Si Raja Keroncong,
MUS MULYADI
Siapa bilang, mengusung lagu keroncong & Langgam Jawa
hanya dapat dinyanyikan dan dinikmati kalangan orang tua-tua saja?. Buktinya,
di masa itu ada ‘generasi muda’ yang bernama “Mus Mulyadi”
berhasil membuat pukulan dahsyat di industri musik kroncong yang kala itu
dimiliki Gesang, Isnarti, Bram (Aceh) Titaley, Tan Tjeng Bok (Pak Item),
Itjih Sumarni & Waljinah saja.
Semula Mus Mulyadi, menggeluti lagu-lagu Pop malah sebaliknya sukses
diraihnya dari keroncong & Langgam Jawa yang membawanya melanglang buana ke
berbagai negara, seperti: Francis, Belanda & Belgia, kecuali Rusia
yang belum disinggahinya “konon… belum ada akses kesana”,
ungkapnya!. Bahkan kesohoran namanya dikenal di negara Amerika & Suriname
dengan tembang-tembangnya seperti: Rek Ayo Rek, Rondo ngarep Poma &
Gerimis. Sejak itulah kiprahnya makin menggila dan bukan hanya kancah
Keroncong & Langgam Jawa saja yang digelutinya, tapi Melayu &
Dangdut-pun di rambahnya. Bahkan enam penghargaan diraihnya, membuat
namanya makin dikenal. Seperti: “peraih
2 Piring Emas untuk Lagu Melayu & Dangdut “Hitam Manis & Siksa
Kubur” (1974 & 1978), Penyanyi Dangdut Favorit “Duet‘Herlina
Effendy” - PUSPEN ABRI (1984/1985), Anugerah Pernyanyi Langgam Jawa
Legendaris Kroncong Kreatif (1993), Meraih BASF Award XI - Musik Keroncong
(1996) dan Peraih Keroncong Award
- “Pengghargaan dari Dinas Kebudayaan & Permesiunan DKI – Jakarta”
(2002).
Keluarga
Seniman,
Menurut, anak ke-tiga dari
delapan bersaudara ini. Semula bercita-cita menjadi seorang arsitektur,
namun akhirnya lebih lekat dengan tarik suara karena hampir setiap hari melihat
orang tuanya bermain gamelan mengiringi penyanyi lainnya dimasa itu. Mus
Mulyadi, Lahir di Surabaya 14 Agustus 1945 dan masa kecilnya hingga remaja
dihabiskan di kota Surabaya. Berkeseniannya, tidak pernah didesain oleh sang bapak Ali Sukandi yang berprofesi sebagai pemain Gamelan untuk
mengikuti jejaknya. Meski, Tiga dari delapan saudaranya ini lebih memilih menggeluti berkeseniannya
di jalur tarik suara. Dua Kakaknya, Sumiati adalah penyanyi
Keroncong di Belanda dan Mulyono dikenal di Surabaya sebagai penyanyi
keroncong pula, sementara adiknya dikenal sebagai Mus Mudjiono.
Mendirikan
Band,
Terjadi sekitar tahun 1962 – 1969. Kecintaannya kepada
musik indonesia dimasa remaja sudah mendarah daging semasa domisili di
Surabaya, Mus Mulyadi sudah membentuk
band 'Irama Puspita' yang personilnya tiga belas wanita-wanita perkasa yang telah
dipersiapkan untuk sukses di dunia panggung hiburan. Band asuhannya, pernah
mengisi acara PON I GANEFO di Jakarta dan merajai berbagai ajang lomba-lomba
Festival di kotanya, tiga diantaranya adalah: Tititek AR, Lies AR, Sugien alias Susie Nander. Mereka kelak dikenal dengan nama “Dara
Puspita” setelah hengkang secara
diam-diam tanpa sepengetahuannya ke Ibukota Jakarta. Ada selentingan yang
mengatakan, ‘bubarnya’ band asuhannya tersebut di sebabkan oleh
keberadaan “Kus Bersaudara” yang sering show di kota ini. Setelah itu, Mus Mulyadi-pun membubarkan dan
kemudian membentuk band baru dinamai ‘Ariesta Birawa’, dengan personel: Drummer-
Jeffry Zaenal (Abidin), Rhytem- Harris, Melody- Oedin Syach &
Bassis/Vocal- Mus Mulyadi, mereka merilis album rekaman ‘Jaka Tarub’ di sebuah label yang banyak memproduksi
rekaman Koes Plus dan Panbers, PT. Dimita Moulding Industries. Namun,
belakangan band ini menghasilkan album
rekaman lokal di Serimpi Recording (Si Ompong & Masa Depanmu),
tahun 1972 tanpa keterlibatan Mus Mulyadi, kemudian di rilis ulang pada tahun
2005 di recording Shadoks-Jerman.
Menjadi Pengembara,
Medio tahun 1969, atas ajakan Jerry souisa sebagai
pimpinan rombongan mengajak ‘dua’ anggota Group Ariesta Birawa (Mus
Mulyadi & Jefry Zaenal) melakukan tur pertunjukan di sebuah hotel di
Singapura. Pada awalnya Mus Mulyadi merasa ragu meninggalkan Group-nya yang di
masa itu cukup punya gaung di kalangan arek-arek suroboyo, apalagi belum begitu
lama Ayahandanya meninggal dunia. Sampai akhirnya, berangkatlah rombongan yang
terdiri empat orang tersebut. Selama dua minggu perjalanan dengan menggunakan
kapal kayu dan terdampar di ‘Tanjung Pinang’ , kemudian rombongan ini menerima show tanpa
dibayar pada acara hajatan perkawinan pada salah satu putri saudagar tauke cina
sebagai upah hasil kerjanya untuk diseberangkan ke Negara tersebut. Selama
pengembaranya, mereka menumpang di rumah salah satu penduduk suku Melayu,
hampir setiap malam Mus Mulyadi membuat lagu dan berdoa “Minta Tuhan kasi
feeling untuk bikin lagu yang bagus, biar tidak terkenal… yang penting dapat
duit, kami mau pulang ke Indonesia”. Singkat ceritera, mereka hampir dua
tahun dalam pengembaranya tidak kunjung mendapatkan tawaran show, mereka
menjadi Gelandangan dan terlunta-lunta ‘tanpa, Makanan, Pekerjaan dan Uang’.
Nasib buruk nampaknya sangat suka
mengikuti rombongan ini, benar juga peribahasa, ‘Hujan Emas di Negeri
orang, masih lebih enak Hujan Batu di Negeri sendiri’ berlaku pada rombongan ini. Waktu berjalan, dengan keteguhan, keiklasan
hati dan spirit merekalah sehingga membuat sejarah dan kenangan yang dipersembahkan untuk menjadi saksi
lahirnya THE EXOTIC, dengan personelnya: Lead Guitar- Jerry
Souisa, Rhytm Guitar- Arkan, Bass Guitar/ Vocal- Mus Mulyadi, Drummer-
Jeffry Zaenal (Arifin). Tidak
tanggung-tanggung mereka merilis dua album sekaligus berupa “POP dan Keroncong”
yang dikemas dalam bentuk vinyl/ plat - Seven In (biasa juga disebut EP
7/Extended Play). Mereka mengusung lagu Persembahanku, Jumpa dan
Bahagia (POP) & Jauh di Mata (Keroncong) dibawah
recording LIFE – Singapura. Namun Sangat disayangkan, Mus Mulyadi cs belum
menikmati hasil jerih payahnya setelah rekaman, karena langsung kembali ke Indonesia bertepatan
wafatnya sang Plokmator RI – Bung Karno.
Asal Mula Nama’Mus Mulyadi,
Memang sudah sewajarnya, kalau cinta seorang anak
kepada orang tua tidak bisa sirna begitu
saja, terlebih kepada kecintaannya
kepada Ibu yang mengandung dan melahirkannya.
Kejadiannya, saat pembuatan Cover album Exotic ini, “bingung aku,
namanya Mulyadi, kok ndak enak… artis kok Mulyadi?. Terus tak kasi nama depan
ibuku, tak taruh di depan!”. Ungkapnya
polos. Mus Mulyadi yang semula bernama
asli “Mulyadi” mengutif nama depan ibunya “Muslimah” untuk dipakai menjadi “Mus Mulyadi” dan
akhirnya kelak diikuti adiknya Mudjiono
(Nono) menjadi Mus Mudjiono”.
Mulai Rekaman,
Keberadaanya di kota Surabaya, mulai tercium para
panitia show Jakarta untuk terlibat meramaikan panggung show datang padanya.
Salah satunya, Panitia memintanya
sebagai pengganti Muchsin Alatas yang berhalangan hadir karena sakit
untuk mendampingi Titiek Sandhora show di Bali (Singaraja dan
Denpasar). Sukses show pertamanya
mendampingi Titiek Sandhora membawakan lagu-lagu ‘Bermain Tali, Dunia
Belun Kiamat & Si Jago Mogok’, datang bertubi-tubi jadwal show untuk
mendampingi penyanyi Ibu Kota lainnya yang sedang show disekitar Jawa
Timur. Sosoknya yang sederhana dan memiliki daya tarik dan tampak
natural, membuatnya mudah merambah dunia rekaman album Pop, Melayu, Mandarin
dan Dangdut mulai membanjirinya. Dimulai dengan debut album duetnya bersama Laily
Dimyatie (Saling Menolong, Ngotot & Cinta Terpendam), disusul
bergabungnya dengan The Favourite’s (Mawar Berduri, Mimpi Sedih & teratai Putih). Berlanjut dengan album-albumnya bersama Wiwiek
Abidin (Siapa Ingin Kenalan), Tetty Kadi (Sehidup
Semati & Sepasang Remaja) Ida Laila (Siksa Kubur, Bunga
Dahliah & Suara Hati), Irni Yusnita (Seminggu di Malaysia
& Adik Sudah Ada Yang Punya), Titiek Sandhora (Bagong
Adu Ayam) dan Waljinah (Mbakyu Kiambi Biru & Mas Carik).
Demikian pula pemunculan album solonya yang bertajuk Hitam Manis (Melayu)
yang melibatkan Oma Irama pada Melody dan Rek Ayo Rek (Jawa),
berhasil mencetak album dengan rekor penjualan yang fantastis di masanya.
Terkenal di Keroncong,
Perkenalannya dengan musik keroncong diawali ketika
bersama dengan The Favourite’s saat
menelurkan album pertamanya, Mus Mulyadi membawakan sebuah lagu berjudul
“Kr. Selamat Jalan”. Sehingga
oleh produser, Mus Mulyadi diarahkan ke album solo karena dianggap membawa Hokky
membawakan lagu-lagu Keroncong. Terbitlah album solo pertamanya “Dewi
Murni & Kota Solo”, secara mengejutkan menjadi album laris dan
terjual hingga ‘satu juta’ keping. Keberhasilannya membawakan lagu-lagu
keroncong bukan berarti berjalan mulus bagi Mus Mulyadi, sempat menuai kritik
para seniornya “Dulu…orang keroncong marah sama aku, karena keluar dari
pakem - (Mus Mulyadi, tidak menggunakan suara Falsetto karena langsung ke nada
Power)”. Mereka bilang “Keroncong itu mau dibawah kemana?” dan
kembali Mus Mulyadi menjawab protes dari seniornya “Keroncong itu jangan
dimonoton seperti yang sudah-sudah, kalau itu saja…mana bisa ada revolusinya,
yang penting kasetnya laku?”. Terbukti, sampai sekarang Mus Mulyadi
sudah menghasilkan lebih dari dua ratus album irama keroncong, mulai
dari Pop, Melayu, Jawa & Rohani dan tidak mengherankan album keroncong Mus
Mulyadi mendominasi pasar musik keroncong
ditanah air selain album keroncong Hetty Koes Endang dan Sundari Sukotjo.
Ketemu Jodoh,
Sukses di dunia tarik suara & sinema, namun dalam
hal sukses merebut perhatian lawan jenis tidaklah muda bagi seorang Mus
Mulyadi. Diakuinya, suatu hari dia membaca majalah Aktuil (versi’
kecil) memberitakan penyanyi Jawa
Timur - Kabupaten Sidoarjo “Porong Sister” yang personilnya kakak-
beradik “Helly & Nancy”. Menurut Mus Mulyadi, “Salah
satu perempuan itu cantik dan menarik hatinya”. Secara kebetulan, dalam waktu dekat Mus Mulyadi
mengadakan pertunjukan keliling Jawa Timur (Surabaya, Malang, Jember & Banyuwangi). Atas permintaan
Mus Mulyadi kepada promotor pertunjukan untuk melibatkan Porong Sister mendampinginya, berbuah hasil. Dengan sepucuk
surat balasan yang berbunyi “Kami
menyediakan diri, sanggup untuk mengikuti Mus Mulyadi show di Jawa Timur”
terjawab sudah. Akhir tahun 1973, Mus Mulyadi sudah kecantol
dengan salah satu personilnya “Helly (Helen) Sparingga” yang dikenal
salah satu Penyanyi aset JK Record era tahun 1980-an. Tidak terlalu lama saling
mengenal, dua tahun kemudian tepatnya tanggal 8 Mei 1975 mereka
mencatatkan pernikahannya di catatan
sipil dan menghasilkan sepasang Putra-putri “Irena Patricia Melati (22
Juli 1977) dan Erick Rinanda Eriady (17 Januari 1978).
Kini kedua buah hatinya menetap di Australia dan sesekali Mus Mulyadi dan Helen
Sparingga mengunjungi mereka melepas rindu dengan cucu-cucunya atau menikmati ‘hari
tua’ di rumahnya di Perum. Alfa Indah yang penuh Cinta dan Damai.
Wah salah ente personil awal arista birawa adalah. Musmulyadi,m.yusri,sunata n zaenal.
BalasHapusWah salah ente personil awal arista birawa adalah. Musmulyadi,m.yusri,sunata n zaenal.
BalasHapusSalam kenal pak @Jo Arka dan terimakasih atas koreksinya... Namun perlu diketahui bahwa tulisan ini adalah wawancara langsung oleh mas Mus Mulyadi, jadi harus dipertanyakan langsung ke mas Mus Mulyadi kembali hasil wawancara ini soal kebenarannya, tulisN ini sdh menjadi tulisan di media dan menjadi buku panduan s3kolah2 musik dan radio2..dll
BalasHapusNamun rasa hormat saya kepada bapak dan menjadi catatan jose, jose sendiri pada tahun ini 1969 saat terbentuk ARIESTA BIRAWA masih Tatah-tatah, hehehehehehehe.. apakah bapak ada info terbaru untuk group ini?
BalasHapusSalam kenal pak @Jo Arka dan terimakasih atas koreksinya... Namun perlu diketahui bahwa tulisan ini adalah wawancara langsung oleh mas Mus Mulyadi, jadi harus dipertanyakan langsung ke mas Mus Mulyadi kembali hasil wawancara ini soal kebenarannya, tulisN ini sdh menjadi tulisan di media dan menjadi buku panduan s3kolah2 musik dan radio2..dll
BalasHapus