The SINGERS
Band yang bukan merek Mesin Jahit
Oleh : Jose Choa Linge/KPMI
Band The Singers adalah band yang beranggotakan semua wanita, mereka
terdiri dari penyanyi yang sudah punya nama dan cukup terkenal dalam
dunia musik pop Indonesia di masanya. The Singers sendiri sangat melejit
di tahun 1968-1975 berbarengan dengan popularitas ARULAN, Koes
Bersaudara, Dara Puspita, Eka Sapta. Pemunculannya pada malam “Golden
Memories Song & Sixties Music” di Romeo Café -Semanggi 26 April 2008
bergandengan dengan Band Ayodhia, berhasil memukau penonton mengenang
masa-masa Nostalgia persembahannya pada lagu ‘Seruling di Lembah Sunyi,
Cinta Pertama, Malaguena Salerosa, Penuh Noda,Get Ready, I Feel Good,
Dance With The Gitar Man’, dll. The Singers memang benarlah The Singers…
Mereka tidak hanya piawai bermain Instrument, namun mereka dapat pula
bernyanyi sambil memainkan Instrument.
Mulai Terbentuk,
Desember 1967 adalah sejarah terbentuknya The Singers. Berangkat dari
penyanyi yang masing-masing menguasai alat musik, namun baru benar-benar
memproklamirkan pada awal Januari 1968. Seringnya mereka bersama
mengisi acara dan merasa kesal dengan band pengiring yang tidak
menguasai materi lagunya, sehingga oleh Neneng
Salmiah-Leader/Rhythm/Vokal sepakat membentuk band wanita dengan formasi
sesama penyanyi, maka bergabunglah Tuty Thaher- Bass/Vokal, Sally
Sardjan-Organ/Vokal, Henny Purwonegoro-Drum/Vokal dan Shinta Dungga-
Rhythym/Vokal. Beberapa bulan kemudian ‘Band Arulan’ memberi informasi,
kalau ada seorang cewek sangat menguasai permainan melody tapi
berdomisili di Palembang bernama Uun Syarbini. Kemudian mereka
berkoresponden dan mendapat jawaban langsung dari Uun, “Saya bersedia
pindah di Jakarta, asal mau diurus kepindahan saya dari Universitas
Sriwijaya (UNSRI) ke Universitas Indonesia (FEUI)”. Hebatnya The
Singers, walau hanya dengan tiga bulan setelah terbentuk mereka mampu
merebut hati penggemarnya di Ibu Kota Jakarta maupun Bandung. Meskipun
mereka hanya mempergunakan alat-alat sederhana, tetapi permainannya
cukup mengesankan. Tengok saja kelincahan Henny Purwonegoro yang tinggi
semampai mampu menggebuk drum hampir setingkat dengan Suzie Nander dan
Tuty Thaher yang mempunyai keelokan suara yang khas dan petikan bass
gitarnya juga memukau, Uun Syarbini-pun tidak bisa dianggap remeh dalam
memetik melody-melody nakal. Person lainnya, Neneng Salmiah & Shinta
Dungga tak diragukan kemampuannya memunculkan instrumen-instrumen
melody keras terkadang mengalun mendayu tanpa terdengar lembek pada
kocokan permainan Rhythm gitar keduanya, Sally Sardjan (adik dari Titik
Qadarsih) dengan kelincahan jemarinya mampu menghasilkan improvisasi tak
terduga pada dentingan pianonya. Pemunculan Singers, menandai dunia
musik hiburan akan lebih semarak, kehadiran mereka akan menambah satu
lagi deretan band wanita selain Monalisa, Miscellina, The Beach Girls
(The Bambooden Dolls), Ester Lita & Dara Laut (Kowal) kemudian
muncul Pretty Sister, Aria Junior, era 70-an. Kalau dilihat dari
kemampuan ke enam personel wanita tersebut bermusik, sudah dipastikan
The Singers akan memperkuat kedudukannya sebagai band wanita yang
disegani setelah Dara Puspita tentunya.
Masuk Dapur Rekaman,
Akhir tahun 1968, adalah pertama kali mereka merekam suaranya dengan
mengandalkan lagu Marlina karya D.Djuhari (Los Morenos), Jali-jali
(Instrumental), Land Of 1000 Dances, Oh Tuhan, Baby Your Gone, Salam
Perpisahan direkam dalam bentuk Long Play (LP) diperusahaan rekaman
Dimita Moulding Industries. The Singers mengusung musik perpaduan Latin
dan Sweet Pop, Singers mampu membawa pendengar lewat nyanyiannya di
radio-radio maupun di pertunjukan hiburan untuk berdansa dan berdisco.
Hasilnya tidak diragukan lagi kemampuan mereka bernyanyi tidak menurun,
tetap prima bahkan mereka selalu penuh energik memainkan musik
sekaligus. Kharisma Singers, bekerja dengan baik dan tetap
mempertahankannya sama persis saat mereka masih menjadi penyanyi solo.
Lihat saja, pengaruh mereka ada dimana-mana ‘RRI, Radio-radio Amatir
& Televisi’ dengan kata lain “The Singers” tidak asing lagi buat
masyarakat penggemar musik band. Kenyataannya menunjukkan The Singers
bukan merupakan band komersil, tapi hanya band amatir yang
penyanyi-penyanyinya tidak terikat pada Singers. Kalau perlu mereka
bebas menyanyi dimana saja dan bebas menentukan, kapan tidak bisa
bersama-sama dengan The Singers. Mereka semua dimasa itu adalah para
Mahasiswi dan pelajar, yang sewaktu-waktu harus tekun dengan pelajaran
Sekolah-nya.
Band Bukan dari Merek Mesin Jahit,
Kehadiran
The Singers cukup menorehkan nama dalam industri musik Indonesia, mereka
memiliki kesibukan yang super –ketat baik di pertunjukan show maupun
sebagai ‘teladan’ menomor satu-kan masa depan sebagai Mahasiswi dan
Pelajar. Begitu pula kepopuleran Singers, berbarengan dengan kehadiran
sebuah merek mesin jahit “Singer” yang dikomersilkan Rieka Suatan
sebagai model iklannya menimbulkan olok-olok berupa banyolan mengatakan
“The Singers adalah sebuah band Mesin Jahit?”. Sehingga membuat
penggemarnya mengernyitkan kening “heran?!… apa iyaaaa?”. Selama The
Singers masa berkarirnya, pertanyaan paling banyak muncul dari fans dan
wartawan adalah sebagai, ‘band Mesin Jahit’. Bagi mereka pertanyaan
nakal seperti itu bukan sebagai suatu yang menjatuhkan karir The
Singers, justru sebaliknya saling meng-combine mempopulerkan Singers
tentunya dan membawa berkah juga bagi perusahaan tersebut? (demikian
kutipan wawancara telepon dengan Shinta Dungga, tgl 30 /4 -2008).
Mulai Retak,
Absennya Henny Purwonegoro dalam kegiatan The Singers, menimbulkan
tanda tanya dan menarik perhatian penggemarnya di masa itu. Betapa tidak
Henny mengatakan bahwa “alasan-alasan pengunduran dirinya dari band
“The Singers” yang telah dirintisnya sejak tahun 1967 bersama kelima
rekan-rekannya dikarenakan tidak adanya kekompakan diantara anggotanya”.
Namun, oleh Drs Hasan Natakusumah (Manager The Singers) memberi
pernyataan berbeda, bahwa “Henny Purwonegoro telah dikeluarkan dari The
Singers karena seringnya berselisih paham sesama anggota band lainnya”
(dikutif dari harian Merdeka, 5 Oktober 1969). Bersamaan dengan
keluarnya Henny Purwonegoro, berapa lama kemudian Shinta Dungga-pun
mengundurkan diri karena telah melangsungkan pernikahannya dengan pemuda
pilihan hatinya dan lebih berkonsentrasi mengurusi kehidupan berumah
tangganya. Dengan keluarnya Henny Purwonegoro yang lebih memfokuskan
sebagai penyanyi solo, otomatis posisi drum yang kosong sudah
dipersiapkan yaitu Lies Royani (Kakak dari Ida Royani). Walaupun pada
saat itu menuai kritikan pro dan kontra, The Singers tetap berusaha
menampilkan atraksinya dan berusaha menutupi kekurangannya dengan
permainan yang sedap dipandang mata dan enak dinikmati penontonnya.
Bangkit Kembali,
Lazimlah jika sebuah band wanita, para personelnya bergonta ganti
anggotanya mengundurkan diri dengan alasan menikah atau terjadi
perselisihan faham sesama person dan yang paling utama karena tidak
adanya kekompakan sesama anggotanya. Tahun 1971 adalah kelahiran band
The Singers dengan ditandai terjadinya penambahan dan pergantian
personel baru di kubu ini, Tuty Thaher menyempatkan menghasilkan Album
Single hit-nya ‘Penuh Noda, cipt. Yasir Syam’ ikut mengundurkan diri dan
digantikan Inneke Nasution pada bass. Lies Royani-pun mengundurkan diri
secara teratur karena pernikahannya, kemudian fungsinya ditempati Iwan
satu-satunya anggota The Singers Laki-laki yang lihai memainkan
beat-beat harmonis. Formasi inipun menghasilkan berderet sejumlah hit
seperti : Derita Seorang Wanita, Surat Putus Cinta, Akhirnya, Paduan
Cinta, Ditinggal Pergi dan Luka Hatiku yang mendongkrak kepopulerannya,
The Singers semakin berkibar kencang. Perubahan mendadak sangat
menakjubkan dengan kehadiran violis wanita bernama Suryati (Supilin)
Mansya dan yang paling utama adalah bergabungnya bassist perempuan eks
Dara Puspita Min Plus Judith Manoppo (kakak dari Jimmy Manoppo)
menggantikan posisi Inneke Nasution yang juga ikut mengundurkan diri.
Akhirnya, The Singers menjadi grup wanita yang mampu berpijak
berkompetisi di negeri ini apalagi bergabungnya kembali personel lama
seperti ‘Tuty Thaher’ sehingga membawa Singers yang benar-benar bertahan
ditengah-tengah maraknya band-band Pria. Dan sudah dipastikan, Singers
mengkonsentrasikan diri pada perjalanan tour show-nya ke Luar Negeri
‘Singapura & Malaysia Barat’ selama satu bulan lamanya. Yang
menariknya, The Singers beberapa kali menjadi band pendamping bagi
band-band Luar yang show di Indonesia seperti ‘Junior Wells-USA, The
Cats- Belanda & Reynetts- Filipina, Singers-pun sangat mudah ditemui
serangkaian perjalanannya kesejumlah daerah seperti Malang, Bandung,
Kalimantan dan Medan tentunya.
Rujuk lagi,
Awal 1992,
adalah dimana The Singers bersatu lagi dan tentunya dengan formasi awal
mereka terbentuk “Neneng Salmiah SH (Notaris), Tuty Thaher (Sekretaris
Ketua Penasehat Presiden RI Urusan LN), Uun Syarbini (Pengajar Lagu
Anak-anak), Henny Purwonegoro (Penyanyi/Figur Idola Anak-anak), Sally
Sardjan (Pelatih Ballet) & Shinta Dungga (Pengusaha/Entertainment).
Kehadirannya, setelah sekian lama berpisah dengan kesibukan
masing-masing, mereka mencanangkan untuk rujuk seperti sedia kala dan
mengubur segala permasalahan di masa silam setelah mengisi acara di TVRI
‘Chandra Kirana’(1982). Dibuktikan dengan penampilan perdana-nya di
Bali Room, Hotel Indonesia dalam acara Jakarta Luncheon Secretaries.
Mereka menggebrak panggung, mempersembahkan album-album hits mereka dan
beberapa lagu-lagu pop barat Nostalgia. Namun di bulan September 1994,
salah satu personal The Singers ‘Uun Syarbini’ telah menghadap sang
khalik dengan penyakit Kanker Rahim stadium empat yang dideritanya.
Kepergiannya menyelimuti duka terdalam bagi sahabat-sahabatnya yang tak
kuasa menahan linangan air matanya. Kepergiannya merupakan pukulan telak
bagi Singers yang sudah mempersiapkan gagasan-gagasan mengulang
keperkasaannya dimasa lampau, paling tidak mengumumkan ke masyakarat
seluruh Tanah Air bahwa ‘The Singers belum pernah mengeluarkan
pernyataan bubar sampai hari ini’ (kutipan wwcr bersama’Tuty Thaher,
Neneng Salmiah & Sally Sarjan- pada 24 April 2008). Anggota The
Singers tidak berlama-lama berduka, mereka ber-Lima sering di undang
mengisi acara Melody Memori, Tembang Kenangan, Famili 100. Dan lebih
mengejutkan lagi, tahun 2008 adalah tahun ke-Emasan The Singers
(diwakilan Tuty Thaher, Neneng Salmiah & Sally Sardjan)
berkolaborasi dengan Band Ayodhia digandeng oleh pengelola resto mengisi
acara show di Romeo Café untuk penampilan ke dua kalinya. Satu hal yang
perlu dicatat, The Singers pernah muncul di TVRI acara yang dikelola
alm. Moteh Mokoginta, Aida Mustafa, alm. Eddy Susilo bertajuk 'Temu
Kangen Komunitas Musik 60' 70 & 80'an beberapa tahun lalu (thn.2010)
adalah sebuah langkah awal bagi Singers menampilkan kesempurnaan
nyanyiannya dan permainan musiknya diusia yang senja dan masih sama
terdengar seperti 40 tahun lalu. The Singers, kembali menyapa penggemar
fanatiknya yang tetap setia sekian lama dinanti dan tentunya Singers
masih tetap merebut atensi pencinta musik Indonesia “Sekarang dan
Nanti”….. Bravo!!!