MOHON KEPADA PARA SAHABAT YANG MENGUTIP TULISAN INI,KIRANYA SUDI UNTUK MEMINTA IZIN KEPADA PENULISNYA...TERIMA KASIH.
Sabtu, 08 Agustus 2015
DORA SAHERTIAN, Sang Pianis Solois itu, akhirnya Pergi juga....
DORA SAHERTIAN
Sang Pianis Solois itu, akhirnya Pergi.....
Penulis: Jose Choa Linge,
Saat penulis menorehkan tulisan ini, kejadiannya pada hari Rabu 5 Agustus 2015 di RS UKI – Cawang dimana seorang Pianis Solois handal legendaris Indonesia DORA SAHERTIAN dirawat diruang ICU karena serangan stroke, ia tidur dengan posisi terlentang dengan serba keterbatasan dan tiada berdaya dalam penanganan Dokter dan Paramedis. Semasa sehatnya, ia yang selalu memberi keIndahan kepada semua orang dan rasa senang dihati bila mendengar lewat permainan pianonya, dengan jemarinya ia memainkan karya-karya yang tidak saja datang dari Negeri Bangsanya, tapi lebih dari itu ia hebat memainkan berbagai musik dari Negeri Bangsa lain. Jemarinya lincah memainkan tuts-tuts pianonya ia memukau seperti sedang menghipnotis ruang alam bawah sadar para penonton atau tamu-tamu Hotel sehingga penonton tak dibuatnya memicingkan mata barang sekejap melewatkan jemarinya menari-nari memainkan pianonya.
Kisahnya dimulai sejak masih bermukin di kota Surabaya, tepatnya pada tanggal.11 Agustus 1950 di Rumah Sakit Dr.Nawir, Jln.Darmo – Surabaya, lahirlah sosok bayi kecil mungil berkulit putih halus, putri pertama dari pasangan Pendeta HENDRIK HERMANUS SAHERTIAN dan SARIKA TAHA yang menyukai permainan Piano. Orang tuanya memberikan nama THEODORA SAHERTIAN kepadanya dan melekat nama sayang ‘OYA’ untuk sang buah hati, bakat piano yang dimiliki sesungguhnya datang secara otodidak berawal dari hasil mencuri-curi pandang dibalik pintu dimana sang mama sedang bermain piano dan dentingan nada yang dimainkan sang mama dengan cepat menyeretnya untuk lebih tahu. Sehingga suatu hari Dora kecil semakin tertarik mendekati benda yang dianggapnya dapat meluluh lantakkan hatinya dan mampu membuat relung hati bedesir ‘aku harus berteman dengan dawai bunyi dari benda ini’, kira-kira bahasa anak kecil seperti itu keluar dari mulut mungilnya. Serba keingin tahunyalah si Dora kecil tak surutkan niatnya untuk bisa pahami dan berdamai dengan benda yang dianggapnya ajaib ini bisa membawanya tentram, terlebih ia ingin tahu bernama apakah benda asing ini yang bila ditekan kuat atau lemah tetap hasilkan suara sama?. Akhirnya terjawab sudah tanda tanya hati si Dora kecil, sehingga suatu hari sang mama memergoki Dora kecil selalu mendekati Piano yang berada disudut ruang rumahnya dan sesekali duduk di bangku kecil mencoba meraih tust-tust dihadapannya dan menarikan jemarinya seakan ingin menjadi pemain piano solo handal di sebuah konser megah layaknya wanita dewasa dan sang mamapun membimbingnya secara benar.
Usia ‘lima’ tahun ia sudah menunjukan kemampuan luar biasanya, ia sudah menguasai permainan piano dan bernyanyi yang selalu di pertunjukan pada keluarga besarnya diacara-acara Natal dan perpisahan sekolahnya. Usia ‘sebelas’ tahun ia sudah menjadi asisten dari gurunya yang bernama TINO KERDIJK seorang guru piano berkebangsaan Belanda yang sudah lama menyatu dengan masyarakat Jawa Timur, terkadang ia mengajar murid-muridnya yang lebih besar darinya atas suruhan Mr Tino Kerdijk dan ia sangat menikmatinya dan sesekali menerawang kelak besar menjadi orang terkenal sejagad raya sebagai ‘ratu panggung’ hiburan. Menginjak usia remaja, ia belajar piano dengan sepupunya “ELLSE REHATA” anak dari Dr Rehata yang dikenal memiliki ‘tujuh’ anak yang semua putri ‘kakak –beradik’ pernah memperkuat team Regu Bola Volly tingkat Nasional –PON. Dan mulailah ia berpetualangan baru mengeksplorasi kelebihannya sebagai ‘ratu panggung’ wujudkan mimpi kecilnya dan sudah merambah pada acara pesta muda-mudi, night club, pub-pub dan namanyapun sudah menjadi buah bibir kalangan kota Surabaya. Tahun 1967 – 1969 , Dora remaja sudah aktif bergabung di beberapa kelompok seperti VONTERA SISTER + Dr. ZEUS & Band DARA AL-BATROS terbentuk bersama ‘Wiwik Kusuma/Bass,Vokal + Dacce/Melody + Anny Kusuma/Drum,Vokal + Henny/Rhytm & Dora Sahertian/ Keyboard,Vokal.
Akhirnya ia menyeberang ke Ibu Kota Jakarta awal tahun 1970 mewujudkan mimpi-mimpinya untuk menjadi ‘ratu panggung’ yang tak pernah surutkan minatnya, iapun sempat bergabung di kelompok The CANDY’S (Sandra Sumanti + Judith Manoppo + Ester Manoppo & Dora Sahertian), sebelum mempertemukannya dengan Titiek AR yang menyeretnya bergabung melanjutkan DARA PUSPITA yang sudah mengumumkan bubar tahun 1972. Lagi-lagi bendera Dara Puspita berkibar dan kembali mengusung nama Dara Puspita Min Plus dengan masuknya Judith Manoppo dan Dora Sahertian menggantikan posisi Titik Hamzah dan Lies AR. Personilnya antara lain: Titiek AR / Lead Gitar & Vocal + Susi Nander / Drum, Percussion & Vocal + Dora Sahertian / Piano, Organ & Vokal + Judith Maoppo / Bass & Vocal, kelompok ini hanya hasilkan 1 Album Piringan Hitam. Walaupun demikian, Dara Puspita Min Plus tetap diminati para pencintanya dan sudah menjemput sejumlah Konser & Show di beberapa wilayah Indonesia dan bermain di sejumlah Hotel-hotel berbintang dimasa itu. Sangat disayangkan oleh para pengagumnya, akhirnya kelompok pendobrak Band wanita inipun tidak bertahan lama dan para personilnya mencari jalan masing-masing, iapun pernah mengisi tempat kosong di The SINGERS saat posisi Organ/Piano ditinggal Sally Sardjan yang sedang rehat karena urusan ibu rumah tangga. Ditempat terpisah sahabatnya ‘Sally Sardjan’ berceritera banyak tentang Dora Sahertian, “Dora keren loh kalo nyanyi lagu ‘With A Little Help From My Friend- The Beatless’, kita-kita (The Singers) jadi koornya.. ngeBlues banget deh” atau kembali Sally menambahkan bahwa “The Singers pernah satu panggung dengan nama-nama dimulai dari ‘Dora Sahertian, Yuyun George, Suryati Supilin’, sampai-sampai The Singers dibilang mainnya keroyokan.. hahahahahahahaha” derai tawa lepas dari Sally Sardjan sudahi kisahnya saat kenangkan kebersamaannya dengan Dora Sahertian dimasa lalunya.
Selasa,4 Agustus 2015 ... Tiba-tiba penulis tersontak kaget saat menerima kabar dari tante ‘Margie Margie Segers’ mengabarkan berita yang mengguncang dada dan fikiran, ‘Yos....Dora Sahertian ... sekarang di ruang ICU rumah sakit UKI dan tak satupun nomer kontek yang bisa gue hubungi, mungkin Dada suaminya dan anaknya Michel hapenya dimatikan.. gue harus ke rumah sakit, mau ikut yos... “ maaf tante ini sudah larut malam, jose tidak bisa dan hanya Do’a jose panjatkan untuk tante Dora kataku dan menutup pembicaraan dengan tante Margie”. Kenekadtan penyanyi Jazz ini penulis angkat jempol ternyata benar saja ‘satu’ jam kemudian terdengar suaranya ditelepon ‘Yos.. tante tidak bisa masuk diruang ICU karena sudah pukul 01:00WIB, setidaknya saya puas..Yos jangan lupa jam bezuk pasien jam 11; 00 -13:00WIB dan 17:00 – 19:00WIB”... terimakasih informasinya dan terdengar tante Margiepun akhiri percakapan di dini hari itu.
Rabu, 5 Agustus 2015... Penulis sambangi Rumah Sakit UKI langsung menuju ruang ICU dan berpapasan suami tante Dora Sahertian dipintu ruang ICU yang terkunci rapat karena belum saatnya berkunjung pasien, penulis menyapa “selamat sore om..apakah om suami tante Dora... kataku, Iya ..adek siapa? .. saya bukan siapa-siapa om dan kenalkan nama saya jose sahabat para pekerja seni” . Setelah sekantong obat yang baru saja dibelinya di apotik luar diserahkan ke suster, lalu suami tante Dora mengajak ngobrol disudut koridor yang ada sebuah Meja dan dan dua bangku mungkin untuk tempat jaga suster atau security. Suami tante Dora memperkenalkan diri bernama Z.O KOTTEN dan mulai mengisahkan kronologis bagaimana sampai Dora Sahertian mengalami serangan srtoke secara tiba-tiba. Sejak hari Senin, 3 Agustus 2015 lalu, seperti biasa Dora Sahertian menunggu waktu jam mengajar sambil duduk-duduk diruang tunggu Request Music School, sembari memainkan HandPhone dan tiba-tiba tubuh Dora Sahertian limbung dan merosot kelantai namun tidak sampai terjatuh karena ada orang tua murid yang sama menunggu di ruang tunggu menyanggah tubuhnya supaya tidak sampai terjatuh mengena lantai yang bisa berakibat fatal. Sebelum dirawat di Rumah Sakit UKI, Dora Sahertian di rawat di Rumah Sakit Hermina Galaxy – Bekasi, berhubung rumah sakit ini tidak memiliki peralatan medis yang memadai berupa ‘CT SCAN (Computerized Axial Tomografi)’, akhirnya dirujuk ke rumah sakit UKI dan Dora Sahertian sudah dirawat sejak Senin, 3 Agustus 2015 dan langsung di tangani di ruang ICU.
DADA KOTTEN kelahiran Jakarta,18 October 1953 adalah suami tercinta dari Dora Sahertian dengan setia selalu ada disisinya dan tak sedikitpun ingin berpisah sampai maut datang menjemput, tulisan ini akhirnya bergulir langsung dari sang Arjuna dan beberapa nara sumber dari kerabatnya Stanny Rehata, Freddy Pietersz dan keluarga besar Sahertian mengisahkan. Dora Sahertian adalah anak pertama dari ‘empat’ besaudara ‘Charles (63Thn), Sibrandus (61Tahun) & Debby (59 Tahun), ke ‘tiga’ adik-adiknya sama menguasi teknik seni suara dan tak satupun memiliki bakat seperti mamanya ‘Sarika (Almh)’ atau kakaknya ‘Dora (65 Tahun)’ yang lihai bermain Piano. Hari ini mereka semua berkumpul di pelataran koridor rumah sakit untuk menanti orang yang sangat dkasihi dan dicintainya memberikan support kepada Dora Sahertian dan percaya “Tidak ada yang mustahil di dalam Tuhan” dan sang Arjuna Dada menyampaikan kabar kepada penulis “ Saya melihat kuasa Tuhan bekerja sangat luar biasa dalam diri Dora hari ini, sejak kehadiran Pendeta Advent Jatinegara YAN PENHANA memberikan sakramen Do’a pada ‘Dora’ ‘Puji Tuhan, dapat mendatangkan rahmat yang luar biasa dan saat saya menggenggam tangan Dora ada reaksi membalas ‘erat’ seakan tak mau dilepasnya, demikian pula saat Bapak Pendeta memimpin sakramen do’a ‘Dora’ meneteskan air mata.. terimakasih Tuhan... Tuhan telah berkenan mengabulkannya dan membuat kami semua mengalami kasih Allah yang ajaib di hari ini”.
Penulis mencoba menceriterakan Kisah kasih Dora Sahertian sang Srikandi mendapatkan Kekasih hati sang Arjunanya Z.O Kotten atau panggilan sayang Dada Kotten, dimulai saat perjumpaan dua sejoli DORA sang Srikandi & DADA sang Arjuna di Hotel Arya Duta- Menteng pada tahun 1975, bagi Arjuna kenangan itu sangat membekas bagaimana sosok srikandi Dora Sahertian sedang populernya saat masih bergabung di personel Dara Puspita yang sedang show “saat berjumpa dia pertama kali, saya langsung terpikat pada pandangan pertama dan saya berusaha mendekati dan mengajak kenalan, saat itu Dora bersama grup Dara Puspita sedang laku-lakunya sehingga menyulitkan bagi saya mendekatinya” ujar pemain yang selalu kebagian peran Dokter di sejumlah sinetron seperti ‘Aku Ingin Pulang, Tirai Kasih Terkoyak, Pelangi diMatamu, Doaku Harapanku, dll. Bagi ‘Dada’ bukan persoalan mudah untuk mendapatkan cinta dari sang pujaan hati, pasalnya pria yang berusaha masuk diihati yang di incernya telah menunggu pula puluhan pria lain dari kalangan ‘borju’ yang sama mengharapkan cinta dari Dora Sahertian dan tentunya kemenangan berpihak pada Arjuna dan percaya ternyata hanya kesederhanaan yang bisa luluh lantakkan hati srikandi. Walau usia Srikandi 3 tahun diatas sang Arjuna, bagi mereka tak mempersoalkan dan tak menanggappi anggapan miring disekitarnya yang melebel pasangan ini bahkan terlihat Arjuna tidak menyurutkan api cintanya dan mereka semakin kompak, harmonis, selaras dan tak berbeda.
Setelah masa pacaran ‘satu’ tahun, sang Arjuna melepas lajangnya dengan menyunting sang Srikandi pada 11 November 1978 menggunakan adat jawa, setelah menikah Dora tetap meneruskan karirnya sebagai pekerja seni. Sang Arjuna sebaliknya menyemangati Srikandi “Saya tidak pernah mengatur-ngatur dia.. biar saja dia menjadi diri sendiri, yang terpenting tetap tahu kewajibannya sebagai isteri”. Setelah masa penantian ‘lima’ tahun pasangan Arjuna & Srikandi, lahirlah putra perTama yang diberi nama “A. Michel T. Kotten (Jakarta,10 Mei 1983)” dan anak keDua “Malvino N.T.Kotten (Jakarta, 4 November 1990)”. Kehadiran kedua Buah Hatinya sebagai melengkapi perjalanan kisah-kasih cinta Arjuna & Srikandi dan mereka mengakui saling menghargai satu sama lain, begitupula soal mendidik anak-anak sang Arjuna tak mau otoriter dan sepakat memberi kebebasan dan menerapkan sikap manajemen terbuka, agar anak-anak tahu kondisi keluarga mereka. Tahun keJayaan Dora Sahertian menjumput pundi-pundi rupiah adalah dari masa tahun 1980 sampai dengan tahun 1990-an, ratusan serie album yang dihasilkan termasuk record yang sulit disamai dengan album para pianis solo yang menelurkan album rekaman. Tengoklah para cukong recording berlomba-lomba menggaetnya seperti: Granada, Team, Bursa Musik, Blackboard, Musicbox,dll, albumnya beragam dari 'Musik Pelepas Lelah (Serie), Instrumentalia (Feat. Embong Rahardjo), Musik Pelipur Lara (Serie), Hits Bank Instrumental(serie) , Evergreen (Serie), Sings Indonesian Evergreen Hits (serie), Instrumentalia bersama Dora Sahertian (Feat. Wachid Ajie/Serie), dll
Kini kesetiaan Arjuna kembali terUji, kekasih hidupnya yang selama ‘tiga puluh tujuh tahun’ mendampinginya suka maupun duka, kini sedang berjuang melawan penyakit stroke yang dideritanya. Setidaknya, karena aku mencintaimu..itulah alasanku tetap selalu ada bersamamu, mendampingimu Srikandiku, aku sang Arjuna hanya ingin kau tahu betapa aku sayang padamu dan ingin bahagiakanmu bisakah kita mengulur merepih waktu kedepan untuk kita lalui bersama seperti masa-masa indah dahulu... dan akhirnya kutertunduk sedih ternyata Tuhan lebih sayang padamu Srikandiku, hari ini Sabtu, 8 Agustus / Jam. 11:18WIB Srikandi cantikku telah dijemput Tuhan, pergilah dengan Damaimu, temuilah surgaMu.. Saya Z.O Kotten dan kedua anak kita Michel Kotten& Malvino Kotten biarlah tanggung jawab saya, begitupula keDua cucu kita ‘Marvell & Angeliq’ akan selalu mengirim kabar dengan Do’a, kami benar-benar telah ikhlas melepasMu Dora Sahertian.... Tuhan menyertaiMu, Amiiiiin.