MOHON KEPADA PARA SAHABAT YANG MENGUTIP TULISAN INI,KIRANYA SUDI UNTUK MEMINTA IZIN KEPADA PENULISNYA...TERIMA KASIH.
Sabtu, 08 Agustus 2015
DORA SAHERTIAN, Sang Pianis Solois itu, akhirnya Pergi juga....
DORA SAHERTIAN
Sang Pianis Solois itu, akhirnya Pergi.....
Penulis: Jose Choa Linge,
Saat penulis menorehkan tulisan ini, kejadiannya pada hari Rabu 5 Agustus 2015 di RS UKI – Cawang dimana seorang Pianis Solois handal legendaris Indonesia DORA SAHERTIAN dirawat diruang ICU karena serangan stroke, ia tidur dengan posisi terlentang dengan serba keterbatasan dan tiada berdaya dalam penanganan Dokter dan Paramedis. Semasa sehatnya, ia yang selalu memberi keIndahan kepada semua orang dan rasa senang dihati bila mendengar lewat permainan pianonya, dengan jemarinya ia memainkan karya-karya yang tidak saja datang dari Negeri Bangsanya, tapi lebih dari itu ia hebat memainkan berbagai musik dari Negeri Bangsa lain. Jemarinya lincah memainkan tuts-tuts pianonya ia memukau seperti sedang menghipnotis ruang alam bawah sadar para penonton atau tamu-tamu Hotel sehingga penonton tak dibuatnya memicingkan mata barang sekejap melewatkan jemarinya menari-nari memainkan pianonya.
Kisahnya dimulai sejak masih bermukin di kota Surabaya, tepatnya pada tanggal.11 Agustus 1950 di Rumah Sakit Dr.Nawir, Jln.Darmo – Surabaya, lahirlah sosok bayi kecil mungil berkulit putih halus, putri pertama dari pasangan Pendeta HENDRIK HERMANUS SAHERTIAN dan SARIKA TAHA yang menyukai permainan Piano. Orang tuanya memberikan nama THEODORA SAHERTIAN kepadanya dan melekat nama sayang ‘OYA’ untuk sang buah hati, bakat piano yang dimiliki sesungguhnya datang secara otodidak berawal dari hasil mencuri-curi pandang dibalik pintu dimana sang mama sedang bermain piano dan dentingan nada yang dimainkan sang mama dengan cepat menyeretnya untuk lebih tahu. Sehingga suatu hari Dora kecil semakin tertarik mendekati benda yang dianggapnya dapat meluluh lantakkan hatinya dan mampu membuat relung hati bedesir ‘aku harus berteman dengan dawai bunyi dari benda ini’, kira-kira bahasa anak kecil seperti itu keluar dari mulut mungilnya. Serba keingin tahunyalah si Dora kecil tak surutkan niatnya untuk bisa pahami dan berdamai dengan benda yang dianggapnya ajaib ini bisa membawanya tentram, terlebih ia ingin tahu bernama apakah benda asing ini yang bila ditekan kuat atau lemah tetap hasilkan suara sama?. Akhirnya terjawab sudah tanda tanya hati si Dora kecil, sehingga suatu hari sang mama memergoki Dora kecil selalu mendekati Piano yang berada disudut ruang rumahnya dan sesekali duduk di bangku kecil mencoba meraih tust-tust dihadapannya dan menarikan jemarinya seakan ingin menjadi pemain piano solo handal di sebuah konser megah layaknya wanita dewasa dan sang mamapun membimbingnya secara benar.
Usia ‘lima’ tahun ia sudah menunjukan kemampuan luar biasanya, ia sudah menguasai permainan piano dan bernyanyi yang selalu di pertunjukan pada keluarga besarnya diacara-acara Natal dan perpisahan sekolahnya. Usia ‘sebelas’ tahun ia sudah menjadi asisten dari gurunya yang bernama TINO KERDIJK seorang guru piano berkebangsaan Belanda yang sudah lama menyatu dengan masyarakat Jawa Timur, terkadang ia mengajar murid-muridnya yang lebih besar darinya atas suruhan Mr Tino Kerdijk dan ia sangat menikmatinya dan sesekali menerawang kelak besar menjadi orang terkenal sejagad raya sebagai ‘ratu panggung’ hiburan. Menginjak usia remaja, ia belajar piano dengan sepupunya “ELLSE REHATA” anak dari Dr Rehata yang dikenal memiliki ‘tujuh’ anak yang semua putri ‘kakak –beradik’ pernah memperkuat team Regu Bola Volly tingkat Nasional –PON. Dan mulailah ia berpetualangan baru mengeksplorasi kelebihannya sebagai ‘ratu panggung’ wujudkan mimpi kecilnya dan sudah merambah pada acara pesta muda-mudi, night club, pub-pub dan namanyapun sudah menjadi buah bibir kalangan kota Surabaya. Tahun 1967 – 1969 , Dora remaja sudah aktif bergabung di beberapa kelompok seperti VONTERA SISTER + Dr. ZEUS & Band DARA AL-BATROS terbentuk bersama ‘Wiwik Kusuma/Bass,Vokal + Dacce/Melody + Anny Kusuma/Drum,Vokal + Henny/Rhytm & Dora Sahertian/ Keyboard,Vokal.
Akhirnya ia menyeberang ke Ibu Kota Jakarta awal tahun 1970 mewujudkan mimpi-mimpinya untuk menjadi ‘ratu panggung’ yang tak pernah surutkan minatnya, iapun sempat bergabung di kelompok The CANDY’S (Sandra Sumanti + Judith Manoppo + Ester Manoppo & Dora Sahertian), sebelum mempertemukannya dengan Titiek AR yang menyeretnya bergabung melanjutkan DARA PUSPITA yang sudah mengumumkan bubar tahun 1972. Lagi-lagi bendera Dara Puspita berkibar dan kembali mengusung nama Dara Puspita Min Plus dengan masuknya Judith Manoppo dan Dora Sahertian menggantikan posisi Titik Hamzah dan Lies AR. Personilnya antara lain: Titiek AR / Lead Gitar & Vocal + Susi Nander / Drum, Percussion & Vocal + Dora Sahertian / Piano, Organ & Vokal + Judith Maoppo / Bass & Vocal, kelompok ini hanya hasilkan 1 Album Piringan Hitam. Walaupun demikian, Dara Puspita Min Plus tetap diminati para pencintanya dan sudah menjemput sejumlah Konser & Show di beberapa wilayah Indonesia dan bermain di sejumlah Hotel-hotel berbintang dimasa itu. Sangat disayangkan oleh para pengagumnya, akhirnya kelompok pendobrak Band wanita inipun tidak bertahan lama dan para personilnya mencari jalan masing-masing, iapun pernah mengisi tempat kosong di The SINGERS saat posisi Organ/Piano ditinggal Sally Sardjan yang sedang rehat karena urusan ibu rumah tangga. Ditempat terpisah sahabatnya ‘Sally Sardjan’ berceritera banyak tentang Dora Sahertian, “Dora keren loh kalo nyanyi lagu ‘With A Little Help From My Friend- The Beatless’, kita-kita (The Singers) jadi koornya.. ngeBlues banget deh” atau kembali Sally menambahkan bahwa “The Singers pernah satu panggung dengan nama-nama dimulai dari ‘Dora Sahertian, Yuyun George, Suryati Supilin’, sampai-sampai The Singers dibilang mainnya keroyokan.. hahahahahahahaha” derai tawa lepas dari Sally Sardjan sudahi kisahnya saat kenangkan kebersamaannya dengan Dora Sahertian dimasa lalunya.
Selasa,4 Agustus 2015 ... Tiba-tiba penulis tersontak kaget saat menerima kabar dari tante ‘Margie Margie Segers’ mengabarkan berita yang mengguncang dada dan fikiran, ‘Yos....Dora Sahertian ... sekarang di ruang ICU rumah sakit UKI dan tak satupun nomer kontek yang bisa gue hubungi, mungkin Dada suaminya dan anaknya Michel hapenya dimatikan.. gue harus ke rumah sakit, mau ikut yos... “ maaf tante ini sudah larut malam, jose tidak bisa dan hanya Do’a jose panjatkan untuk tante Dora kataku dan menutup pembicaraan dengan tante Margie”. Kenekadtan penyanyi Jazz ini penulis angkat jempol ternyata benar saja ‘satu’ jam kemudian terdengar suaranya ditelepon ‘Yos.. tante tidak bisa masuk diruang ICU karena sudah pukul 01:00WIB, setidaknya saya puas..Yos jangan lupa jam bezuk pasien jam 11; 00 -13:00WIB dan 17:00 – 19:00WIB”... terimakasih informasinya dan terdengar tante Margiepun akhiri percakapan di dini hari itu.
Rabu, 5 Agustus 2015... Penulis sambangi Rumah Sakit UKI langsung menuju ruang ICU dan berpapasan suami tante Dora Sahertian dipintu ruang ICU yang terkunci rapat karena belum saatnya berkunjung pasien, penulis menyapa “selamat sore om..apakah om suami tante Dora... kataku, Iya ..adek siapa? .. saya bukan siapa-siapa om dan kenalkan nama saya jose sahabat para pekerja seni” . Setelah sekantong obat yang baru saja dibelinya di apotik luar diserahkan ke suster, lalu suami tante Dora mengajak ngobrol disudut koridor yang ada sebuah Meja dan dan dua bangku mungkin untuk tempat jaga suster atau security. Suami tante Dora memperkenalkan diri bernama Z.O KOTTEN dan mulai mengisahkan kronologis bagaimana sampai Dora Sahertian mengalami serangan srtoke secara tiba-tiba. Sejak hari Senin, 3 Agustus 2015 lalu, seperti biasa Dora Sahertian menunggu waktu jam mengajar sambil duduk-duduk diruang tunggu Request Music School, sembari memainkan HandPhone dan tiba-tiba tubuh Dora Sahertian limbung dan merosot kelantai namun tidak sampai terjatuh karena ada orang tua murid yang sama menunggu di ruang tunggu menyanggah tubuhnya supaya tidak sampai terjatuh mengena lantai yang bisa berakibat fatal. Sebelum dirawat di Rumah Sakit UKI, Dora Sahertian di rawat di Rumah Sakit Hermina Galaxy – Bekasi, berhubung rumah sakit ini tidak memiliki peralatan medis yang memadai berupa ‘CT SCAN (Computerized Axial Tomografi)’, akhirnya dirujuk ke rumah sakit UKI dan Dora Sahertian sudah dirawat sejak Senin, 3 Agustus 2015 dan langsung di tangani di ruang ICU.
DADA KOTTEN kelahiran Jakarta,18 October 1953 adalah suami tercinta dari Dora Sahertian dengan setia selalu ada disisinya dan tak sedikitpun ingin berpisah sampai maut datang menjemput, tulisan ini akhirnya bergulir langsung dari sang Arjuna dan beberapa nara sumber dari kerabatnya Stanny Rehata, Freddy Pietersz dan keluarga besar Sahertian mengisahkan. Dora Sahertian adalah anak pertama dari ‘empat’ besaudara ‘Charles (63Thn), Sibrandus (61Tahun) & Debby (59 Tahun), ke ‘tiga’ adik-adiknya sama menguasi teknik seni suara dan tak satupun memiliki bakat seperti mamanya ‘Sarika (Almh)’ atau kakaknya ‘Dora (65 Tahun)’ yang lihai bermain Piano. Hari ini mereka semua berkumpul di pelataran koridor rumah sakit untuk menanti orang yang sangat dkasihi dan dicintainya memberikan support kepada Dora Sahertian dan percaya “Tidak ada yang mustahil di dalam Tuhan” dan sang Arjuna Dada menyampaikan kabar kepada penulis “ Saya melihat kuasa Tuhan bekerja sangat luar biasa dalam diri Dora hari ini, sejak kehadiran Pendeta Advent Jatinegara YAN PENHANA memberikan sakramen Do’a pada ‘Dora’ ‘Puji Tuhan, dapat mendatangkan rahmat yang luar biasa dan saat saya menggenggam tangan Dora ada reaksi membalas ‘erat’ seakan tak mau dilepasnya, demikian pula saat Bapak Pendeta memimpin sakramen do’a ‘Dora’ meneteskan air mata.. terimakasih Tuhan... Tuhan telah berkenan mengabulkannya dan membuat kami semua mengalami kasih Allah yang ajaib di hari ini”.
Penulis mencoba menceriterakan Kisah kasih Dora Sahertian sang Srikandi mendapatkan Kekasih hati sang Arjunanya Z.O Kotten atau panggilan sayang Dada Kotten, dimulai saat perjumpaan dua sejoli DORA sang Srikandi & DADA sang Arjuna di Hotel Arya Duta- Menteng pada tahun 1975, bagi Arjuna kenangan itu sangat membekas bagaimana sosok srikandi Dora Sahertian sedang populernya saat masih bergabung di personel Dara Puspita yang sedang show “saat berjumpa dia pertama kali, saya langsung terpikat pada pandangan pertama dan saya berusaha mendekati dan mengajak kenalan, saat itu Dora bersama grup Dara Puspita sedang laku-lakunya sehingga menyulitkan bagi saya mendekatinya” ujar pemain yang selalu kebagian peran Dokter di sejumlah sinetron seperti ‘Aku Ingin Pulang, Tirai Kasih Terkoyak, Pelangi diMatamu, Doaku Harapanku, dll. Bagi ‘Dada’ bukan persoalan mudah untuk mendapatkan cinta dari sang pujaan hati, pasalnya pria yang berusaha masuk diihati yang di incernya telah menunggu pula puluhan pria lain dari kalangan ‘borju’ yang sama mengharapkan cinta dari Dora Sahertian dan tentunya kemenangan berpihak pada Arjuna dan percaya ternyata hanya kesederhanaan yang bisa luluh lantakkan hati srikandi. Walau usia Srikandi 3 tahun diatas sang Arjuna, bagi mereka tak mempersoalkan dan tak menanggappi anggapan miring disekitarnya yang melebel pasangan ini bahkan terlihat Arjuna tidak menyurutkan api cintanya dan mereka semakin kompak, harmonis, selaras dan tak berbeda.
Setelah masa pacaran ‘satu’ tahun, sang Arjuna melepas lajangnya dengan menyunting sang Srikandi pada 11 November 1978 menggunakan adat jawa, setelah menikah Dora tetap meneruskan karirnya sebagai pekerja seni. Sang Arjuna sebaliknya menyemangati Srikandi “Saya tidak pernah mengatur-ngatur dia.. biar saja dia menjadi diri sendiri, yang terpenting tetap tahu kewajibannya sebagai isteri”. Setelah masa penantian ‘lima’ tahun pasangan Arjuna & Srikandi, lahirlah putra perTama yang diberi nama “A. Michel T. Kotten (Jakarta,10 Mei 1983)” dan anak keDua “Malvino N.T.Kotten (Jakarta, 4 November 1990)”. Kehadiran kedua Buah Hatinya sebagai melengkapi perjalanan kisah-kasih cinta Arjuna & Srikandi dan mereka mengakui saling menghargai satu sama lain, begitupula soal mendidik anak-anak sang Arjuna tak mau otoriter dan sepakat memberi kebebasan dan menerapkan sikap manajemen terbuka, agar anak-anak tahu kondisi keluarga mereka. Tahun keJayaan Dora Sahertian menjumput pundi-pundi rupiah adalah dari masa tahun 1980 sampai dengan tahun 1990-an, ratusan serie album yang dihasilkan termasuk record yang sulit disamai dengan album para pianis solo yang menelurkan album rekaman. Tengoklah para cukong recording berlomba-lomba menggaetnya seperti: Granada, Team, Bursa Musik, Blackboard, Musicbox,dll, albumnya beragam dari 'Musik Pelepas Lelah (Serie), Instrumentalia (Feat. Embong Rahardjo), Musik Pelipur Lara (Serie), Hits Bank Instrumental(serie) , Evergreen (Serie), Sings Indonesian Evergreen Hits (serie), Instrumentalia bersama Dora Sahertian (Feat. Wachid Ajie/Serie), dll
Kini kesetiaan Arjuna kembali terUji, kekasih hidupnya yang selama ‘tiga puluh tujuh tahun’ mendampinginya suka maupun duka, kini sedang berjuang melawan penyakit stroke yang dideritanya. Setidaknya, karena aku mencintaimu..itulah alasanku tetap selalu ada bersamamu, mendampingimu Srikandiku, aku sang Arjuna hanya ingin kau tahu betapa aku sayang padamu dan ingin bahagiakanmu bisakah kita mengulur merepih waktu kedepan untuk kita lalui bersama seperti masa-masa indah dahulu... dan akhirnya kutertunduk sedih ternyata Tuhan lebih sayang padamu Srikandiku, hari ini Sabtu, 8 Agustus / Jam. 11:18WIB Srikandi cantikku telah dijemput Tuhan, pergilah dengan Damaimu, temuilah surgaMu.. Saya Z.O Kotten dan kedua anak kita Michel Kotten& Malvino Kotten biarlah tanggung jawab saya, begitupula keDua cucu kita ‘Marvell & Angeliq’ akan selalu mengirim kabar dengan Do’a, kami benar-benar telah ikhlas melepasMu Dora Sahertian.... Tuhan menyertaiMu, Amiiiiin.
Sabtu, 25 Juli 2015
DEWI ROSARIA INDAH
DEWI ROSARIA INDAH .
=============================
Penulis: Jose Choa Linge.
Kelahiran Jakarta 24
juni 1962 adalah anak ke 'dua' dari 'tiga'
bersaudara, terlahir dari kedua orang tuanya
‘Alm. Soedjarwo dan Alm.Sevihara’, ibunya dikenal sebagai Produser Film dan
menghasilkan produksi Film ‘Cinta Pertama, Dewi,Karmila,dll. Semasa kecilnya sangat ingin menjadi Pragawati dan Pramugari pesawat
terbang dan sangat menyenangi dunia Teater, sehingga sempat mengumpulkan sesama sahabat2 Artis
cilik untuk bermain Teater dan menamakan kelompoknya ‘TEATER A’ antara lain: Andy Carol, Dina Mariana,
Atik Pasono, Sherly Malinton, Santi Sardi, Amalia Hadi, Pungky Pusponegoro,
Atok Sudjarwadi, Ramos, Iking, Noor Cahya, Bulan Surawidjaya. Ke ‘tiga belas’
artis-artis cilik ini berkumpul di kediaman Dewi Rosaria Indah, Jl.Cilosari
No.33 -Jakarta- Pusat, mereka menggagas untuk mengadakan kelompok grup Teater
anak-anak yang hanya beranggotakan pemain film anak-anak saja dan misinya
adalah hasil dari pementasan akan disumbakan pada kegiatan sosial(BaskSos). Kelompok ‘teater A’ dibantu para pakar-pakar
seni dijamannya seperti: ‘Sutjahjono (kerua), Mas Yono, Bunga Cumbuan Sriwijaya
(Sekretaris), Ade Sudjarwo, Buyung Erwinsyah, Ronald, Edwin Karyawan & Susi
Sudjarwo. Dewi mengungkapkan ’bahwa seorang artis film jangan hanya bisa
bermain film saja, tapi juga harus mengerti dasar-dasar akting, seperti yang
penulis kutip di harian KOMPAS, edisi Jum’at 28 November 1975.
‘Dewi Rosaria Indah’ kecil sering ikut bermain Drama di kelompok Sandiwara pimpinan ‘ Kak Yana’, berawal dari sinilah banyak produser mengajaknya bermain film dan Film RINA/ Sutrd.Abubakar Djunaedi-1971 adalah debutnya di dunia akting. Kemudian berakting di film ‘Deru Campur Debu/Sutrd.Sisworo Gautama-1972 & lewat film keTiganya 'Pemberang/Sutrd.Hasmanan-1972 meraih Piala Citra sebagai Aktris Cilik terBaik tahun 1973. Film dimana dia menjadi sangat penomenal adalah saat bersama dengan 'Faradilla Sandy' memerankan dua bersaudara sebagai 'Netty dan Susi' terAniaya, terTindas dan terUsir dari rumahnya yang harus menggelandang diluar rumah terlunta-lunta dijalanan. Film 'Ratapan Anak Tiri', besutan Sutradara ‘Sandy Suwardi Hasan-1973’, disebut-sebut sebagai pelopor film-film yang berurusan Air Mata dijamannya. Film Ratapan Anak Tiri (RAT) memberi sejarah baru bagi sineas lain membuat film sejenis yang mencoba menguras air mata penonton film indonesia dengan menampilkan pemeran anak-anak dengan tokoh dewasa yang hitam putih dan abu-abu. Nama ‘Dewi Rosaria Indah dan Faradilla Sandi’ maupun Tanty Josepha’ menjadi Populer karenanya. Sayangnya pada film skedul Ratapan Anak Tiri (RAT) 2, ‘Dewi Rosaria Indah’ sudah tidak kita temukan sebagai tokoh ‘Netty’, dikisahkan meninggal diracun oleh ibu tirinya yang diperankan oleh ‘Paula Romokoy’ dan menurutnya film skedulnya malah dia tidak tahu saat penulis menanyakan dan hanya menjawab ‘mungkin memang harus begitu ceriteranya, tokoh Netty harus mati’.
Kehebatan nama ‘Dewi Rosaria Indah’ sangat
diperhitungkan di Dunia Film Indonesia dan masuk deretan
sebagai Bintang Film Cilik berprestasi
mendapatkan penghargaan di bidangnya seperti sajawatnya, Astri Iivo, Andy
Carol, Rano Karno, Faradilla Sandy, dll. Ketika kembali penulis memancing dengan pertanyaan ‘dari
semua fim-film yang dibintangi yang paling berkesan di film apa..?’, menurutnya
‘saya menganggap semua film-film yang saya perani sangat berkesan’. Lihatlah aktingnya disejumlah film-film ini ‘Bapak Kawin Lagi/Sutrd.Lilik
Sudjio-1973, Si Doel Anak Betawi/Sutrd.Sjuman Djaya-1973, Dewi/Sutrd.Ami
Prijono-1974, Kemasukan Setan/Sutrd.Wim
Umboh-1974 dan menutup Tangisan Ibu Tiri/sutrd.Yung Indrajaya-1974. Khusus di
Film ‘Tangisan Ibu Tiri & Si Doel Anak Betawi’, ‘Dewi Rosaria indah’ banyak bermain dengan
pemain anak-anak yang sebaya dirinya, seperti: Rano Karno, Atik Pasono, Tino
Karno, Atok Sudjarwadi, dll, Dewi ‘mengatakan adalah sangat berbeda karena
dunia kami dunia anak-anak, disaat kami syuting kami kembali serius mengikuti
perintah sutradara dan bila saat istirahat kami kembali bermain selayaknya
anak2 berlari-larian dan berkejara-kejaran & main masak-masakan maupun
bermain tali bagi anak perempuan’.
Dewi Rosaria Indah, kemudian
masih muncul sebagai sang pembela siDoel yang
diPerankan ‘Rano Karno’
lewat film ‘Si Doel Anak Betaw’i atau sebagai Anak bandel dan bersikap jumawa bersama ‘Emillia
Contesa & Atik
Pasono’ memerankan film
'drama' dimana mencoba memutar balikkan fakta bahwa tidak semua Ibu Tiri itu jahat seperti penggambaran
lewat 'Tangisan Ibu Tiri' dimana dia sebagai tokoh ‘antagonis’ yang selalu mencoba mencederai ibu tirinya yang
diperankan ‘Dewi Reynette’ . Begitupula peran sebagai anak yang kemasukan Roh hasil
rekayasa skenario 'Wim Umboh' yang pernah sukses
menggarap film tema Horor berjudul 'Dikejar Dosa'. Adalah film 'Kemasukan Setan', dimana sosok Dewi
Rosaria Indah yang kesehariannya centil dan menggemaskan ini sudah harus
berakting yang menurut saya adalah akting tersulit dari Dewi. Bayangkan usianya yang baru 'sebelas' tahun,
sudah harus menjadi seorang yang kerasukan setan, teriak-teriak, jumpalitan dan
menjadi sosok pembunuh...?, Dewi berhasil memerankan seperti yang digambarkan oleh sutradara ‘Lukman Hakim Nain’ sehingga film ini diumpat sebagai peniru atau
menjiplak peran ‘Linda Blair lewat film The Exorcist’.
Akhirnya ‘Dewi Rosaria Indah’ sudah bertekad untuk meninggalkan seni peran saat sudah
memasuki usia 14-15tahun dan sudah duduk diBangku SMP, aktifitasnya sebagai
anak sekolah menyita waktunya di film
sehingga memuruskan untuk meninggalkan dunia akting yang sudah membesarkan
namanya. Dan benar-benar nama ‘Dewi Rosaria Indah’ tak pernah lagi kita temukan
kehebatan aktingnya dan penulis sempat bertanya-tanya tentang munculnya nama ‘Dewi
Rosaria Indah’ di film ‘Jhosua Oh Joshua/sutrd. Eduart P Sirait- Thn.2000’. Secara mengejutkan, dewi Rosaria Indah
muncul memerankan sosok ibu Guru lewat film ‘Joshua
Oh Joshu’a, film dimana adalah pemunculannya sejak
sekian lama vacum dan langsung beradu akting bersama ‘Desy Ratnasari, Anjasmara dan tentunya si bayi ajaib ‘Joshua Suherman’. Dewi tidak menampik bahwa memang
dialah ikut berperan dan dia sedikit menceriterakan awal kemunculannya kembali
setelah ‘libur’ selama ‘dua puluh enam tahun’
berawal “ pada waktu aku
ditawarin main film oleh sutradara ‘Eduart P Sirait yang dulu juga pernah jadi
astrada nya om Wim (Wim Umboh).. terus aku mau juga coba-coba lagi serelah
sekian tahun gak pernah ketemu camera..hehehehehe”.
Alhamdulillah, rasa penasaran
dan kerinduan kita terhadap sosok peran sebagai kak Netty, sudah terobati
karena rupanya Dewi Rosaria Indah kini sudah menampakan diri di ruang ‘SosMed- Fesbuk’ dan
penulispun menjadi saksi tercerusnya REUNI yang diPrakarsai oleh ‘Shirley
Malinton’ untuk berkumpul sebagai ajang ‘Temu Kangen’ di Resto Seroeni-Pondok
Indah 3 pada Sabtu, 4 April 2015 dan menghadirkan ‘Astri Ivo, Jessy Gusman,
Dewi Rosaria Indah, Dina Mariana, Atik Pasono, Pungky Pusponegoro, Andy Carol,
Eddy Martin, Iking, Noor Cahya, Dimas Pusponegoro + Jose Choa Linge &
kemudian Dewi Irawan maupun Santi Sardi ikut bergabung di group WA (WhatsApp)
menggunakan nama ‘Alumni ACR (Artis Cilik & Remaja). Oh iya saat
bincang-bincang dipertemuan tersebut,
penulis masih penasaran menanyakan soal keterlibatannya di dunia
recording dan membenarkan saat itu pernah menerima pinangan dari Recording Gelora
Seni menggarap Album Sanggar ceritera 'Kisah 1001 Malam serie: Kipas Ajaib' dan
setelahnya Dewi Rosaria Indah benar-benar mengucapkan Sayonara di film.
Kini Dewi Rosaria Indah
menjadi ‘single parent’ setelah ditinggal pergi suami tercinta ‘Alm.Ridwan
Wiranatakusumah’ pergi untuk selamanya dan hasil pernikahannya sudah melahirkan
‘tiga’ putra-putri bernama: ‘SHILA/ Sudah Menikah dan memberinya ‘dua’
cucu, RANGGA/sudah menikah & sudah
memberinya ‘satu’cucu & si Bontot
RIDHO/masih Kuliah. Di ceriterakannya bahwa dirinya merasa sangat-sangat happy dengan kehadiran ke
‘tiga’cucunya yang sedang lucu-lucunya, mereka adalah: ‘Radya, Sabira & Raidirga’ dan menimpali
bahwa dirinya tidak pernah tertutup untuk kembali didunia yang pernah
membesarkannya, justru kebalikannya para media dan dunia entertaintlah yang
sudah menutup buku padanya, hehehehehehe... ujarnya. Menutup pertemuan ini bersama penulis, ‘Dewi’
menyampaikan harapannya ‘semoga Film Indonesia semakin berjaya, tidak saja di
negeri sendiri tapi juga merambah di negara luar seperti masa keEmasan
film-film Indonesia dimasa lalu dengan para sineas Senior yang sudah mendahului
kita...Semoga para Tokoh-tokoh Film yang sudah wafat, khusnul khotimah..Amin. Akhir
kata ‘dewi’ ingin mewujudkan rasa rindunya kembali menyentuh dunia film sekedar
melepas kangen dan rindu ke para penggemarnya yang masih menunggunya dan masih
sebagai Dewi Rosaria Indah yang sekarang sudah oma-oma.... Amin.
ATIK PASONO
ATIK PASONO
Penulis: Jose Choa Linge,
Penulis: Jose Choa Linge,
Berawal dari Ajang Temu Kangen
para eks Bintang Film Cilik yang diprakarsai oleh ‘Shirley Malinton’ disalah
satu resto Pondok Indah Mal 3, dimana dapat menghadirkan para bintang-bintang
yang namanya cemerlan dimasa itu, seperti: Dewi Rosaria Indah, Sylvia Shirley
Malinton II, Dina Mariana, Pungky
P.Kresno Pusponegoro, Astri Ivo, Noor Cahya, Ikin, Andy Carol, Dimas
Pusponegoro, Eddy Martin dan tentunya si gadis cilik yang mencuri perhatian
publik Film Indonesia lewat aktingnya di Film ‘Biarlah Aku Pergi, Malin
Kundang, Tabah Sampai Akhir, Yatim, Senyum & Tangis, Si Doel Anak Betawi
dan Tangisan Ibu Tiri. Dari pertemuan
inilah, penulis mecoba mengulik kisah masa lalu seorang ATIK PASONO yang
lahir di Malang, 1 Januari 1966, untuk kita ketahui bersama.
Ajang temu kangen atau bisa
dikatakan REUNI para mantan Artis Cilik yang diproklamirkan pada hari sabtu,4 April 2015, sejak sekian puluh tahun menghilang tiba2
muncul dengan tampilan sederhana lebih keIbuan dan jauh berbeda semasa kecilnya
yang kurus dan tak pernah lepas menggapit Boneka maupun melempar senyum
manisnya kesiapa saja yang menyapa. Dialah Atik Pasono salah satu artis cilik
dimasanya yang diperebutkan oleh produser film untuk dipasangkan dengan ‘Rano
Karno’ sebelum era kemunculannya ‘Yessy Gusman’ tahun 1974 lewat Romi &
Juli. Menurutnya sempat gamang saat
dihubungi ‘Shirley Malinton’ lewat inbox fesbuk .. “Aku sempat kaget dan senang
juga sih .. ada angin apa ya.. soalnya selama ini gak pernah ada kontak sama
sekali, tadinya juga ragu-ragu bisa datang atau nggak ke PIM, tapi setelah dihitung-hitung waktunya
akhirnya aku bisa datang juga, seneng rasanya bisa ketemu kawan masa kecil”.
Dari sinilah kisah bergulir
tentang perjalanan seorang yang bernama ATIK PASONO saat itu langsung
dipasangkan dengan bintang populer semacam ‘Lenny Marlina, Rima Melati, Aedy
Moward & Rahayu Effendy’ dalam film
‘Biarlah Aku Pergi’, adalah suatu alasan membayangkannya saat itu usianya masih
4 tahun dan belum bisa membaca dan menulis dapat membuat semacam ‘Wim Umboh’
sang sutradara dari Biarlah Aku Pergi sangat puas dan menjulukinya sebagai
‘Bintang Masa Depan’ karena cepatnya menanggapi arahan sutradara peraih Winner
of The Golden Harvest Award ajang FFA-1971. Dalam petualangannya sebagai ATIK
anak dari Lenny Marlina tak sedikitpun merasa canggung maupun riskan
apalagi memiliki beban berakting dengan
Aktris Terbaik versi PWI ini, katanya “senang menikmati hari-harinya selama
dilokasi syuting merasa asyik-asyik saja karena diarahkan oleh om Wim (Wim
Umboh) dan crew-crew lain, terlebih sering diberi Boneka dan Coklat untuk
dibawah pulang”.
Begitulah pemilik nama ATIK
JANUARTY PASONO’ anak kedua dari dua bersaudara
yang bertautan usia jauh dengan sang sulung ‘Dr.Bambang Sungkono’ dari pasutri Perwira Departemen Hankam,
Letkol Pol ‘PASONO & NUSYELINA WATTIMENA’, menggebrak lewat akting gemilangnya
dan menebarkan pesona kesemua orang karena cepatnya dia menanggapi kemauan sang
sutradara padahal dia belum bisa baca tulis. Atik Pasono berceritera kalau
sebenarnya dikeluarga kami tidak ada yang memiliki bakat seni, semuanya secara
spontanitas dan secara kebetulan saja, dimana staff Produsernya tante ‘Ani
Mambo’ (Garuda Film)’ membutuhkan pemain
anak-anak yang kenal mami meminta tolong dicarikan dan mami langsung menawarkan
Atik’, begitulah awal terjerumusnya seorang Atik Pasono di kancah Film
Indonesia dan memulailah debutnya lewat ‘Biarlah Aku Pergi’ besutan Wim Umboh
pada tahun 1971.
Kemudian Atik Pasono
membintangi ceritera yang berdasarkan
legenda rakyat Sumatera Barat yang berjudul ‘Malin Kundang/sutrd.D
Djajakusumah, Atik dipasangkan dengan anak aktor Soekarno M Noor bernama ‘Rano
Karno’ mereka bersanding sebagai abang adik yang miskin disebuah pulau hidup
bersama sang ibu yang nestapa dimainkan oleh Fifi Young. Nama Atik Pasono
semakin menjulang dan bersanding dengan pemain-pemain cilik lainnya seperti
'Astri Ivo, Dewi Rosaria Indah, Faradilla Sandi, Andy Carol & Rano Karno'
yang lebih dulu memiliki pamor sebagai artis cilik, sejumlah filmnyapun masih
bertema penderitaan yang menguras air mata dan kantong penonton indonesia, seperti;
Yatim, Tabah Sampai Akhir & Tangisan Ibu Tiri. Jika ditanyakan dari sekian
film yang dibintanginya adalah judul
film apa yang sangat berkesan bila diIngat...?, spontan Atik menjawab
adalah film Yatim/sutrd. Bay Isbahi,
karena menurutnya film yang ‘nangis melulu saat di lokasi syuting’.
Ada kisah yang paling menarik
dari Atik Pasono dengan pasangan main filmnya semasa cilik dahulu ‘Malin
Kundang, Yatim & Tabah Sampai Akhir’ bersama Rano Karno, pernah suatu hari
bertemu saat sama menikmat musik di Pasar Seni Ancol dan waktu itu Rano Karno
bersama isterinya padahal sesungguhnya Atik duduk tidak jauh dari Rano ‘Sengaja
aku nggak negur karena ragu-ragu’ begitu kalimat pembelaan dari Atik Pasono saat penulis menanyakan
alasannya. Menurutnya, dimasa-masa
pertemuannya dengan Rano Karno masih sedang top-topnya sedangkan Atik merasa
sudah lama sekali tidak berjumpa dengannya, pastilah ada keraguan dan bisa saja
pangling atau bahkan bisa jadi Rano berbalik tidak mengenalnya dan bisa
dikatakan istilah SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) itulah yang membuat Atik sungkan
atau malu untuk menegur Rano terlebih mereka
sama-sama sudah menikah demi menjaga perasaan pasangan masing-masing
juga adalah terbaik.
Sebenarnya Atik Pasono sangat
menyukai dunia akting, lewat wadah
“TEATER A” inilah baginya dapat
berekspresi lebih menantang dan vokalnya harus dipelihara ‘utuh &
keras’ karena menurutnya penonton
panggung jaraknya cukup jauh dan suara para pemainnyapun harus sampai
kepenonton. Atik kerasan dan serius berlatih di Teater A karena selain dirinya
ada 12 sahabat-sahabat artis cilik lainnya bergabung karena teater ini khusus
hanya pemain film anak-anak saja, seperti; Dewi Rosaria Indah, Andy Carol,
Iking, Noor Cahya, Shirley Malinton,
Bulan Surawijaya, Amalia
Hadi, Dina Mariana, Santi sardi, Pungky Pusponegoro, Atok
Sujarwadi, Ramos dan tentu Atik
Pasono. Nama Atik juga pernah tertoreh
di kelompok “ Keluarga RATU ASIA” sebagai Bintang Tamu, acara ini sangat
menyegarkan menyajikan kisah sehari-hari yang hanya berkiblat di dunia
perTelevisian, banyak nama-nama artis cilik lahir dari sini, sebut saja: Niken
Basuki, Nunu Datau, Dolly Senosunarwo Sandra, Kiki Amelia Sandra & tentu
nama Atik Pasono tak ketinggalan dan
tontonan layar kaca satu-satunya televisi dimasa itu hanya TVRI.
Dalam pertemuan antara penulis
dengan Atik Pasono dikediamannya yang luas di daerah Kapin- Bekasi, atik suka sekali mengisahkan saat masih duduk
di bangku Sekolah Dasar Argentina di Jl.HOS Cokroaminoto-Menteng, pernah
bercita-cita menjadi dokter dan menurutnya pendidikan lebih penting dan utama
buat pegangan masa depan sekalipun dikenal sebagai bintang cilik. Semasa SMP Neg. I -Cikini dimana banyak sekali bertebaran
anak-anak Artis maupun pejabat dan saat Atik Pasono sudah duduk di bangku SMA
Neg.7 Gambir – Jakarta Pusat, seiring
usianya menginjak remaja namanya pun pupus dari pendengaran publik Film
Indonesia sementara beberapa teman seangkatannya masih terlibat disejumlah film
Remaja. Lihatlah Pasangan Rano Karno & Jessy Gusman, Astri Ivo, Shirley
Malinton, Dina Mariana, masih bertengger di perFilman Indonesia sebagai idola
baru.
Sebenarnya bila penggemar jeli,
sosok Atik Pasono remaja masih sempat membintangi film ‘Remang-remang
Jakarta/Sutrd. Lukmantoro DS, memang Atik berperan tidak banyak di film besutan
tahun 1981 ini dan hanya kebagian peran sebagai korban kejahatan dari ulah
orang kota yang memperdaya gadis-gadis kampung
untuk dipekerjakan di ibu kota namun pekerjaan yang dijanjikan ternyata
tidak seperti dibayangkan karena harus melayani para pria hidung belang di
rumah-rumah bordiran. Setelah mengakhiri film ini, Atik Pasono-pun mengucapkan
selamat tinggal dunia film dan mulai serius kuliah di Gunadarma – Salemba
menata masa depannya dan benar-benar sudah menutup pintu hatinya untuk akting,
sahabat-sahabatnya maupun hiruk pikuk dunia film yang pernah membesarkan
namanya.
Kini Atik Pasono atau ‘Agnes
Atik Januarti’ sudah diPersunting sang pujaan hati ‘Yohanes Iriantono’ di
jakarta 23 Agustus 1985, lucunya pertemuannya dengan pujaan hati malah secara
kebetulan saat Atik sedang mengantar pesanan catering di Kantor mas Yohanes
adalah karyawan salah satu jasa Asuransi di Gedung Kartika Plaza (sekarang
sudah menjadi UOB Plaza). Pucuk dicinta
si ulam tiba, begitulah pepatah kuno bila cinta bisa didapat kapan dan dimana
saja tanpa ada batas, gayung bersambut untuk menyatukan dua hati sejalan &
berikrar di hadapan Tuhan. Kini keluarga bahagia ini sudah dikaruniai dua putri
Maria Felicia (25Thn/1990) dan sudah menjadi karyawati di kota Jogjakarta &
Maria Stella (21Thn/1994) masih kuliah di Nusa Dua- Bali, pasutri ini kini
menikmati kehidupan hari-harinya dilingkungan
perkampungan yang Asri jauh dari kebisingan Jakarta dan Atik Pasono-pun sangat enjoy sebagai ibu
rumah tangga biasa di rumahnya yang berhalaman luas di daerah Kapin, Kalimalang
– BEKASI untuk menemukan bahagianya, Amiiiin.