TITIEK SANDHORA...Lahir di bentar, Bumi Ayu-Jawa tengah, 20 january 1954 adalah seorang artis berbakat temuan Jasir Sjam saat mendapat mandat dari pak 'Eugine Timoty' bos Remaco mencari penyanyi2 baru, insting om Jasir Sjam benar2 luar biasa saat menemukannya di Kota SOLO saat sdg bernyanyi dipanggung pertunjukan pinggir jalan salah satu hajatan pernikahan dan meminta untuk menemui Jasir Sjam di hotel Merdeka-SOLO. Singkat ceritera Titiek Sandhora bersama ibunya mendampinginya ke jakarta dan dengan kesabaran hati Jasjir Sjam menggembleng menjadi penyanyi sehingga saat audisi di Remaco studio dinyatakan 'Lulus' bertepatan sebagai kado hadiah Ulang Tahun usia ke 'lima belas'nya.
Mulai melempar album perdananya tahun 1969 'Si Boncel/cipt.Jessy Wenas & Ku Pergi/cipt.Jasjir Sjam. Debut albumnya sungguh luar biasa, penyanyi anak asuhan Jasjir Sjam sangat menghipnotis pecinta musik pop dijamannya selain berambut panjang mana cantik lagi orangnya 'begitu pujian sll datang padanya. Berlanjut album keduanya Merantau/cipt.Jasir Sjam, kembali membuktikan kemampuannya untuk bisa menjadi penyanyi populer dan bukan hanya sebagai biduan berwajah cantik tapi juga bersuara merdu. Namun tak semua penggemar atau Media mengetahui, bahwa ayahnya pak 'Sutjipto' adalah seorang tentara yang pernah bertugas di negara Afrika di Konggo dalam tugas membela Negara disuatu daerah bernama 'Sandhora' tepat saat Titiek Sandhora dilahirkan kedunia dan menyematkan nama 'Sandhora' didepan namanya UMIATI SANDHORA. Kemudian oleh Jasjir Sjam menambahkan TITIEK untuk mengganti Umiati menjadi TITIEK SANDHORA untuk tujuan komersial karena melihat diwajahnya banyak bertebaran Tahilalat yang jumlahnya ada 13biji. Titiek sandhora sudah meraih sukses dengan sejumlah album solonya, seperti: 'Si Jago Mogok, Micoma, Fujiyama,Tante Cerewet, Boleh-boleh Jangan, Si Cantik Jelita, Sayonara,Di Tepi Danau Toba, Potong Padi, Putus Cinta Di Batas Kota, Mencari, Lotto Harian,dll.
MUCHSIN ALATAS.. adalah penyanyi dari kota Makassar di Sriwijaya Group milik keluarga besar Bajumi Wahab, sehingga suatu hari diajak seorang kapten kapal Angkutan Penumpang ‘Sriwijaya Raya Line milik ayah Sjahrul G Bajumi yang kepincut suaranya dan membawanya ke Jakarta untuk bergabung di Band ARULAN/Pimp.Jarzuk Arifin (Sjahrul G Bajumi sudah ke Amerika) pada tahun 1968 dan tidak lama kemudian merekam Album ‘Merana’ yang mengangkat naik nama Muchsin Alatas di peta Musik Indonesia. Serangkaian show spektakuler bersama Band ARULAN menjadikan kolaborasi tiada sanding tiada banding dan sudah merambah keberbagai Nusantara dan Nama Muchsin Alatas saat itu selalu disandingkan dengan Broery Pesolima satu panggung sehingga memberi nilai tambah untuk Band Arulan tentunya. Begitu pula ada kisah yang sangat luar biasa untuk dikenangkan saat pertunjukan show Muchsin dan Elya Kadham lewat lagu India ‘Sawan Ka Mahina, konon duet panggung ini mampu menghipnotis masyarakat India di Indonesia tumplek memenuhi show mereka dan kabarnya Toko-toko Pasar Baru semua Tutup dan ramai-ramai hanya untuk menyaksikan duet ini.
Berkat tangan dingin Trio pencipta lagu Jessy Wenas, Jasir Sjam dan A Riyanto, penyanyi Titiek Sandhora kemudian melaju menjadi penyanyi solo yang mampu menembus gawang penyanyi-penyanyi solo terdahulunya, seperti Ernie Djohan, Neneng Salmiah,Tuty Subardjo, Aida Mustafa, Lilis Suryani, dll. Tidak begitu lama, perusahaan Remaco mencoba mengawinkan si Raja Pop Indonesia dari Makassar bernama Muchsin Alatas yang mengawali karir musiknya di Band ARULAN dan sudah populer lewat Merana, Hainun, Terseduh-Terseduh disandingkan bersama si Ratu Pop Indonesia Titiek Sandhora dengan sejumlah lagu-lagu yang luar biasa populer dan disukai Masyarakat Indonesia dan Negara Tetangga. Lagu seperti: Pertemuan Adam dan Hawa, Dunia Belum Kiamat, Hatiku Hatimu, Percaya Harapan & Cinta, Hati Pengembara, Saling Percaya, Tanggung Bulan, Burung Murai, Bon, Pegang-Pegang Tali, dll.
Mengawali tahun 2014, kehadiran pasagan ini memberikan inspirasi kepada insan Televisi, bahwa: ‘Hanya kekuatan cintalah yang mampu membuatnya bertahan, karena mereka saling menghargai dan saling memberikan yang terbaik bagi kekurangan dari masing-masing pasangannya’. Stasiun-stasiun Televisi yang biasanya alergi memunculkan para artis senior karena sudah jadul, tapi pengecualian pasangan ini muncul berturut-turut diAcara berGengsi di Televisi Swasta seperti: ‘Overa Van Java-TRANS, Bintang Tamu di acara konser Wali di SCTV, Campur-campur- ANTV, Famili 100-NET, D’Terong Show-INDOSIAR,dll.
Baru saja (tahun 2014), pasangan ini kembali berakting di Sinetron FTV diTelevisi adalah bukan sesuatu yang baru bagi Titiek sandhora maupun Muchsin, Jauh sebelumnya di masa nama mereka Populer di Tahun 70’an sebagai penyanyi, dunia akting telah menyeretnya ke Layar Lebar dengan serangkaian Film-film yang ditunggu pencintanya, seperti: Dunia Belum Kiamat, Bundaku Sayang, Lagu Untukmu, Kasih Sayang, Permata Bunda, Ali Topan Anak Jalanan. Bahkan Titiek Sandhora pernah berAkting bersama Christine Hakim sebagai Pemeran Utama di Film ‘Surat Undangan ditangani sutradara Ishaq Iskandar pada Tahun.1975.
Kini Titiek Sandora bersama suaminya 'Muchsin Alatas' hidup bahagia bersamaPutra-Putri tercintanya ‘Bobby, Beby, Bella’ dan ditemani keceriaan cucu-cucunya dan tetap menjadi sebuah 'ikon' untuk percontohan keutuhan Rumah Tangga yang sehat dan tentram tak pernah tergoyahkan. Kehadiran duet Titiek sandhora dan Muchsin alatas dimasa dulu dan sekarang tetap menjadi sebuah ikatan kekuatan cinta dari awal pertemuan 'Adam dan Hawa' hingga hari ini masih tetap mengikrarkan jalinan kasihnya hingga maut terpisahkan sampai 'Dunia Belum Kiamat...Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar