Senin, 25 Mei 2020

GRACE SIMON



SENANDUNG GRACE SIMON,
Oleh: Jose Choa Linge II


Terlahir di Semarang, 5 April 1953, dengan nama Grace Ellen Simon pemberian ayahnya Rudolf Simon (keturunan Belanda-Cina), yang sangat mengidolakan bintang film Hollywood Grace Kelly. Dalam kehidupan Grace atau Kikis panggilan akrab di kalangan teman musisinya, ternyata mempunyai darah biru seniman warisan sang kakek, Yan Latuheru, yang merupakan salah satu pemain biola, pencipta lagu dan pemimpin koor gereja di Solo dan Semarang. Grace tumbuh di lingkungan perkebunan tebu dan dikelilingi sawah. Hampir setiap hari ia mengasah kemampuan bernyanyi. Hal ini ia lakukan tanpa sepengetahuan sang ayah yang tidak merestui dan menganggap dunia hiburan tidak jauh dari dunia yang penuh maksiat. ''Kamu mau jadi perempuan jalanan?,'' hardik sang ayah apabila Grace mengutarakan niatnya berkecimpung di dunia tarik suara. Berbeda dengan sang ibu, sangat berperan penuh membina kariernya hingga seperti sekarang. Sejak berusia delapan tahun sudah diajak ibunya berkeliling untuk dilelang suaranya dari mulai mencari dana pembangunan gereja, rumah sakit dan masjid, bahkan hampir di setiap kelurahan maupun kecamatan, Grace mengisi acara sebagai bintang tamu pada acara-acara penting dan pesta perkawinan. Sejak itulah di sekitar Kabupaten Palimanan, Cirebon, nama Garce sudah tidak asing lagi.

Hijarah ke Jakarta,
-------------------
Kegemarannya pada olahraga sepak bola dan tenis, sangat membantu menguji kemampuan aktingnya dalam mengelabui sang ayah yang kelak membuahkan hasil menggapai cita-citanya menjadi artis film dan penyanyi terkenal. Menurut penuturan Grace, ayahnya pernah membakar baju dan buku-buku pelajaran sekolah setelah mengetahui dirinya masih aktif menyanyi. Berkat kegigihannya dalam menekuni berkesenian sebagai penyanyi lokal dan menjadi penyanyi pendamping para artis Ibukota yang sedang show di Cirebon, Grace semakin dikenal. Pertemuannya dengan Titiek Puspa bersama Pattie Sister, Enteng Tanamal, dan Mus Mualim saat show di kolam renang Gunung Sari Cirebon, mulai membuka jalan. Titiek Puspa pun menganjurkan agar Grace ke Jakarta kalau mau sukses.

Terjun ke film
--------------
Dalam usia 17 tahun, Grace meninggalkan kota Cirebon untuk hijrah ke Jakarta, tanpa persetujuan sang ayah yang diam-diam mendaftarkan Grace menjadi Kowad di Bandung. Kehadirannya mengadu suara ke Jakarta mendapat sokongan dari tantenya, Telly Latuheru. Grace pun mulai bernyanyi di Wisma Nusantara dan LCC sampai pada akhirnya bertemu dengan Ivone Susan. Di sini ia meneken kontrak bersama penyanyi senior, Kris Biantoro. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Broery Pesolima yang kemudian sebagai guru vokalnya. Tak lama kemudian, Hamid Gruno dari TVRI bersama Christ Pattikawa menyaksikan Grace bernyanyi di Tropicana dan langsung memboyongnya di acara Kemera Ria. Lewat penampilannya di TVRI, seorang produser film melihatnya dan mengajaknya bermain di film Mereka Kembali (1972) garapan sutradara Nawi Ismail. Sukses film pertamanya membuat Grace mulai terlena dengan tawaran film-film berikutnya, seperti Cincin Berdarah, Benyamin Jatuh Cinta, dan Lagu Untukmu,

Festival
--------
Di penghujung 1975, Grace mengikuti Festival Penyanyi Pop DKI dengan pilihan lagunya Bing ciptaan Titiek Puspa dan When. Di ajang ini ia berhasil meraih juara I dan mengalahkan beberapa penyanyi lainnya, seperti Hetty Koes Endang, Margie Segers, Rafika Duri, Eddy Silitonga, dan Diah Iskandar. Grace pun tidak berlama-lama menggapai kembali mengejar karier bernyanyinya. Namun, debut albumnya bertajuk Kegagalan Cinta1974 (Ratu Dangdut-Berlian) dan Balada Gadis Desa 1974 (Irama Tara), belum begitu sukses. Setahun kemudian, ia menghasilkan single Melati dan Bing, dan meraih sukses menyeruak di tangga lagu-lagu radio-radio swasta. Bahkan, kesuksesan album ini memperoleh penghargaan sebagai Penyanyi Terbaik versi RRI dan radio swasta serta sebagai Penyanyi Wanita Terfavorit oleh PWI dan Puspen ABRI. Kehadiran Grace mewarnai musik Indonesia bukanlah penyanyi kacangan atau hanya cendawan yang tumbuh di musim hujan. Hal ini dibuktikannya dengan dinobatkannya sebagai pemenang Penyanyi Festival Nasional Tahun 1976 pada lagu Renjana, siptaan Guruh Soekarno Putra. Ia juga dinobatkan menjadi Penyanyi Terbaik ASEAN (1982) di Bangkok lewat tembang Song of Kalpataru ciptaan Anton Issoedibyo.

Antara Bali dan Jakarta,
------------------------
Sejujurnya, Grace tidak menyangkal kevakumannya sebagai pelaku seni karena faktor jenuh dan mulai merasakan bahwa nama besar ke artisannya sebagai figur publik membunuh 'asli' dari jiwanya, sebagai manusia yang pada layaknya. Sehingga pada 1990, Grace Simon mengasingkan diri ke Bali. Selama tiga tahun dalam perenungannya, beberapa temannya mengajaknya kembali ke Jakarta, antara lain, Ireng Maulana dan Ninok Leksono (pengamat musik). Sebenarnya, selama dalam pencarian identitas dirinya, Grace banyak beraktivitas di restoran yang dikelolanya di Bali Utara (Singaraja) dan tercatat sebagai anggota komunitas pelukis dan penulis di Bali. Bahkan, sekali-kali menyanyi di Perth, Sidney dan Paris atas undangan teman-teman bule yang mengadakan malam Indonesia di sana. Tidak hanya itu Grace pun merekam suaranya di Belanda berduet dengan penyanyi Lonny Gerungan (irama keroncong), bahkan dalam waktu dekat akan berduet bersama Andreas (story book children). Adanya acara Tembang Kenangan membuat Grace merasa terpanggil.

Grace pun kembali ke Jakarta.
------------------------------
Tahun 2008 merupakan hal yang terpenting dari Grace adalah integritasnya. Integritas hubungannya dengan kehidupan dan dengan perjuangan serta keberhasilan yang telah diraih selama 35 tahun dalam berkarya di dunia musik Indonesia. Tepatnya, di hari ulang tahunnya yang ke 55 pada 5 April 2008, Grace Simon akan menggelar konser di lima kota, yakni Jakarta, Surabaya, Manado, Batam, dan Bali dengan tema Senandung GS (Grace Simon).

Show di ATM Waroeng Rakyat Nusantara,
-----------------------------------------
Untuk kali keDua Penyanyi kaliber International inipun melangkahkan kakinya di sebuah Resto milik Bapak Jenderal, kalangan Artis memanggilnya Bapak ATM .... eiiiiiiit, ATM bukan berarti Anjungan Tunai Mandiri tapi Akhmad Tamim Mustofa nama kepanjangan dari Atm Resto tersebut. Kehadiran Grace Simon adalah pengobat kerinduan pencintanya yang benar2 Kangen mendengar senyum manisnya, Hitam Manisnya dan Barisan Giginya yang memutih berbaris bagai Jejeran intan pancarkan kilauannya. Hari Sabtu, 27 Juli 2019 telah pecahkan dinding2 hati pengangumnya yang datang jauh2 diberbagai Daerah dan se JaBoDeTaBeK semua bersuka cita lewat lagu2nya Kupu2 Malam, Lihat Air Mata, Hitam Manggustang, Antara Pria dan wanita, Tirai, Sebelum Kau pergi, dll dan gelar Si Burung Kepondang dari Cirebon ini telah memberi ketulusan Cinta untuk kita semua..