Selasa, 18 April 2017

HARRY VAN HOVE

·

HARRY VAN HOVE
Penulis: Jose Choa Linge,

Empat tahun sudah kepergiannya menghadap sang pencipta dialah Harry Van Hove atau kadang salah tulis nama menjadi Harry Van Houten, sahabatnya mengenal dia sebagai seorang aranjer, komposer , musisi dan penyanyi yang sudah malang melintang di ranah musik yang dia tekunin sejak kehadirannya di usia Dini. Asal muasal nama bau2 Belanda di namanya karena kepincut pada seorang Musisi dari negeri Kincir – Belanda bernama ‘Van Hove’, sehingga Harry menyematkan Van Hove di belakang namanya sebagai nama baru dengan harapan menjadi nama keberuntungan maka jadilah HARRY VAN HOVE. Kini Harry Van Hove telah pergi dengan tenang pada hari Senin, 28 Januari 2013 di RS Siloam- Karawaci dan baru ke esokan hari, Selasa 29 Januari 2013 jenazah di Makamkan di TPU Binong Permai -Tangerang. Almarhum meninggalkan ‘sembilan’ cucu dan ‘empat’ orang anak, bernama: ‘Antonius Mickle Chrisandre, Cosmas Geoff marco, @Eouronica Nathalia Stepanie & Greigg Marciano dan seorang Isteri ‘Jeanne’ yang dinikahinya pada 11 Mei 1970, bagi anak2nya almarhum Harry Van Hove adalah sebagai Hero baginya dan menjadi sahabat yang selalu menerima anaknya seburuk apapun keadaannya.

Nama aseli sebenarnya adalah HARRY HARSONO, lahir di Solo 18 April 1946 dari orang tua bernama ‘Juli & Slameto’ dari keluarga campuran Jawa & Tiongkok dan mengisahkan kepada anaknya ‘Greigg Marciano’ kalau sekiranya bakat yang ada pada papanya ‘Harry Van Hove’ adalah warisan estafet dari opanya yang seorang Musisi Keroncong di RRI-Solo, kepada ke empat anak2nya sama menyukai musik dan saudara papah ada yang menjadi pelayanan musik di gereja ungkapnya ke penulis. Selepas menamatkan SMA di Solo, Penumping - Laweyan, Harry melangkahkan kaki mengejar matahari yang datang dari ufuk timur bahwa kota Jakarta adalah pilihannya untuk menamatkan cita2nya. Pertemuannya dengan musisi A Riyanto yang membawanya bergabung di perusahaan besar Remaco Record di Glodok adalah bunga2 impiannya yang pernah menghalau fikirannya semasa tinggal di kota Solo dan sudah mencanangkan, bila untuk sebuah cita2 harus rela merantau meninggalkan semua terkasih dan tanggalkan tapak2 kelahiran demi sebuah nama Ibu Kota yang menanti raih impian. Kesempatan itu tidak begitu lama, sebuah album LP diluncurkan ‘Tersenyum Kembali/Cipt. Is Haryanto’ dan kesempatan ke dua kembali hadir lewat persembahannya menggamit karya2nya untuk albumnya ‘Sekeping Hati Rindu Menanti, Sonet Buat Seorang Sahabat, Kenangan di Bawah Payung, Doa Seorang Ayah, Kemarau Telah Berlalu, dll dari label Yukawi pada tahun 1977.

Harry yang menguasai berbagai jenis alat musik, seperti: harmonika, gitar dan not balok tak pernah tinggal diam, bakat menulisnya di untai menjadi sebuah nada hasilkan karya meneruskan langkahnya untuk tetap menguasai kota Jakarta yang sebagian orang bilang sangat kejam melebihi kekejaman seorang ibu Tiri. Keunikannya dari hasil ciptaannya dibuat di malam hari, dan bila sudah masuk studio dirumahnya di Perum Griya Karawaci Blok A.4, Suka Bakti Curug –Karawaci, maka tak satupun dari kelurga ini berani mengusiknya. Mereka tahu bahwa perpanjangan kehidupan sehari2nya berada lewat lagu2 yang dihasilkan Harry Van Hove dan lagu ciptaannya bisa di temui di sejumlah Album Penyanyi Pop Anak2 recording Yukawi, Sky, Remaco, Irama Tara dari penyanyi, sbb: Dina Mariana, Adi Bing Slamet, Iyut Bing Slamet, Ira Maya Sopha, Sandra Dewi, Puput Novel, Fitria Elvy sukaesih, Diana Papilaya, Bobby Sandhora Muchsin, Julius Sitanggang, dll.

Begitu pula di album pop indonesia penyanyi dewasa tak ketinggalan namanya terukir lewat gubahannya pada penyanyi, seperti: Marini, Zwesty Wirabuana, Victor Hutabarat, Maya Angela, Okie Joe, Mungky S Pusponegoro, Mona Sitompul, Mamiek Slamet, Jane Susan, Johan Untung, Jamal Mirdad, Hetty Koes Endang, Daniel Sahuleka, Deasy Arisandi, Helly Gaos, Endang S Taurina, Nur’afni Octavia, Herlin Widhaswara, Maya Rumantir, Oscar Harris, Sandra Remer, Uci Bing Slamet, dll. Menurut pengakuan dari Greigg, jumlah lagu papa lebih dari 100 judul lagu dan yang teringat ada berapa lagu ciptaan papa hits disaat itu, seperti: ‘Pilih Aku atau Dia dan jawaban Pilih aku atau Dia ‘Aku Pilih Dirimu’ dibawakan secara solo oleh; Maya Angela II maupun duet bersama papah dan album OST dari film ‘Kamus Cinta sang Primadona’ berjudul ‘Jimmy dan Intan’ dibawakan bersama dengan Uci Bing Slamet. ‘Greigg’ kembali menambahkan, perasaannya miris dan sedih... saat saksikan ajang Lomba mencari bakat yang diadakan salah satu televisi swasta, dimana salah satu peserta dari Malaysia menyanyikan lagu ‘Panti Asuhan’ saat salah satu dewan juri menanyakan siapa pencipta dari lagu ini, spontan peserta dari negara Malaysia menjawab adalah ‘bunda... (menyebutkan nama salah satu penyanyi Diva Indonesia). Saya sangat sedih ....seharusnya sang Diva tersebut membetulkan bahwa pencipta lagu ini adalah papah dan lagu ini pernah di populerkan oleh jamal Mirdad yang kemudian sang Diva tersebut kembali merekamnya bukan sebagai penciptanya dan mungkin saja album ini merambah sampai ke negeri jiran sehingga kontestan ini mengenal dengan baik lagu ini saja. Harry Van Hove juga pernah mengecap indahnya berAkting dengan bintang2 film dan tidak merasa kikuk, baginya bintang film atau penyanyi adalah sama2 masih berkutat di situ2 juga. Bintang film terjun sebagai penyanyi atau sebaliknya penyanyi mencoba keberuntungan sebagai pemain film dan tak menjadi soal katanya saat ngobrol2 di telepon beberapa tahun lalu semasa hidup, almarhum diminta langsung oleh Anton Indracaya sebagai produser dr film Luka Diatas Luka /Sutrd. Buce Malauw -1987 dan terakhir lewat film Kamus Cinta sang Primadona/Sutrd.Abdi Wiyono- 1988.

Sebagai seorang anak yang terlahir dari Harry Van Hove, pastinya sangat bangga karena kami diberi cakrawala Musik secara luas dan papah adalah teman diskusi bagi kami dan tak mungkin kami melupa saat2 indah kami bersamanya.... kenangan ketika saya duduk dibangku SMP, papah ajak saya masuk kesebuah toko kaset di bilangan Blok M.. Papah bertanya ‘kamu mau kaset apa Greigg... langsung saja saya samber ‘dua’ buah kaset kesukaanku ‘The Beatles & Andy Williams’ dan papah tidak memprotes perbedaan selera musik kami... atau saat saya berlatih chord gitar sebuah lagu, saya kesulitan dibagian tertentu...Kemudian papah memnghampiri dan ajarkan chord yang benar, teringat lagu itu adalah Hawaiian Wedding song .....lanjut Greigg mengingat2 almarhum Papahnya. Jangan dikira Harry Van Hove belum pernah alami dirundung duka, masa sulit seperti apa...... karena sejujurnya musisi di negerinya ini masih kurang dihargai secara financial padahalnya karya seni itu abadi sepanjang zaman tak tergerus waktu. Keluarga kami alami pasang surut kehidupan musisi, ketika lagu pop sedang lesu2nya ....papah mencoba keberuntungan di jalur DangDut berjudul ‘Gadis Manis di Pintu Tol’ yang dibawakan oleh papah Harry Van Hove kurang berhasil dipasaran dan diakhir2 hayat papah pernah mencipta lagu hanya dibayar beberapa ratus ribu saja, padahal lagu tersebut menjadi juara ‘satu’ dalam ajang kompetisi lagu Rohani Anak2 di Bali dan keterlaluannya mereka merekam dalam bentuk CD menjadi album kompilasi dan lagu papah sebagai lagu andalan.

Saya sebagai anak dari papah Harry Van Hove, sampai hari ini bangga bila berjumpa rekan2 papah sesama musisi dan setiap saya memperkenalkan diri bahwa saya Greig Marciano salah satu putranya papah Harry Van Hove, maka teman2 papa langsung bilang ke saya ‘Papahmu adalah seorang yang baik dan dia seorang musisi senior yang apa adanya tidak mumpungi’. Tak terasa, ‘empat’ tahun kepergian papah seperti baru kemarin saja... semua masih berjalan apa adanya saat kami masih utuh, ada Papah ... ada mamah.... Tapi ketika merunut kembali saat melongok ruang dimana papah selalu habiskan waktunya seorang diri berkutat dengan inspirasinya lagu2 dan Musik, barulah berasa bahwa papah benar2 sudah pergi ke sorga.... Papaaaaah, kami anak2mu, mamah dan cucu2mu selalu berdoa untukmu, kami percaya papah sudah bahagia disana bersama Tuhan dan kami selalu merindukan papah dan menginginkan kehadiran papah sekejap menemui kami walau hanya dalam mimpi agar kami tertidur pulas dan terbangun esok hari untuk songsong kehidupan hari2 kami papaaah... Love u paaaah!!!

Jakarta, 28 Januari 2017

PRIJOLIN Enterprise



PriJoLin ENTERPRISE..

Penulis: Jose Choa Linge,

PriJoLin, adalah Tiga nama dari Pri- Prilly Priscilla, sementara Jo- Jose Choa Linge II & Lin- Linda Dewiyanti telah hadir semarakkan Event Organizer yang mulai marak di Negeri ini.

Mereka mempunyai kekuatan 'Nyali' yang tidak bisa diremehkan dan bersatu dengan Visi dan Misi untuk mengangkat kembali para Penyanyi Senior berTahta di kancah musik Indonesia untuk di hargai kehadirannya.

Mereka adalah Tiga pribadi yang masing2 sangat bertolak belakang ini, saling menutupi kekurangannya dengan kelebihan masing-masing tanpa bersinggungan satu sama lain tentunya sudah menjadi bagian dari apa yang dinamakan seHati dan seNyawa.

Semoga kehadiran 'PriJoLin Enterprise', akan selalu memberi suguhan persembahan dan kejutan2 dari mereka yang tentunya untuk membawa Visi dan Misi kepada sang Legenda Musik Tanah Air.

Bila ditanyak mengapa?... PriJoLin.... sangat2 sedih melihat para Promotor Indonesia hanya berKiblat mengundang para Musisi2 Luar dari pada menengok kanan kirinya masih banyak Artis Musisi dan Penyanyi Negerinya yang Potensial layak dapatkan hal yang sama. So kenapa kita tidak bersikap adil pada mereka?.

Gebrakan pertamanya, Sudah menyuguhkan Konsert Tunggal dari penyanyi yang kehidupan sehari2nya sangat sederhana dan Religius ini 'DIAN PIESESHA' bertajuk 'KERINDUAN' yang pernah digelar di Jakarta pada Tgl.15 Maret 2013 dan melibatkan Bintang Tamu; Wahyu OS, Eddy Silitonga, The2IN, dll bertempat 'Kartika Chandra Hotel-Ballroom Kirana, Jalan.Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Kemudian PriJoLin diGandeng KLMI (Komunitas Legendaris Musik Indonesia) pimpinan 'Chai Men Kho' menggelar Konser Amal dengan Thema 'Legend to Legend' dalam 'Malam Sejuta Kasih', keIstimewaan dari konser ini adalah melibatkan Artis Legendaris Bob Tutupoly, Ernie Djohan, Titiek Sandhora, Mus Mulyadi, Muchsin Alatas, Dian Piesesha, Arie Koesmiran, Betharia Sonata, Obbie Messakh, Maya Angela, Johan Untung, dan KOES PLUS.

PriJoLin Enterprise masih eksis walau aktifitasnya sering terlihat hanya berDua atau perOrangan baik Prilly Priscilla maupun Jose Choa Linge masih selalu mengusung Event Organisasi yang dibentuknya bila berkolaborasi tetap membawa bendera PriJoLin, dan tercatat berapa kali menggarap event yang bekerja sama dengan beberapa instansi terkait menggelar Fun Bike, Bazaar Umum maupun Bazaar Artis yang selalu dinanti para pencintanya dan menjadi daya tarik tersendiri dalam menggaet pengunjung.

Sejogyanya PriJoLin tak mungkin diragukan karena nama-nama besar didalamnya, seperti diketahui Prilly Priscilla adalah salah satu pagar ayu dari JK Records, Foto Model dan Produser begitupula nama Jose Choa Linge adalah bukan orang baru didunia seni karena sejak tahun 1980'an sempat tercatat sebagai pemain Sinetron, Teater, Model, Peragawan, Penulis, Pemerhati Musik/Film dan Pembawa Acara. Kehebatan Dua nama dari Tiga personilnya menjadi jaminan sukses sebuah acara kerena kekuatan, Starategi, Briliant dan penggemar yang mereka miliki, hal terpuji dari PriJoLin adalah mereka selalu memprioritaskan mengangkat kembali martabat Penyanyi Indonesia yang media sudah lupakan dan memberikan tempat layak yang semestinya mereka terima untuk pengabdiannya dilibatkan dalam kegiatan positif.

Semoga PriJoLin akan menjadi sebuah perjalanan panjang untuk diceriterakan perjalanannya meraih sukses keDepannya dengan tetap mengutamakan visi dan Misinya menggelar Pertunjukan, mengApresiasi para Seniman Musik Senior Indonesia dan tidak menutup kemungkinan akan merambah keseluruh Wilayah Nusantara bahkan tidak segan2 untuk 'Go International' bila Tuhan Berkenaan, Insya Allah Do'a & dukungan para sahabat2 kami nantikan,Amin.