivitas layaknya seorang wanita kepasar belanja keperluan sehari2 yang Anita tidak pernah lakukan saat masih di Indonesia mulai dari masak memasak dan mengenal dugem dan pesta2 anak muda-dmudi sehingga tidak terasa masa visanya sudah habis dan harus perpanjangan masa berlakunya sementara pekerjaan sebagai penyanyi belum juga berpihak padanya. Seorang pria kenalannya bernama ‘Robert King’ menawarkan solusi untuk menikahi dengan maksud dan tujuannya sebagai penjamin untuk mendapatkan ‘green card’, Anita manut saja dan mulai merambah menyanyi2 di cafe & resto tanpa harus main petak umpet dengan Imigrasi. Selama hitungan bulan perpisahannya dengan pemuda Indian yang mirip Charles Bronson itu, Anita dan Robert King berkunjung ke pemukiman suku indian untuk sampaikan terimakasih sekligus memperkenalkan suaminya dan betapa terkejutnya Anita mendapat kabar dari para tetangga suku indian itu bahwa si Charles Bronson itu sebenarnya sudah meninggal 3 tahun lalu tewas dimedan perang. Kepala Anita menjadi pusing terasa nanar dan bumi berputar, langit seakan runtuh bila dia ingat betul pertemuannya pemuda indian itu, duduk berdampingan dalam pesawat, sama ketinggalan koper dan bahkan sudah pernah menempati kamar tidur dirumahnya maupun kembali mengantar ke Airport untuk mengurus kopernya adalah anita percaya adalah seseorang yang dikirim Tuhan untuk menolongnya... Wallahualam.
Menjadi Artis diNegara orang adalah bukan gampang seperti permainan sulap langsung abrakadabra, belum lagi bahaya terjebak kedalam mulut harimau, bahkan bisa masuk kandang singa, produser disana blak2an menawarkan seorang penyanyi bisa diorbitkan asal bisa menemaninya dulu tidur dan lebih parahnya ada yang menawarkannya asal bisa melakukan ‘oral sex’ ditonton banyak orang lain. Bila soal itu Anita bukanlah orangnya yang gampangan untuk bisa diajak tidur demi popularitas terlebih masih ingat bahwa wanita indonesia masih mempunyai norma2 ketimurannya yang dijunjung tinggi terlebih sudah memiliki suami. Karir menyanyi Anita cukup melesat bagai panah, pertunjukan shownya diberbagai negara seperti; Canada, Alaska, New York dan seluruh Amerika sudah disinggahinya sehingga pernikahannya diujung tanduk karena ketidak siapan Anita memiliki Baby dan prioritas adalah karir impian semasa di Indonesia. Akhirnya pernikahan Anita dengan Robert Kingpun kandas, mereka berpisah dengan damai tanpa ada permusuhan dan semata2 hanya karena pernikahan untuk sebuah green card saja. Akhirnya Anita melenggang sebagai penyanyi di pub sehingga kesempatan dari mr William ‘Morris Agency’ terpaksa terlewat karena sang pemilik pub sudah mengikat penyanyinya dengan kontrak sepihak, hingga suatu hari sepasang suami istri dari salah satu tamu tetap sering memperhatikan dengan seksama tindak tanduk Anita. Pada akhirnya diketahuinya bahwa sepasang suami istri ini tertarik merekrut Anita sebgai spionase atau intelijen Agen Asing Rahasia yang tetap sebagai penyanyi namun mempunyai tugas memata-matai pub-pub yang di singgahinya karena terendus ada kegiatan portitusi.
Anita Tourisia kini sudah meninggalkan aktivitasnya sebagai penyanyi dan dia ingat terakhir kalinya masih melempar album ‘Little Teaser’ pada tahun 1984 produksi Amerika saat masih bersama suami keDuanya ‘William Easystone’ yang bertindak sebagai produser dimana album inipun sempat beredar di indonesia. Begitupula Anita menyempatkan pulang kampung di Indonesia menerima show di jakarta selama 1bulan dan Jogyakarta 1 minggu menjadi saksi sebagai ucapan ‘Good Bye’ pada dunia yang dulu membesarkannya. Anita berceritera dengan dunia barunya bahwa: ‘pernah menerima Teror Ancaman Pembunuhan dan merasa sangat ketakutan bersembunyi di bagasi mobil berjam-jam sebelum dianggapnya benar2 aman dan bahkan pernah di dampingi bodyguard bila hendak kemana2’. AnitaTourisia yang lembut berkulit halus kini tidak ditemukan di dirinya lagi, yang ada sekarang Anita Tourisia penuh otot dan tubuhnya berhias dengan Tatto, dikisahkannya: mulai tertarik dunia barunya sebagai Detektif Swasta yang sudah dia geluti pada pertengahan 80’an termasuk menjanjikan dibanding dunia seninya yang melelahkan dan hasilnya tidak sebanding’. Akhirnya Anita sipenyuka beladiri seperti; Kung Fu, Pencak Silat, Menembak, TaekWondo, Jiu-Jitzu, dll mendapat dukungan suami barunya ‘Paul Blaum’ mendirikan Perusahan diberi nama ATB (Anita Tourisia Blaum) Investigations bidang Private Investigations dan sudah berdiri sejak tahun 1990 hingga sekarang dengan merekrut karyawan 24pria dan beberapa wanita yang lebih tertarik dibelakang meja sebagai Admin dari pada ke lapangan yang penuh intrik membahayakann nyawanya, mereka terdidik menyukai tantangan menjadi mata-mata dan kadang2 memburu targetnya sampai kepelosok pinggiran Amerika. Demikianlah kisah kebersamaan singkat dengan Anita saat berkunjung ke Indonesia tanah kelahirannya dan rencananya medio january 2015 kembali ke Indonesia untuk tujuan urusan yang akan diselesaikannya dan tak lupa kembali menemui sahabat kentalnya teteh Nanin Sudiar maupun si Penulis JCL sang pembawa keceriaan.... Sekian!!!