Bila Hati Tertusuk’ RAFIKA
DURI
Namanya Rafika Duri. Sebuah nama unik Asli pemberian
orang tuanya, tentunya sudah akrab di
telinga masyarakat penikmat musik Indonesia dengan sentuhan suaranya yang khas menyejukkan.
Dan paling menakjubkan, Fika panggilan sayang keluarga dan
teman sesama insan musik. Masih terlihat anggun dan bersahaja di usianya yang
ke 48 tahun ketika penulis jumpai dikediamannya yang asri di daerah Pejaten,
Pasar Minggu. Tepatnya, lahir di Pulau
Lepar kabupaten Bangka, 20 Januari 1960 dari orang tua yang
menguasai instrumen Biola secara otodidak. Hal paling penting ditulis dari
Fika, sejak berusia balita sudah lekat dengan dunia seni suara karena keluarga besarnya
yang terdiri dari Tujuh bersaudara (5 Perempuan dan 2 Pria)
semuanya mengalir deras darah seni ditubuhnya. Mereka sering dilibatkan oleh
orang tuanya yang menjabat sebagai Camat di Sungailiat (sekarang,
menjadi Provinsi Babel) dalam menjamu tamu-tamu Asing (Belanda)
maupun tamu-tamu dari kalangan Pribumi, baik dirumah besarnya maupun di ‘Kamar
Bola’ tempat orang-orang Belanda bermain musik dikala itu. Di usia Lima
tahun, Fika sudah unjuk kebolehan bergaya dan bernyanyi di depan kerabat maupun
tamu-tamu orang tuanya “Ayah selalu membanggakan saya di depan tamu-tamu
dan menyuruh menyanyi… Anak saya pintar menyanyi…ayo Fik!, nyanyi”. Kenang Fika, sosok Ayahnya almarhum Kemas
Duri. Fika juga mengakui, “Dimasa kecilnya, ia
pemalu dan sering bersembunyi di balik pintu bila bernyanyi”. Namun,
masa kanak-kanaknya juga diwarnai kesedihan karena ayahandanya tercinta meninggal
dunia pada tahun 1971, tak begitu lama setelah menjadi juara II pada
Festival Pop Singer 1970 di Bangka “Saya masih ingat pesan terakhir
ayah…Fik!, kamu punya bakat…kamu harus mewuju- kannya di Jakarta?”.
Hijrah ke
Jakarta,
Bakat menyanyi Rafika Duri berlanjut
setelah menginjakkan kaki di Ibu Kota dan ke Tiga kakak perempuannya
yang terlebih dahulu menetap di jakarta sangat mendukungnya dan mengikutkan Kursus
olah vokal dari guru Djoko Sutrisno (orang TVRI) yang
mengajarkan teknik vokal dasar dan sesekali ikut acara program TVRI “Bintang
Kecil” yang diasuh oleh Ibu
Kasur, Ibu meinar & Johny Herman. Sejalan dengan waktu, Fika Remaja
sudah menjadi pelajar di SMP Negeri 80 Halim Perdanakusumah, hampir setiap
tahun mengikuti ajang Festival Pop Singer mewakili Jakarta bersaing dengan Trio
penyanyi Festival ‘Hetty Koes Endang, Grace Simon & Emillia Contessa’ . Sampai
suatu saat, ada kejuaraan Pop Singer Remaja Tingkat Nasional (1975), Rafika
Duri dan Harvey malaihollo terpilih sebagai predikat penyanyi terbaik
untuk kategori Pria dan Wanita. Kelak, keduanya dijodohkan dalam serangkaian
album duet yang diproduksi Musica Record.
Mulai
Rekaman,
Di tahun 1976, Rafika Duri merilis album
perdanya yang ditulis oleh A Riyanto di beri judul hampir sama dengan namanya Hati
Tertusuk Duri lagu yang bertema tentang ‘Penghianatan, Amarah dan
Kepasrahan’, ‘Loh!…mas Kelik…kok
judulnya begini?’ saat Fika bertanya.
Tapi, dengan kalemnya A Riyanto menjawab “Kan sama dengan nama
kamu!…Coba saja kita liat nanti, pasti seru deh hasilnya!”. Dan, benar
saja secara luar biasa album ini meledak di pasaran dan laris manis di telinga
para pendengar. Keberhasilannya, juga tak lepas dari Doa dan dukungan keluarga
besarnya dan tentunya tak lepas dari gemblengan komposer Legendaris A Riyanto
sehingga kerjasamanya berlanjut ke album-album berikutnya yang menghasilkan hits
maker antara lain: Dilanda Cinta, Ibu, Hanya Untukmu, Isabella, Teman
SLA & Cinta Panas Membara. Demikian juga, album duetnya bersama Harvey
Malaihollo patut diperhitungkan, seperti: Bisikan Mesra, Cinta Kembara, Satu Untuk
Berdua Kurnia dan Pesona & kau janji. Dahsyatnya, dua dari albumnya
solonya tersebut, seperti: ‘Hati Tertusuk Duri dan Hanya Untukmu’ mampu
mengantarnya menerima Piring Emas. Yang pasti, fenomena kehadirannya mewarnai
musik Indonesia ‘sangat diakui’ dari masyarakat berbagai kalangan.
Festival
International,
Keikut sertaan Rafika Duri dalam Festival
Pop Singer dan Festifal Lagu Popular Nasional adalah keberhasilan sebuah
keajaiban, karena dikelilingi oleh lingkungan pakar musik seperti Iskandar
(Vokal), A Riyanto (Pop), Idris Sardi (Illustrasi),
Ireng Maulana (Jazz) & Handiatmo (Keroncong). Mereka
mengajarkan teknik-teknik mengontrol suara, melatih nafas dan kesabaran maupun
penggunaan suara palsu (Falsetto) dan penggunaan suara kepala (Kofsten).
Sehingga, kariernya dari ajang Festival dalam Negeri melangkah mulus ke Go
Internasitional. Di buktikannya dengan keberhasilannya menjadi pemenang
Gayageum Award Seoul Song Festival I (1978) untuk lagu “Hanya Untukmu”
yang diciptakan A Riyanto dan di aransemen Idris Sardi. Demikian pula pada, World Popular Song
Festival In Tokyo (1982). Bersama Lex’s
Trio mendampingi Harvey malaihollo dengan lagu “Lady” ciptaan
Anton Issoedibyo, berhasil memperoleh Winner Of
Kawakami Special Award.
Pindah
Aliran Bossas,
Memasuki tahun 80’an, Berkat pertemuannya
dengan musisi Jazz kenamaan Ireng Maulana di Musica Studio. Sehingga,
menawarkan kolaborasi manis yang bernama Bossanova Indonesia
mengusung lagu Tersiksa Lagi yang pernah dipopularkan Utha
Likumahuwa. Rafika Duri tidak hanya sebagai Pendobrak, bahkan berhasil
memboyong Piring Emas hasil
penjualan albumnya yang melampaui omzet dan kemudian diikuti oleh
epigon-epigonnya yang juga sukses seperti: Nia Daniaty, Betharia Sonatha dan
Dina Mariana. Musik beraliran new beat ini,
merupakan penggabungan ritme samba dari Brazil dengan kehalusan dan
keharmonisan cool Jazz. Salah satu contoh, penyanyi Astrud Gilberto
dengan hitnya Girl From Ipanema menjadi salah satu acuan dari seorang
Rafika Duri. Walau Fika besar dalam nuansa pop, tak menyurutkan niatnya belajar
hal-hal baru dan menjadikannya sesuatu yang tidak cuma sekedar tempelan saja
dalam melangkah. Seperti yang dibuktikannya kembali, menghasilkan hit single
pada album-album berikutnya Citra, Untuk Dikau, Bila Aku Rindu, Kasih,
Kemesraan dan Bunga Kasih. Bagi penggemar yang rindu “bau” Jazz
persembahannya di tahun 2008, Rafika Duri sudah merampungkan dan dapat
dinikmati hasil kolaborasinya dengan Tompi merekomendasikan sejumlah
karya anak band muda-muda seperti: Ungu
(Demi Waktu), Letto (Ruang Rindu), Naff (Engkau Kekasihku) dan selebihnya lagu-lagu yang pernah
dipopulerkan oleh Fika sendiri.
Penyanyi Istana,
Tidak banyak yang tahu, Rafika Duri
termasuk salah satu penyanyi Indonesia yang sering menghadiri acara Pisah
Sambut Pejabat atau Tamu-tamu Kenegaraan. Mulai dari era rezim Soeharto, BJ.
Habibie, Megawati, Gus Dur dan Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Bagi Fika, yang
paling mengesankan adalah saat kenangannya bersama almarhumah Ibu Tien
Soeharto. Ketika Fika pertama kali menjadi Penyanyi Istana, di kesempatan acara
pembukaan Bowling di Hotel Kartika Chandra. Ungkap Fika, “Almarhumah…meminta
saya menyanyikan lagu dialbum ketiga saya ‘Ibu’…!!”. Sepenggal lirik
yang ditulis A Riyanto, “Ibu.. Dengarlah ibu /Mohon Restumu Ibu /Kini
Tibalah Waktu /Engkau Melepasku”. Yang pasti kehadirannya di lingkungan
Istana Kenegaraan dinikmatinya dan membuatnya sangat bangga bisa berjumpa
dengan Kepala Negara, dimana orang lain sulit ketemu. Hal itu dipaparkan langsung oleh Fika, saat
penulis mewawancarainya.
Dukungan Keluarga,
Perkenalannya dengan Dokter Sonny
Issoedibyo terjadi pada tahun 1978 ketika
Rafika Duri menjadi Bintang Tamu di Radio Geronimo
Jogyakarta, dimana Sonny sebagai pendiri
dari radio tersebut. Saat itu radio
geronimo menjadi tempat mangkalnya
mahasiswa-mahasiswi UGM (Universitas Gajah Mada) termasuk, Djatu Parmawati,
Aan dan Wiwid. Bahkan kelak atas
rekomendasi sonny-lah Djatu cs mengisi formasi kelompok vokal group Geronimo II
yang dipimpin oleh Anton Issoedibyo.
Diluar dugaan, pertemuannya dengan Sonny berlanjut secara tidak sengaja di Musica
studio-Jakarta. Kala itu Sonny, yang ternyata adik dari dedengkot Geronimo,
Anton Issoedibyo sedang bertandang menemui sang kakak. Dari sanahlah
benih-benih cinta mereka mulai merebak, sampai akhirnya keduanya memutuskan
untuk berikrar di depan Penghulu tahun
1982. Fika menuturkan “Awalnya,
saya sama sekali tidak tahu kalau Papah dari anak-anakku adalah adik dari Anton
Issoedibyo… Kami berkomitmen untuk tidak saling mengganggu, tapi saling
mendukung satu sama lain di bidang yang kami geluti”. Pernikahannya yang bahagia ini, sudah
menghasilkan Tiga Putra-putri yang menginjak remaja “Bagus, Febrina dan
Laras”. Beruntung bahwa disela-sela kesibukan rutinnya sebagai Ibu Rumah
Tangga, Fika mendapat dorongan yang terus menerus dari sang suami dan ketiga
buah hatinya untuk melapangkan langkah karirnya dan menjadi bagian penting yang selalu di tunggu-tunggu oleh
jutaan penggemarnya… Amin!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar