JESSY WENAS
Penulis; Jose Choa Linge,
Namanya ‘Jehezkiel
Robert Wenas’ putra dari Direktur Rumah Buta Bandung ‘Lodewijk Wenas’
yang sangat menguasai alat musik Biola dan Saxophone, ayahnya meninggal
diusia 92tahun pada tahun 70’an saat nama Jessy Wenas diPucuk ketenaran.
Saat
bersamanya dikediaman Jl Kirey – Kampung Tengah, Kramat Jati- Jakarta
Timur, sesuatu yang menyentuh hati nurani dan bertanya-tanya dalam hati
beginikah kehidupan seorang penggubah lagu legendaris haruskah tinggal
dirumah sangat sederhana tanpa udara segar dan aroma tak sedap diapik
antara rumah-rumah lainnya yang sangat sehat?. Kemana saja Pemerintah
Negeriku dan kemana saja hati Nurani mereka membiarkan seorang ‘Maestro’
Pahlawan Seninya hidup memperihatinkan. Dahulu dia telah hasilkan
devisa dan keHaruman nama Indonesia tanpa meminta dia telah kibarkan
Merah Putih kenegara-negara lainnya dan apa balasannya kini?. Ya Tuhan,
sesuatu kembali mengiris hati saat dimana satu pertanyaan dari saya
tentang perhatian pemerintah selama masa berkarir untuk negerinya dari
tahun 60’an hingga kini sudah mendapat apa?, terjawab bahwa ‘ baru
menerima penghargaan Maestro Seni Tradisi & Anugerah kebudayaan
tahun 2011 dari Kementrian kebudayaan & Pariwisata RI Direktorat
Jendral Nilai Budaya Seni & Film.
Pria kelahiran
Tomohon-Minahasa’14 April 1939, masih mengingat saat menghabiskan masa
kecilnya di Minahasa di tahun 1957 sambil bermain gitar bersama
kawan-kawan kecil sepermainan yang dia namakan permainan ‘Jinje’. Dia
baru meninggalkan kota kelahirannya menuju kota Bandung melanjutkan
Sekolah Menengahnya pada tahun’1957 dan melanjutkan kesekolah perguruan
ITB jurusan Seni Rupa 1961 dan baru hijrah menjadi penduduk Jakarta pada
tahun 1967. Darah seninya benar-benar terpanggil saat masa sekolah
menengah dia sudah bergabung bermain Band di Group ALULAS pimpinan
Samsuddin (Kelak dikenal BIMBO), personilnya selain Sam/Vokal,
Acil/Vokal, Jessy Wenas/Lead Gitar, Guntur Soekarno Putra/Lead Gitar,
Vibraphone& Drum, Iwan Abdulrahman/Bass dan Imam/Melody pada tahun
1958 mengusung lagu-lagu Amerika Latin, Barat dan melakukan pertunjukan
diHotel-hotel berbintang di Bandung dan sekitarnya.
Kemudian Band
ALULAS berganti nama menjadi Band ANEKA NADA, masih personil semula
Sam/Vokal, Acil/Vokal, Jessy Wenas/Vokal&Lead Gitar, Guntur Soekarno
Putra/Gitar, Vibraphone & Drum, Iwan Abdulrahman/Bass dan Memet
Slamet/Vokal tahun 1960. Kelompok ini hasikan album ‘Tiada Salah’
diproduksi Irama dinyanyikan secara duet Jessy Wenas & Alfons. Konon
dimasa itu kelompok ini sangat terkenal di Kota Bandung dan sama
terkenalnya dengan kelompok lainnya seperti ARULAN/Pimp.Sjahrul G
Bajumi, KUS BERSAUDARA/Pimp.Tonny Koeswoyo di Jakarta atau AKA/Pim.Ucok
Harahap di Surabaya.
Jessy Wenas, mengingat sangat lagu pertama
yang diciptakannya untuk YANTI SISTER berjudul ABUNAWAS, Si Gareng,
Musim Menuai dan Kisah SeTangkai Daun pada tahun 1961 direkam studio
Irama. Kemudian lagu ABUNAWAS (versi Instrumental) ini kembali direkam
ulang studio Remaco pada tahun 1966 oleh Kelompok KWARTET
BINTANG/Pimp.Jessy Wenas/Lead Gitar dengan peronel tambahan seperti
‘Guntur Soekarno Putra/Melody, Memet Slamet/Vokal dan Dodo/Bass &
Drum dengan sederet lagu antara lain ‘ Putri Malu,Borobudur
(Instrumentalia), Wolter Monginsidi, Masa Lalu, Daku Dewasa, Musim
Menuai (Instrumental), Burung Gereja, Nyai Roro Kidul, Pak Tani, dll.
Ada
kisah dibalik lagu ABUNAWAS yang diciptakannya, pernah digunakan oleh
sekelompok Mahasiwa/siswi demonstran dengan mengganti liriknya menjadi
lagu yel-yel sebagai senjata menghantam pemerintahan masa Orla
kepemimpinan Presiden Soekarno. Saat dimasa pemerintahan Bung Karno pada
tahun 1966 dimana demonstrasi pada tanggal 10 Januari 1966 menghasilkan
Tri Tuntutan rakyat (TriTuRa), yakni : (1).Bubarkan PKI, (2).Rombak
Kabinet Dwikora, (3).Turunkan Harga, dalam aksi ini mencuatkan nama
Hadely Hasibuan SH yang sanggup menerima tantangan Bung Karno untuk
menurunkan Harga. Sayangnya masa pemerintahan Bung Karno sudah berpindah
ketangan pemerintahan ORBA oleh presiden Soeharto dan nama Hasibuan
tenggelam diam tak bersuara meringkuk dalam penjara dengan tuduhan
sebagai tahanan politik.
Sebagai seorang ‘pencari bakat’ dari
kelompok pencipta lagu bersama gengnya ‘Jasjir Sjam, Wedhasmara, Mus K
Wirja, A Riyanto, Zaenal Arifin, mereka mendapat tugas dari sang bos
Remaco Mr Eugene Timoty mencari penyanyi-penyanyi baru yang potensial di
daerah-daerah untuk dididik kelak menjadi super star, muncullah
nama-nama Titiek Sandhora(SOLO), Anna Mathovani(Bandung), Nenny
Triana(Bandung), dll. Kelompok ini bertugas menyiapkan Lagu,band
pengiring dan oleh bos Remaco mereka diwajibkan dalam satu album rekaman
seorang penyanyi setidaknya terdapat satu lagu ciptaan dari kelompok
ini ada yang meledak dan bila tidak maka mereka mendapat hukuman,
beruntungnya motivasi yang diterapkan sang bos memberi spirit bagi
mereka membuat yang terbaikdan terbukti disetiap album rekaman penyanyi
tersebut setidaknya terdapat lebih dari satu-dua lagu yang meledak.
Tengoklah
sejumlah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi solo pria dan wanita
bahkan duet, berhasil diciptakan oleh Jessy Wenas dan mengangkat nama
penyanyinya seperti: Bob Tutupoli- Mengapa Tiada Maaf, Tetty Kadi- Tiada
Maaf Bagimu,Pramugari Udara, Deddy Damhudy- Peluklah Daku dan Lepaskan,
Titiek Sandhora-Si Jago Mogok,Lotto Harian,Si Boncel, Di tepi Danau
Tondano, Si Bogel, Alfian-Semalam DiKota Bogor, Aida Mustafa-Lido, Ernie
Djohan- Semau Gue,Pemalu, Mutiara Yang Hilang (kemudian diklaim oleh
Agus Muhadi), Lilies Suryani-Penyelam Mutiara, Anna Mathovani-Antara
Pria & Wanita, Oma Irama-Diam-diam Jatuh Hati, Bing Slamet-Mat
Tjomblang, Oma Irama& Inneke Kusumawati-DiRumah Saja, Oslan
Husein-Bila Sedang Sendiri, Suzanna& Dicky Soeprapto- Jangan Lagi
Kau Pergi, Lily Junaedy- Insan Kesepian, Dalam Kesunyian, Jetty Widjaya-
Masa Bodoh, Nola Tilaar-Anak Piatu (Album Anak-anak), Yenny-Kucing
Sakit Gigi (Album Anak-anak), Dina Mariana-Kancil Dan Buaya, Cecak Dan
Kucing (Album Anak-anak), Sandra Dewi-Asoy (Album Anak-anak), Lanny
Sister-Bertamasya, dll.
Saat perjumpaan ini, saya jose mewakili
sahabat-sahabat Panitia berinisiatif bertemu muka dengan sang Maestro
Jessy Wenas yang kebetulannya adalah tunggal untuk dibuatkan malam kasih
sayang oleh LIONS CLUB KEINISAH-Casablanca, semoga rencana di bulan
Juni 2013 ini akan terlaksana sebagai kepeduliannya kepada Insan seni
dalam kesejahteraannya dengan penuh cinta kasih tanpa membedakan Ras dan
Agama. Terlebih Jessy Wenas pada tanggal’27 November 2012, baru saja
menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita dan hingga hari
ini masih memerlukan biaya pengobatan jalan yang tidak sedikit jumlahnya
dan LIONS CLUB siap akan mengadakan Charity Night dengan menyertakan
penyanyi-penyanyi dari artis-artis Ibu kota yang sudah menjadi members.
Mohon do’a kepada sahabat-sahabat semua sehingga niat baik kami mendapat
suport dan dukungannya, Tuhan memberkahi langkah kita semua bila sebuah
kebaikan dan niat tulus membantu kelangsungan hidup seseorang, Amin.
Terima kasih atas dukungannya..
BalasHapusHari ini beliau berada di Rs. Dr. Kandou -Manado untuk menjalani operasi usus buntu.
Papa Jessy Wenas berangkat ke Manado dalam rangka Upacara penyerahan gelar adat di batu Pinawetengan, acara berlangsung sukses.
Hari kamis,11 Juli 2013 tiba-tiba beliau anfal dan dilarikan ke Rs.Dr.Kandou. hasil diagnosa papa kena usus buntu dan harus dioperasi.
Rencananya mau dioperasi di jakarta, namun karena kondisi tubuh yang lemah kemudian diputuskan di manado saja.
Saat ini masih dalam observasi dokter untuk persiapan operasi usus buntu, karena belum lama operasi jantung jadi tim dokter harus lebih hati-hati.
Mohon doanya.
Ya Allah... maaf sekali mbq Sarah Wenas, jose baru buka Blog dan baru membaca pesan ini... Rasa terkejut yang tiada kira mendengar kabar ini, semoga om Jessy Wenas baik2 saja dan diberi kekuatan dan kesehatan dariNYA..Amin Ya Robbal Alamin
BalasHapusSemoga para senior di bidang musik Indonesia selalu dilindungi Allah swt. amin.
BalasHapusHadely Hasibuan bukan tahanan politik. Beliau terakhir menulis di kartini, pertiwi dan sejumlah buku
BalasHapus