BERLIAN HUTAURUK
Penulis: Jose Choa Linge,
Masa kecil adalah masa2 keindahan bagi semua anak2, demikian pula ‘Berlian Hutauruk’ yang bernama lengkap ‘Tio Berlian Hutauruk’ dan mengenang bahwa hari sekolah minggu yang selalu dinanti2nya bersama keluarga besarnya. Ayahnya ‘WS Hutauruk sangat menguasai permainan segala musik dari Biola, Piano, Gitar, Harmoni, dll sementara ibunya Helena Simanungkalit’ adalah salah satu primadona paduan suara di gereja, ternyata Berlian bersama ketiga saudara perempuannya ‘Tarida, Rugun dan Bornok’ mewarisi secara otomatis ilmu seni dari orang tuanya dan sekolah minggu itulah mereka sebagai tempat mempertunjukan kebolehan bernyanyi dari ke empat bersaudara ini. Sebenarnya Putra-Putri dari keluarga Hutauruk berjumlah cukup besar dan Berlian adalah putri ke 7 dari ‘delapan’ bersaudara, sayangnya hanya berempat yang benar2 menyukai seni suara dan bermain musik hingga kemudian hari kita mengenal nama HUTAURUK SISTER.
Berlian Hutauruk lahir di Jakarta, 11 October 1957, masa kecilnya selain sekolah minggu dan Gereja adalah tempat dia bernyanyi, di sekolah sekulerpun dia menyukai bidang nyanyi-menyanyi dan ikut paduan suara maupun Vocal Group sehingga sering mengisi pentas Televisi bersama Ibu Kasur, ibu Fat, Ibu Meinar di stasiun TVRI satu2nya dimasa itu. Masa kecilnya adalah sungguh sangat manis dia kenangkan, terbayang panggilan dan julukan ‘Kate (Pendek, Cebol)’ dari saudara2nya selalu yang dia rindukan saat sekarang sudah tak terdengar lagi, dahulu bila saudara2 atau tetangga menyebutnya si kate maka Berlian kecil selalu merajuk tangisnyapun bergema dan berlari meminta perlindungan ibunya yang sangat mengasihinya. Bukan Berlian namanya bila tak mempunyai hasrat untuk miliki keinginan tinggi dan menghapus julukan Kate, maka dipilihnya olah raga renang yang katanya membuat bisa tinggi juga untuk kebugaran dan faedahnya dapat melatih pernafasan yang kelak hari di pakainya dalam bernyanyi dan karena kegigihannya berOlah Raga Renang si Kate itu kini jauh lebih tinggi dari ke Tujuh saudara2nya semua.
Kegigihannya dalam berlatih renang Berlian juga tercatat sebagai Perenang Nasional Putri dari Club ‘Kusuma Harapan’ dan sempat menjadi rival perenang putri ‘Zoraya Perucha’ yang sempat terjun di dunia Film, tercatat di hampir semua gaya pernah dimenangkannya, seperti: Gaya Dada, Gaya Kupu-kupu, Gaya Bebas aktif dilakoninya sedari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menginjak usianya jelang Remaja, Berlian sudah mengincar dunia masa kecilnya yakni dunia yang hingga hari ini sudah ditekuninya tanpa membatasi soal usia ialah menjadi seorang Penyanyi. Berlian selalu hormat dan mengingat akan jasa kepada guru2 sekolah minggu juga sang guru vocal ‘Annete Frambach dan Djanad’ pemenang BRT jenis Seriosa yang sudah membentuknya sehingga bisa seperti sekarang ini.
Dikisahkannya bahwa kakaknya ‘Bornok Hutauruk’ lah yang menjerumuskannya mengikuti ajang lomba2 Festival, saat itu usianya sudah meginjak duduk di bangku kelas ‘dua’ Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah merambah secara profesional dan tidak tanggung2 sudah menjadi Runner Up Festival Pop Singer tingkat Jakarta dan kemudian maju ke tingkat Nasional tahun 1975 walau hanya sebagai juara ke IV jauh dibawa Melky Goeslow sebagai Juara I baginya cukuplah memuaskan. Kemudian Berlian Hutauruk sudah aktif sebagai Backing Vokal di Indonesia Merdeka dimana tempatnya para Musisi besar kumpul disini, hingga suatu hari ‘Eros Djarot’ sutradara Film Tjut Njak Dien mendapat proyek membuat Soundtrack film Badai Pasti Berlalu yang dimainkan secara ‘Trio’ antara ‘Christine Hakim, Slamet Rahardjo & Roy Marten’. Sebenarnya sang kreator film BPB ‘Teguh Karya’ sangat berkeinginan film ini di isi illustrasi musik yang bukan musik cengeng tapi apik berkelas, elegan dan miliki rasa. Akhirnya sudah terlihat team terpilih di jagonya musik ‘Nasution Bersaudara (Debby & Keenan), Yocky Suryoprayogo, Chrisye, Broery Pesolima dan tentunya sisuara tinggi melengking (Sopran) ‘Berlian Hutauruk’. Benar saja Film ‘Badai Pasti Berlalu’ menuai sukses dan meraih beberapa Piala Citra pada ajang FFI – 1978 terutama di penggarapan Musiknya.
Film ini selama 1 tahun menjadi gunjingan atas kesuksesannya dan tentunya Eros Djarot dan Team bangga karenanya, hingga suatu hari datanglah utusan Recording PT.Irama Mas menawarkan akan membeli seecara putus. Hingga akhirnya Eros Djarot kembali mengatur barisan teamnya untuk menggarap album Sound Track film BPB yang dia anggap sebagai hitung2 sebagai kenang2an saja. Terpilih team ‘Yocky Soeryoprayogo, Fariz RM dan tentu sebagai Penyanyinya Chrisye & Berlian Hutauruk’, terbitlah lagu2 seperti: ‘Pelangi, Merpati Putih, Matahari, Serasa (Cipt.Eros & Chrsye), Khayalku, Angin Malam, Semusim (Cipt.Keenan & Debby Nasution), Merepih Alam (Copt.Chrisye & Eros), Baju Pengantin (Cipt.Eros, Cheisye & Yocky S) dan tentu tak ketinggalan pada lagu ‘Badai Pasti Berlalu’. Alhasil dan tak disangka maupun dinyana, album OST BPB laku dipasaran dan secara bergerilya hampir semua Chart satasiun radio2 di seluruh penjuru Nusantara memutar sabang hari lagu2 dari album BPB ini. Kesuksesan album OST BPB menjadi pendobrak timbulnya album2 OST Film dikemudian hari, sampai hari ini illustrasi musik di Film2 Nasional sebagai ajang wajib bagi perusahaan rekaman menjadi sebuah proyek album.
Kepopuleran nama Berlian Hutauruk tentu saja menjadi perbincangan Publik, Media dan kritikus musik dan bahkan para industri rekaman berlomba2 mendekatinya dan yang menarik hatinya untuk masuk kebilik rekaman adalah di Musica Studio, meluncurlah album ‘Balada Nyanyian Cinta/Cipt.Idris Sardi’ kemudian kembali album keDuanya ‘Halo- Halo/Cipt.A Riyanto dan berturut2 album dengan recording berlainan seperti pada album Runtuhnya Keangkuhan/Cipt.Tarida Hutauruk (Sky), Dirimu Satu II/Cipt.Tarida Hutauruk (AR), Billy/Cipt.Titik Hamzah (RCA), Tangan Tak Sampai (Berlian Hutauruk 91/AR) dan akhiri album Pop Rohani & Pop Daerah Batak.
Seiring dengan kesuksesan album Badai Pasti Berlalu yang selalu dikait2kan nama Berlian Hutauruk seakan karena seorang Berlian yang memberi nyawa adanya album ini namun dengan kerendahan hatinya menyangkal bahwa ini adalah kerja team dan ada nama2 besar lainnya ‘Eros Djarot, Yocky Soeryoprayogo, Chrisye & Fariz RM dan Nasution Bersaudara yang banyak memberi harapan2 padanya sehingga menemukan roh sesungguhnya. Demikian juga di ajang Festival lagu Populer, baik bersama saudari2nya ‘Hutauruk Sister’ maupun secara Solois sebagai ‘Berlian Hutauruk’ hadir melenggang diajang Festival dari tahun ketahun, segai Berikut:
(1). Festival Lagu Penyanyi Populer Tingkat Nasional-1977 = Sadarilah Sayang/Cipt.Iskandar & Ireng Maulana – Hutauruk Sister,
(2). Festival Lagu Populer Tingkat Nasional = Jelita/Cipt. Titik Hamzah – Berlian Hutauruk,
(3). Festival Lagu Pop Tingkat Nasional -1980 = Kau, Dia, Aku/Cipt. Tarida Hutauruk - Berlian Hutauruk,
(4). Pop Song Festival Nasional -1983 = Bejana/Cipt.Hatiyanro S & Dani – Hutauruk Sister,
(5).Lagu Populer Indonesia -1988 = Ungkapan Cinta/Cipt.Tarida Hutauruk – Berlian Hutauruk.
Berlian Hutauruk mengisahkan masa saat masih di bangku SMA PSKD 1 di Ponegoto- Jakarta Pusat, dia termasuk salah satu murid yang suka bolos dan mengakui yang sering menculiknya di sekolah adalah Eros Djarot & Debby Nasution untuk masuk ke studio rekaman selesaikan album Badai pasri Berlalu. Berlian juga berceritera ada seorang gurunya bernama ‘Piet’ terkenal sangat angker dan galak tapi bagi murid2 yang berprestasi di Musik seperti melunak dan memberi kelonggaran beraktivitas selama muridnya dapat mempertanggung jawabkan prestasi dan nama baik sekolahnya.
Bagi seorang Berlian Hutauruk sangat mensyukuri dan menyikapi sangat positif pada lagu ‘Badai Pasti Berlalu’ yang kini kembali mencuat dan beberapa kali mengadakan konser diberbagai kota ‘Jakarta, Bandung, Surabaya & Malang’, tentang masa lalu dan sekarang tergabung di kehidupannya dan baginya tidak bisa dirubah2 lagu itu begitu dahsyat masih bertengger dikuping para pencinta musik masa lalu dan kembali ke masa sekarang dengan generasi baru anak2 muda sama menyukainya walau terhitung lagu ini sudah usang dan masuk hitungan ‘Tiga Puluh Sembilan Tahun (1977-2016)’ silam masih terkonsep gaya kekinian. Terkadang dia mengingat betapa dahulu pernah dia punya kepopuleran dan nama besar, karena itulah sering kita mendengar di media memberitakan serangkaiian perjalanananya kini ‘Berlian Hutauruk’ menggelar show di negeri Jiran, Singapura, Brunai tiba2 sudah menclok di Amerika belum lagi di seluruh Nusantara yang hampir semua sudah disinggahinya. Berlian juga menceriterakan beberapa lagu yang sudah menjadi lagu wajib untuk dinyanyikan selain lagu dari album ‘Badai Pasti Berlalu’ terselip lagu dari daerah Batak yang sangat menyentuh kisah Perjuangan seorang Ibu untuk anaknya, judulnya ‘Tangiang ni Da Inang’, kemudian lagu Dirimu Satu, Dengar Tuhan, dll.
Saat kini, Berlian Huturuk sudah melihat masa depannya menjadi bagian dari anak Tuhan dan menyingkirkan keartisannya mau membagi ilmu yang diembannya sebagai sarjana teologi niatnya berbagi ‘kasih’ kesesama yang membutuhkannya sebagai seorang aktivitas Gereja. Dia aktif menjadi Dosen disekolah Tinggi Teologi dan rajin memberikan pelayanan di beberapa tempat di jakarta dan bahkan sampai keliling daerah2 pedalaman Nusantara. Dia juga selalu berpesan kepada muridnya ‘Jangan hanya mengejar ilmu semata di akademis, di luar akademis harus mengetahui banyak tentang hidup karena diluar sana hidup itu berwarna, ada ‘Putih, Hitam, Abu-abu dan bukan semata warna Orange atau Merah.
Berlian kembali menceriterakan sesibuk apapun baginya selalu sempatkan sekali seminggu berolah raga Tenis lapangan atau Gym dan dimasa jaman keemasan ‘Yayuk Basuki, Susanna’ adalah rutinitas aktif2nya berolah raga, mejadi sparing partner mereka berdua. Kini gaya hidupnya sudah tidak seperti dahulu lagi segalanya dengan bertambah usianya apalagi yang harus dicapai, semua sudah pernah merasakan dan memilikinya terpenting sekarang saatnya adalah mendekatkan diri pada Tuhan dan memuji nama Tuhan disetip kesempatan apapun Tuhan ada dalam dirinya. Berlian Hutauruk memuji ketulusan Penulis JCL yang selalu memposting di netizen berita sakit para sahabat2 seni maupun berita kepulangan sahabat2 seni keharibaan Tuhan, rasanya ingin sekali dilibatkan disetiap kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Do’a bagi sahabat seni yang se-Iman dengannya yang mungkin dari Do’a2 yang disampaikannya sebagai perantara manusia dan Tuhan sehingga sahabat seni yang sakit diberi mujizat kesembuhan... Amin
Sekian,
Jakarta, 17 Juni 2016
Penulis: Jose Choa Linge,
Masa kecil adalah masa2 keindahan bagi semua anak2, demikian pula ‘Berlian Hutauruk’ yang bernama lengkap ‘Tio Berlian Hutauruk’ dan mengenang bahwa hari sekolah minggu yang selalu dinanti2nya bersama keluarga besarnya. Ayahnya ‘WS Hutauruk sangat menguasai permainan segala musik dari Biola, Piano, Gitar, Harmoni, dll sementara ibunya Helena Simanungkalit’ adalah salah satu primadona paduan suara di gereja, ternyata Berlian bersama ketiga saudara perempuannya ‘Tarida, Rugun dan Bornok’ mewarisi secara otomatis ilmu seni dari orang tuanya dan sekolah minggu itulah mereka sebagai tempat mempertunjukan kebolehan bernyanyi dari ke empat bersaudara ini. Sebenarnya Putra-Putri dari keluarga Hutauruk berjumlah cukup besar dan Berlian adalah putri ke 7 dari ‘delapan’ bersaudara, sayangnya hanya berempat yang benar2 menyukai seni suara dan bermain musik hingga kemudian hari kita mengenal nama HUTAURUK SISTER.
Berlian Hutauruk lahir di Jakarta, 11 October 1957, masa kecilnya selain sekolah minggu dan Gereja adalah tempat dia bernyanyi, di sekolah sekulerpun dia menyukai bidang nyanyi-menyanyi dan ikut paduan suara maupun Vocal Group sehingga sering mengisi pentas Televisi bersama Ibu Kasur, ibu Fat, Ibu Meinar di stasiun TVRI satu2nya dimasa itu. Masa kecilnya adalah sungguh sangat manis dia kenangkan, terbayang panggilan dan julukan ‘Kate (Pendek, Cebol)’ dari saudara2nya selalu yang dia rindukan saat sekarang sudah tak terdengar lagi, dahulu bila saudara2 atau tetangga menyebutnya si kate maka Berlian kecil selalu merajuk tangisnyapun bergema dan berlari meminta perlindungan ibunya yang sangat mengasihinya. Bukan Berlian namanya bila tak mempunyai hasrat untuk miliki keinginan tinggi dan menghapus julukan Kate, maka dipilihnya olah raga renang yang katanya membuat bisa tinggi juga untuk kebugaran dan faedahnya dapat melatih pernafasan yang kelak hari di pakainya dalam bernyanyi dan karena kegigihannya berOlah Raga Renang si Kate itu kini jauh lebih tinggi dari ke Tujuh saudara2nya semua.
Kegigihannya dalam berlatih renang Berlian juga tercatat sebagai Perenang Nasional Putri dari Club ‘Kusuma Harapan’ dan sempat menjadi rival perenang putri ‘Zoraya Perucha’ yang sempat terjun di dunia Film, tercatat di hampir semua gaya pernah dimenangkannya, seperti: Gaya Dada, Gaya Kupu-kupu, Gaya Bebas aktif dilakoninya sedari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menginjak usianya jelang Remaja, Berlian sudah mengincar dunia masa kecilnya yakni dunia yang hingga hari ini sudah ditekuninya tanpa membatasi soal usia ialah menjadi seorang Penyanyi. Berlian selalu hormat dan mengingat akan jasa kepada guru2 sekolah minggu juga sang guru vocal ‘Annete Frambach dan Djanad’ pemenang BRT jenis Seriosa yang sudah membentuknya sehingga bisa seperti sekarang ini.
Dikisahkannya bahwa kakaknya ‘Bornok Hutauruk’ lah yang menjerumuskannya mengikuti ajang lomba2 Festival, saat itu usianya sudah meginjak duduk di bangku kelas ‘dua’ Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah merambah secara profesional dan tidak tanggung2 sudah menjadi Runner Up Festival Pop Singer tingkat Jakarta dan kemudian maju ke tingkat Nasional tahun 1975 walau hanya sebagai juara ke IV jauh dibawa Melky Goeslow sebagai Juara I baginya cukuplah memuaskan. Kemudian Berlian Hutauruk sudah aktif sebagai Backing Vokal di Indonesia Merdeka dimana tempatnya para Musisi besar kumpul disini, hingga suatu hari ‘Eros Djarot’ sutradara Film Tjut Njak Dien mendapat proyek membuat Soundtrack film Badai Pasti Berlalu yang dimainkan secara ‘Trio’ antara ‘Christine Hakim, Slamet Rahardjo & Roy Marten’. Sebenarnya sang kreator film BPB ‘Teguh Karya’ sangat berkeinginan film ini di isi illustrasi musik yang bukan musik cengeng tapi apik berkelas, elegan dan miliki rasa. Akhirnya sudah terlihat team terpilih di jagonya musik ‘Nasution Bersaudara (Debby & Keenan), Yocky Suryoprayogo, Chrisye, Broery Pesolima dan tentunya sisuara tinggi melengking (Sopran) ‘Berlian Hutauruk’. Benar saja Film ‘Badai Pasti Berlalu’ menuai sukses dan meraih beberapa Piala Citra pada ajang FFI – 1978 terutama di penggarapan Musiknya.
Film ini selama 1 tahun menjadi gunjingan atas kesuksesannya dan tentunya Eros Djarot dan Team bangga karenanya, hingga suatu hari datanglah utusan Recording PT.Irama Mas menawarkan akan membeli seecara putus. Hingga akhirnya Eros Djarot kembali mengatur barisan teamnya untuk menggarap album Sound Track film BPB yang dia anggap sebagai hitung2 sebagai kenang2an saja. Terpilih team ‘Yocky Soeryoprayogo, Fariz RM dan tentu sebagai Penyanyinya Chrisye & Berlian Hutauruk’, terbitlah lagu2 seperti: ‘Pelangi, Merpati Putih, Matahari, Serasa (Cipt.Eros & Chrsye), Khayalku, Angin Malam, Semusim (Cipt.Keenan & Debby Nasution), Merepih Alam (Copt.Chrisye & Eros), Baju Pengantin (Cipt.Eros, Cheisye & Yocky S) dan tentu tak ketinggalan pada lagu ‘Badai Pasti Berlalu’. Alhasil dan tak disangka maupun dinyana, album OST BPB laku dipasaran dan secara bergerilya hampir semua Chart satasiun radio2 di seluruh penjuru Nusantara memutar sabang hari lagu2 dari album BPB ini. Kesuksesan album OST BPB menjadi pendobrak timbulnya album2 OST Film dikemudian hari, sampai hari ini illustrasi musik di Film2 Nasional sebagai ajang wajib bagi perusahaan rekaman menjadi sebuah proyek album.
Kepopuleran nama Berlian Hutauruk tentu saja menjadi perbincangan Publik, Media dan kritikus musik dan bahkan para industri rekaman berlomba2 mendekatinya dan yang menarik hatinya untuk masuk kebilik rekaman adalah di Musica Studio, meluncurlah album ‘Balada Nyanyian Cinta/Cipt.Idris Sardi’ kemudian kembali album keDuanya ‘Halo- Halo/Cipt.A Riyanto dan berturut2 album dengan recording berlainan seperti pada album Runtuhnya Keangkuhan/Cipt.Tarida Hutauruk (Sky), Dirimu Satu II/Cipt.Tarida Hutauruk (AR), Billy/Cipt.Titik Hamzah (RCA), Tangan Tak Sampai (Berlian Hutauruk 91/AR) dan akhiri album Pop Rohani & Pop Daerah Batak.
Seiring dengan kesuksesan album Badai Pasti Berlalu yang selalu dikait2kan nama Berlian Hutauruk seakan karena seorang Berlian yang memberi nyawa adanya album ini namun dengan kerendahan hatinya menyangkal bahwa ini adalah kerja team dan ada nama2 besar lainnya ‘Eros Djarot, Yocky Soeryoprayogo, Chrisye & Fariz RM dan Nasution Bersaudara yang banyak memberi harapan2 padanya sehingga menemukan roh sesungguhnya. Demikian juga di ajang Festival lagu Populer, baik bersama saudari2nya ‘Hutauruk Sister’ maupun secara Solois sebagai ‘Berlian Hutauruk’ hadir melenggang diajang Festival dari tahun ketahun, segai Berikut:
(1). Festival Lagu Penyanyi Populer Tingkat Nasional-1977 = Sadarilah Sayang/Cipt.Iskandar & Ireng Maulana – Hutauruk Sister,
(2). Festival Lagu Populer Tingkat Nasional = Jelita/Cipt. Titik Hamzah – Berlian Hutauruk,
(3). Festival Lagu Pop Tingkat Nasional -1980 = Kau, Dia, Aku/Cipt. Tarida Hutauruk - Berlian Hutauruk,
(4). Pop Song Festival Nasional -1983 = Bejana/Cipt.Hatiyanro S & Dani – Hutauruk Sister,
(5).Lagu Populer Indonesia -1988 = Ungkapan Cinta/Cipt.Tarida Hutauruk – Berlian Hutauruk.
Berlian Hutauruk mengisahkan masa saat masih di bangku SMA PSKD 1 di Ponegoto- Jakarta Pusat, dia termasuk salah satu murid yang suka bolos dan mengakui yang sering menculiknya di sekolah adalah Eros Djarot & Debby Nasution untuk masuk ke studio rekaman selesaikan album Badai pasri Berlalu. Berlian juga berceritera ada seorang gurunya bernama ‘Piet’ terkenal sangat angker dan galak tapi bagi murid2 yang berprestasi di Musik seperti melunak dan memberi kelonggaran beraktivitas selama muridnya dapat mempertanggung jawabkan prestasi dan nama baik sekolahnya.
Bagi seorang Berlian Hutauruk sangat mensyukuri dan menyikapi sangat positif pada lagu ‘Badai Pasti Berlalu’ yang kini kembali mencuat dan beberapa kali mengadakan konser diberbagai kota ‘Jakarta, Bandung, Surabaya & Malang’, tentang masa lalu dan sekarang tergabung di kehidupannya dan baginya tidak bisa dirubah2 lagu itu begitu dahsyat masih bertengger dikuping para pencinta musik masa lalu dan kembali ke masa sekarang dengan generasi baru anak2 muda sama menyukainya walau terhitung lagu ini sudah usang dan masuk hitungan ‘Tiga Puluh Sembilan Tahun (1977-2016)’ silam masih terkonsep gaya kekinian. Terkadang dia mengingat betapa dahulu pernah dia punya kepopuleran dan nama besar, karena itulah sering kita mendengar di media memberitakan serangkaiian perjalanananya kini ‘Berlian Hutauruk’ menggelar show di negeri Jiran, Singapura, Brunai tiba2 sudah menclok di Amerika belum lagi di seluruh Nusantara yang hampir semua sudah disinggahinya. Berlian juga menceriterakan beberapa lagu yang sudah menjadi lagu wajib untuk dinyanyikan selain lagu dari album ‘Badai Pasti Berlalu’ terselip lagu dari daerah Batak yang sangat menyentuh kisah Perjuangan seorang Ibu untuk anaknya, judulnya ‘Tangiang ni Da Inang’, kemudian lagu Dirimu Satu, Dengar Tuhan, dll.
Saat kini, Berlian Huturuk sudah melihat masa depannya menjadi bagian dari anak Tuhan dan menyingkirkan keartisannya mau membagi ilmu yang diembannya sebagai sarjana teologi niatnya berbagi ‘kasih’ kesesama yang membutuhkannya sebagai seorang aktivitas Gereja. Dia aktif menjadi Dosen disekolah Tinggi Teologi dan rajin memberikan pelayanan di beberapa tempat di jakarta dan bahkan sampai keliling daerah2 pedalaman Nusantara. Dia juga selalu berpesan kepada muridnya ‘Jangan hanya mengejar ilmu semata di akademis, di luar akademis harus mengetahui banyak tentang hidup karena diluar sana hidup itu berwarna, ada ‘Putih, Hitam, Abu-abu dan bukan semata warna Orange atau Merah.
Berlian kembali menceriterakan sesibuk apapun baginya selalu sempatkan sekali seminggu berolah raga Tenis lapangan atau Gym dan dimasa jaman keemasan ‘Yayuk Basuki, Susanna’ adalah rutinitas aktif2nya berolah raga, mejadi sparing partner mereka berdua. Kini gaya hidupnya sudah tidak seperti dahulu lagi segalanya dengan bertambah usianya apalagi yang harus dicapai, semua sudah pernah merasakan dan memilikinya terpenting sekarang saatnya adalah mendekatkan diri pada Tuhan dan memuji nama Tuhan disetip kesempatan apapun Tuhan ada dalam dirinya. Berlian Hutauruk memuji ketulusan Penulis JCL yang selalu memposting di netizen berita sakit para sahabat2 seni maupun berita kepulangan sahabat2 seni keharibaan Tuhan, rasanya ingin sekali dilibatkan disetiap kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Do’a bagi sahabat seni yang se-Iman dengannya yang mungkin dari Do’a2 yang disampaikannya sebagai perantara manusia dan Tuhan sehingga sahabat seni yang sakit diberi mujizat kesembuhan... Amin
Sekian,
Jakarta, 17 Juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar