Selasa, 04 Februari 2014

THE SINGERS








The SINGERS
Band yang bukan merek Mesin Jahit

Oleh : Jose Choa Linge/KPMI


Band The Singers adalah band yang beranggotakan semua wanita, mereka terdiri dari penyanyi yang sudah punya nama dan cukup terkenal dalam dunia musik pop Indonesia di masanya. The Singers sendiri sangat melejit di tahun 1968-1975 berbarengan dengan popularitas ARULAN, Koes Bersaudara, Dara Puspita, Eka Sapta. Pemunculannya pada malam “Golden Memories Song & Sixties Music” di Romeo Café -Semanggi 26 April 2008 bergandengan dengan Band Ayodhia, berhasil memukau penonton mengenang masa-masa Nostalgia persembahannya pada lagu ‘Seruling di Lembah Sunyi, Cinta Pertama, Malaguena Salerosa, Penuh Noda,Get Ready, I Feel Good, Dance With The Gitar Man’, dll. The Singers memang benarlah The Singers… Mereka tidak hanya piawai bermain Instrument, namun mereka dapat pula bernyanyi sambil memainkan Instrument.

Mulai Terbentuk,
Desember 1967 adalah sejarah terbentuknya The Singers. Berangkat dari penyanyi yang masing-masing menguasai alat musik, namun baru benar-benar memproklamirkan pada awal Januari 1968. Seringnya mereka bersama mengisi acara dan merasa kesal dengan band pengiring yang tidak menguasai materi lagunya, sehingga oleh Neneng Salmiah-Leader/Rhythm/Vokal sepakat membentuk band wanita dengan formasi sesama penyanyi, maka bergabunglah Tuty Thaher- Bass/Vokal, Sally Sardjan-Organ/Vokal, Henny Purwonegoro-Drum/Vokal dan Shinta Dungga- Rhythym/Vokal. Beberapa bulan kemudian ‘Band Arulan’ memberi informasi, kalau ada seorang cewek sangat menguasai permainan melody tapi berdomisili di Palembang bernama Uun Syarbini. Kemudian mereka berkoresponden dan mendapat jawaban langsung dari Uun, “Saya bersedia pindah di Jakarta, asal mau diurus kepindahan saya dari Universitas Sriwijaya (UNSRI) ke Universitas Indonesia (FEUI)”. Hebatnya The Singers, walau hanya dengan tiga bulan setelah terbentuk mereka mampu merebut hati penggemarnya di Ibu Kota Jakarta maupun Bandung. Meskipun mereka hanya mempergunakan alat-alat sederhana, tetapi permainannya cukup mengesankan. Tengok saja kelincahan Henny Purwonegoro yang tinggi semampai mampu menggebuk drum hampir setingkat dengan Suzie Nander dan Tuty Thaher yang mempunyai keelokan suara yang khas dan petikan bass gitarnya juga memukau, Uun Syarbini-pun tidak bisa dianggap remeh dalam memetik melody-melody nakal. Person lainnya, Neneng Salmiah & Shinta Dungga tak diragukan kemampuannya memunculkan instrumen-instrumen melody keras terkadang mengalun mendayu tanpa terdengar lembek pada kocokan permainan Rhythm gitar keduanya, Sally Sardjan (adik dari Titik Qadarsih) dengan kelincahan jemarinya mampu menghasilkan improvisasi tak terduga pada dentingan pianonya. Pemunculan Singers, menandai dunia musik hiburan akan lebih semarak, kehadiran mereka akan menambah satu lagi deretan band wanita selain Monalisa, Miscellina, The Beach Girls (The Bambooden Dolls), Ester Lita & Dara Laut (Kowal) kemudian muncul Pretty Sister, Aria Junior, era 70-an. Kalau dilihat dari kemampuan ke enam personel wanita tersebut bermusik, sudah dipastikan The Singers akan memperkuat kedudukannya sebagai band wanita yang disegani setelah Dara Puspita tentunya.

Masuk Dapur Rekaman,
Akhir tahun 1968, adalah pertama kali mereka merekam suaranya dengan mengandalkan lagu Marlina karya D.Djuhari (Los Morenos), Jali-jali (Instrumental), Land Of 1000 Dances, Oh Tuhan, Baby Your Gone, Salam Perpisahan direkam dalam bentuk Long Play (LP) diperusahaan rekaman Dimita Moulding Industries. The Singers mengusung musik perpaduan Latin dan Sweet Pop, Singers mampu membawa pendengar lewat nyanyiannya di radio-radio maupun di pertunjukan hiburan untuk berdansa dan berdisco. Hasilnya tidak diragukan lagi kemampuan mereka bernyanyi tidak menurun, tetap prima bahkan mereka selalu penuh energik memainkan musik sekaligus. Kharisma Singers, bekerja dengan baik dan tetap mempertahankannya sama persis saat mereka masih menjadi penyanyi solo. Lihat saja, pengaruh mereka ada dimana-mana ‘RRI, Radio-radio Amatir & Televisi’ dengan kata lain “The Singers” tidak asing lagi buat masyarakat penggemar musik band. Kenyataannya menunjukkan The Singers bukan merupakan band komersil, tapi hanya band amatir yang penyanyi-penyanyinya tidak terikat pada Singers. Kalau perlu mereka bebas menyanyi dimana saja dan bebas menentukan, kapan tidak bisa bersama-sama dengan The Singers. Mereka semua dimasa itu adalah para Mahasiswi dan pelajar, yang sewaktu-waktu harus tekun dengan pelajaran Sekolah-nya.

Band Bukan dari Merek Mesin Jahit,
Kehadiran The Singers cukup menorehkan nama dalam industri musik Indonesia, mereka memiliki kesibukan yang super –ketat baik di pertunjukan show maupun sebagai ‘teladan’ menomor satu-kan masa depan sebagai Mahasiswi dan Pelajar. Begitu pula kepopuleran Singers, berbarengan dengan kehadiran sebuah merek mesin jahit “Singer” yang dikomersilkan Rieka Suatan sebagai model iklannya menimbulkan olok-olok berupa banyolan mengatakan “The Singers adalah sebuah band Mesin Jahit?”. Sehingga membuat penggemarnya mengernyitkan kening “heran?!… apa iyaaaa?”. Selama The Singers masa berkarirnya, pertanyaan paling banyak muncul dari fans dan wartawan adalah sebagai, ‘band Mesin Jahit’. Bagi mereka pertanyaan nakal seperti itu bukan sebagai suatu yang menjatuhkan karir The Singers, justru sebaliknya saling meng-combine mempopulerkan Singers tentunya dan membawa berkah juga bagi perusahaan tersebut? (demikian kutipan wawancara telepon dengan Shinta Dungga, tgl 30 /4 -2008).

Mulai Retak,
Absennya Henny Purwonegoro dalam kegiatan The Singers, menimbulkan tanda tanya dan menarik perhatian penggemarnya di masa itu. Betapa tidak Henny mengatakan bahwa “alasan-alasan pengunduran dirinya dari band “The Singers” yang telah dirintisnya sejak tahun 1967 bersama kelima rekan-rekannya dikarenakan tidak adanya kekompakan diantara anggotanya”. Namun, oleh Drs Hasan Natakusumah (Manager The Singers) memberi pernyataan berbeda, bahwa “Henny Purwonegoro telah dikeluarkan dari The Singers karena seringnya berselisih paham sesama anggota band lainnya” (dikutif dari harian Merdeka, 5 Oktober 1969). Bersamaan dengan keluarnya Henny Purwonegoro, berapa lama kemudian Shinta Dungga-pun mengundurkan diri karena telah melangsungkan pernikahannya dengan pemuda pilihan hatinya dan lebih berkonsentrasi mengurusi kehidupan berumah tangganya. Dengan keluarnya Henny Purwonegoro yang lebih memfokuskan sebagai penyanyi solo, otomatis posisi drum yang kosong sudah dipersiapkan yaitu Lies Royani (Kakak dari Ida Royani). Walaupun pada saat itu menuai kritikan pro dan kontra, The Singers tetap berusaha menampilkan atraksinya dan berusaha menutupi kekurangannya dengan permainan yang sedap dipandang mata dan enak dinikmati penontonnya.

Bangkit Kembali,
Lazimlah jika sebuah band wanita, para personelnya bergonta ganti anggotanya mengundurkan diri dengan alasan menikah atau terjadi perselisihan faham sesama person dan yang paling utama karena tidak adanya kekompakan sesama anggotanya. Tahun 1971 adalah kelahiran band The Singers dengan ditandai terjadinya penambahan dan pergantian personel baru di kubu ini, Tuty Thaher menyempatkan menghasilkan Album Single hit-nya ‘Penuh Noda, cipt. Yasir Syam’ ikut mengundurkan diri dan digantikan Inneke Nasution pada bass. Lies Royani-pun mengundurkan diri secara teratur karena pernikahannya, kemudian fungsinya ditempati Iwan satu-satunya anggota The Singers Laki-laki yang lihai memainkan beat-beat harmonis. Formasi inipun menghasilkan berderet sejumlah hit seperti : Derita Seorang Wanita, Surat Putus Cinta, Akhirnya, Paduan Cinta, Ditinggal Pergi dan Luka Hatiku yang mendongkrak kepopulerannya, The Singers semakin berkibar kencang. Perubahan mendadak sangat menakjubkan dengan kehadiran violis wanita bernama Suryati (Supilin) Mansya dan yang paling utama adalah bergabungnya bassist perempuan eks Dara Puspita Min Plus Judith Manoppo (kakak dari Jimmy Manoppo) menggantikan posisi Inneke Nasution yang juga ikut mengundurkan diri. Akhirnya, The Singers menjadi grup wanita yang mampu berpijak berkompetisi di negeri ini apalagi bergabungnya kembali personel lama seperti ‘Tuty Thaher’ sehingga membawa Singers yang benar-benar bertahan ditengah-tengah maraknya band-band Pria. Dan sudah dipastikan, Singers mengkonsentrasikan diri pada perjalanan tour show-nya ke Luar Negeri ‘Singapura & Malaysia Barat’ selama satu bulan lamanya. Yang menariknya, The Singers beberapa kali menjadi band pendamping bagi band-band Luar yang show di Indonesia seperti ‘Junior Wells-USA, The Cats- Belanda & Reynetts- Filipina, Singers-pun sangat mudah ditemui serangkaian perjalanannya kesejumlah daerah seperti Malang, Bandung, Kalimantan dan Medan tentunya.

Rujuk lagi,
Awal 1992, adalah dimana The Singers bersatu lagi dan tentunya dengan formasi awal mereka terbentuk “Neneng Salmiah SH (Notaris), Tuty Thaher (Sekretaris Ketua Penasehat Presiden RI Urusan LN), Uun Syarbini (Pengajar Lagu Anak-anak), Henny Purwonegoro (Penyanyi/Figur Idola Anak-anak), Sally Sardjan (Pelatih Ballet) & Shinta Dungga (Pengusaha/Entertainment). Kehadirannya, setelah sekian lama berpisah dengan kesibukan masing-masing, mereka mencanangkan untuk rujuk seperti sedia kala dan mengubur segala permasalahan di masa silam setelah mengisi acara di TVRI ‘Chandra Kirana’(1982). Dibuktikan dengan penampilan perdana-nya di Bali Room, Hotel Indonesia dalam acara Jakarta Luncheon Secretaries. Mereka menggebrak panggung, mempersembahkan album-album hits mereka dan beberapa lagu-lagu pop barat Nostalgia. Namun di bulan September 1994, salah satu personal The Singers ‘Uun Syarbini’ telah menghadap sang khalik dengan penyakit Kanker Rahim stadium empat yang dideritanya. Kepergiannya menyelimuti duka terdalam bagi sahabat-sahabatnya yang tak kuasa menahan linangan air matanya. Kepergiannya merupakan pukulan telak bagi Singers yang sudah mempersiapkan gagasan-gagasan mengulang keperkasaannya dimasa lampau, paling tidak mengumumkan ke masyakarat seluruh Tanah Air bahwa ‘The Singers belum pernah mengeluarkan pernyataan bubar sampai hari ini’ (kutipan wwcr bersama’Tuty Thaher, Neneng Salmiah & Sally Sarjan- pada 24 April 2008). Anggota The Singers tidak berlama-lama berduka, mereka ber-Lima sering di undang mengisi acara Melody Memori, Tembang Kenangan, Famili 100. Dan lebih mengejutkan lagi, tahun 2008 adalah tahun ke-Emasan The Singers (diwakilan Tuty Thaher, Neneng Salmiah & Sally Sardjan) berkolaborasi dengan Band Ayodhia digandeng oleh pengelola resto mengisi acara show di Romeo Café untuk penampilan ke dua kalinya. Satu hal yang perlu dicatat, The Singers pernah muncul di TVRI acara yang dikelola alm. Moteh Mokoginta, Aida Mustafa, alm. Eddy Susilo bertajuk 'Temu Kangen Komunitas Musik 60' 70 & 80'an beberapa tahun lalu (thn.2010) adalah sebuah langkah awal bagi Singers menampilkan kesempurnaan nyanyiannya dan permainan musiknya diusia yang senja dan masih sama terdengar seperti 40 tahun lalu. The Singers, kembali menyapa penggemar fanatiknya yang tetap setia sekian lama dinanti dan tentunya Singers masih tetap merebut atensi pencinta musik Indonesia “Sekarang dan Nanti”….. Bravo!!!

YUANITA BOEDIMAN


YUANITA BOEDIMAN

Nama lengkapku YUANITA BOEDIMAN, begitulah awal perbincanganku dengan Penyanyi cantik yang sudah menetap di Palembang dari usia 4 tahun, kelahiran Jakarta, 3 Juni 1960. Dia menambahkan bahwa di Akte Kelahiranku tertulis huruf ejaan lama JUANITA, tapi bacanya Yuanita kan jaman tempo dulu dan nama BOEDIMAN adalah nama papaku ujarnya membuka perbincangan kami.

Memang banyak menyangka Nita aseli Palembang, sesungguhnya Nita adalah campuran Jateng & Jabar dan menetap di Jln.Ciniru- Kebayoran Baru, Jakarta dan menetap diKota Empek2 ini dari sejak tahun.1964 dimana papa saat itu dipindah tugas diPalembang dan sempat 15 tahun menjadi pegawai Bank Indonesia (BI). Papa akhirnya memilih keluar dan banting stir menjadi pengusaha dibidang kayu export-import, pada akhirnya papa meninggal thn.2010 dan dimakamkan diPalembang.

Panggil saja nama NITA itu adalah panggilan sehari-hari dari penggalan nama akhirku, ada juga panggilan CISSY adalah nama keSayangan para temen-temen dekatku waktu sekolah dulu dan hingga sekarang mereka memanggil Cissy, suami ku tercinta ‘Ie Chan’ juga memanggil nama Cissy seraya mempromosikan.. heheheh...

Baiklah mbq Cissy eeeh mbq Nita, saat mengawali keMunculannya di Blantika Musik siapa gerangan yang berjasa, langsung dia sebutkan nama 'Adriyadie Widuri’ yang mengajak di Album ‘Harapan Indah/cipt.Adriyadie pada akhir Juni 1981. Sebelum jumpa mas Adri (Adriyadie), seorang pencipta lagu bernama ‘Ie Chan’ minta ke Nita bawain lagu-lagunya selanjutnya dibawa ke studio. Disinilah mas ‘Adri’ bertemu dengan Nita dan bertanya ‘suara siapa ini?’ saat mendengar contoh suara Nita ditape recorder dan langsung sorongkan lagu ciptaannya ‘Harapan Indah’ menandai gebrakan Nita di Label ‘Irama Tara.
Tercatat sebelumnya Yuanita Boediman sudah muncul bernyanyi diTVRI pada akhir Tahun.1979 dalam acara ‘Musik Lepas Senja’, secara diam-diam Nita mendaftarkan diri untuk ikut test masuk Tivi dan senangnya bukan main karena langsung dinyatakan lulus dan masih di ingat Ketua Jurinya ‘Christ Pattikawa, ungkapnya. Nita tambahkan bahwa ‘untuk menembus TV RI tidak semudah membalikan telapak tangan, karena ada tahapan2 persyaratan yang dilalui dan alhamdulillahnya keinganan masa kecilku sampai Remaja untuk ikut Festival Tingkat Nasional selalu mendapat benturan dari sang papa ‘Boediman Sabardi (berasal dari Jawa Tengah dan Ibu ‘Tati Sudiati (berasal dari Jawa Barat)’akhirnya terbayar walau sudah cukup lama menunggu setelah hijrah ke Jakarta saat sudah duduk di bangku SMA (SMTK- Jakarta/jurusan. Tata Graha).

Album Demi Album Nita berhasil di Blantika Musik Indonesia, setelah mencatatkan Nama Yuanita Boediman diAlbum perdananya dan disusul album keDUA, keTIGA dan seterusnya sebagai berikut: Sepi sendiri/Cipt.Adriyadie (vol.2), Sumpah dan Janji/cipt.Adriyadie (vol.3), Bulan dan Dia/cipt.Ryan Kyoto (vol.4), Album Lagu-lagu Daerah (vol.5), Jenuh/cipt.Pance (vol.6), Jengkel/cipt.Ithinx (vol.7), Album Black Brother’s (vol.8), Bilakah Cinta Datang Menyatu (Musik M Sani/vol.9), Naluri Hati Wanita/cipt.Pompi (vol,10) dan beberapa album kompilasi Lagu-lagu Keroncong Gesang & The Best Irama Tara dinyanyikan para Artis-artis Irama Tara.

Ternyata bakat seni ditubuh anak keDua dari Lima Bersaudara ini deras mengucur dari kedua orang tuanya yang pernah terlibat menyanyi diradio RRI Palembang ‘Papa itu menguasai Gitar dan semasih kecil Nita sering diIringi petikan Gitarnya, suara papa seperti Broery Pesolima, sementara mama lembut dan merdu juga sering dilibatkan papa bernyanyi dikelompok band BI Palembang’ ungkapnya. Kami hanya berDua dengan Panca Prakoso si Bontot terlibat di dunia seni, hanya saja Nita dijalur seni suara sementara Panca banyak mengisi tayangan Sinetron dan FTV di Telivisi mas Jose.

Nama Yuanita adalah salah satu penyanyi wanita yang juga padat Show dan memilih sekitar Jakarta, Palembang dan beberapa kota di Pulau Jawa, demikian juga kehadirannya di Televisi Nita sudah wara-wiri diberbagai Acara dari mulai ‘Musik Malam Minggu, Aneka Ria Safari, Album Minggu ini, Sejenak Bersama Yuanita Boediman, Album Untuk Anak, Acara Lagu2 Keroncong dan Lagu Untuk Anda’, dll.
KeHaruman dan kePopuleran namanya sempat diLirik Produser Film Layar Lebar untuk bermain di Film ‘Bukan Impian Semusim/sutrd.Ami Prijono -1981 diAdopsi dari ceritera Novel yang diTulis Marga T, lagi-lagi sang Papa ‘Boediman’ sangat menentang anaknya menggeluti seni peran dan akhirnya muncul diberita harian surat kabar diesok harinya ‘Penyanyi YB (inisial Yuanita Boediman) dilarang Orang Tuanya bermain Film’. Bayangkan asisten pak Ami Prijono sendiri datang 2X untuk merayu papa dan berceritera pak Ami Prijono sangat ingin sekali Nita sebagai pemeran utamanya setelah menontonnya di televisi ‘ini orang yang saya cari-cari.. coba cari alamatnya di TVRI’ ungkapnya, sayangnya peran menarik sebagai ‘Nina yang bercita-cita jadi Biarawati’ digantikan Penyanyi Geronimo ‘Djatu Parmawati’ mendampingi Deddy Mizwar sebagai pemeran utama prianya.

Kehidupan sekarang dari Yuanita Boediman sangat-sangat bahagia terpancar dari sinar matanya menggambarkan degan kisahnya bersama Keluarga sejahteranya bersama suami ‘Ie Chan alias Rizal Arifin’dan keEmpat Buah hatinya ‘Rico Riza Putra, Anne Vitriandini, Danise Pritania, Aisyah Faranita. Di akhir jumpa ini, saya menanyakan apakah seorang Yuanita Boediman akan kembali unjuk gigi dibidang tarik suara bila ada seorang produser atau Event Organizer yang mengajak untuk Rekaman Album atau untuk show baik di On Air ataupun Of Air, Nita menjawab sambil tersenyum ‘heheheheheheheh... kalau nyanyi itu sebenarnya udah jiwa ya... Cuma untuk tampil lagi mungkin harus memulai dari awal lagi karena sudah lama nggak manggung’ begitu ungkapnya akhiri pertemuan ini..


Senin, 03 Februari 2014

FAVOURITE’S GROUP




FAVOURITE’S GROUP Sebagai Grup Favorit di hati Masyarakat…

Favourite’s Group adalah tempat berkumpulnya penyanyi, pencipta lagu & musisi terhebat di sepanjang masa “A Riyanto, Mus Mulyadi, Is Haryanto, Harry (Santoso) Toos & Tommy WS”, mereka bersama-sama mencerminkan akar-akar dan cabang-cabang sebuah musik yang kini memasuki usia yang ke 36 tahun. Pemunculannya di blantika musik pop pada waktu itu cuma singkat, tetapi FG mampu mengukuhkan keberadaannya sebagai grup musik yang menjadi favorit dan istimewa di hati masyarakat dan dibicarakan selama dekade kedepan.



Mulai Terbentuk A Riyanto pimpinan dari “Band 4 Nada” mempunyai gagasan membentuk sebuah group yang bukan sebagai grup band pengiring, karena di era itu lagi booming group-group band seperti : Koes Plus, Panbers & No Koes dll. Namun, Eugene Timoty tidak menanggapi dengan serius sehingga membuat A Riyanto ambil keputusan sepihak untuk hijrah ke studio Golden Hand/Indra Record tempat dimana Mus Mulyadi terlebih dahulu bernaung. Mereka sepakat, menjaga rahasia tanpa diketahui produser Remaco dan menunjuk recording Musica (Metropolitan) Studio di Pejaten yang terbengkalai lama tidak terpakai setelah selesai dikontrak Eka Sapta & Bali Record sebagai tempat merekam lagu-lagunya. Selama tiga hari berturut-turut, mereka berkutat distudio di bantu Ferry Bule sebagai operator. Dari tangan dingin A Riyanto sebagai leader sekaligus penggagas, telah menggubah sembilan buah lagu diantaranya : “Seuntai Bunga Tanda Cinta, Carilah Kawan Lain, Kr Selamat Jalan, Kisah terindah & Setitik Embun”. Akhirnya, Menghasilkan dan menyelesaikan rekaman akhir lagu “Mawar Berduri” .yang fenomenal dengan angka penjualan 3000 keping Piringan Hitam & Kaset. Dan kalau diamati lagu ‘Mawar Berduri’ adalah satu dari sekian lagu pop terbaik yang pernah ada, bahkan sampai hari ini tidak ada yang dapat mengalahkan kepopulerannya. Favourite’s Group mengusung berbagai jenis musik mulai dari Pop Mellow, Klasik, Keroncong, Melayu & Jenaka dan hasilnya terdengar begitu segar dan bertahta di hati pendengarnya. Patut pula mendapat acuan “Cap Jempol” pada vokalianya, bahkan gaya bernyanyi ‘Mus Mulyadi’ yang sangat lugas: murni, indah dan sederhana apa adanya. Merekapun cukup variatif dalam mengemukakan tema lagu-lagunya, tema Cinta Remaja, Cinta Tanah Air & Cinta Musik dirangkumnya dalam berbagai jenis musik pop manis dan tetap terdengar berbeda. Yang pasti, “Favourite’s Group” terbentuk secara spontan tahun 1972, dari “Gabungan Mus Mulyadi dengan Band 4 Nada”. Ide awal nama Favourite’s, diberikan oleh sang penggagas yang brilian A Riyanto dengan harapan ‘selalu menjadi band penting di hati masyarakat’. Formasi FG pertama : diperkuat oleh ‘lima’ personil, yakni Mus Mulyadi (vokal/Rhythm), A Riyanto (Keyboard/Vokal), Nana Sumarna (Bass), Eddy Syam (Gitar) dan M Sani (Drum). Mereka sangat modern dalam bermusiknya, tapi juga sangat maju dengan sentuhan romantisme masa silam dan bahkan berhasil menempatkan nilai-nilai musik dikepala mereka sehingga menjadi kekuatan bagi Favourite’s Group. Kalau kita dengar dengan seksama di album pertama FG, ada cabikan bass ‘Nana Sumarna’ peraih The Best Bassist Recording dalam perayaan PUSPEN HANKAM ABRI - 1974, yang sungguh ‘luar biasa’ pada lagu “Malam Minggu Mesra, Kr Selamat Jalan, Terlalu & Kisah Terindah”. Begitu pula ‘A Riyanto’ membawakan “Seuntai Bunga Tanda Cinta & Setitik Embun” yang juga ditulisnya mengenai kisah-kasih dua sejoli, dia juga memahami gaya remaja di masa itu dan Kelik (A Riyanto)-lah pakarnya dan hampir tak ada yang dapat menandinginya dalam menulis lagu. Namun hal terpenting dari M Sani gebukan drum-nya mampu memperindah sebuah lagu, begitu pula cara bermain gitar Eddy Syam bermain instrumen dengan ritme yang unik seakan punya energi yang seimbang. Pengaruh mereka di FG ada dimana-mana dan sangat bergantung satu sama lain, memberikan darah dan jiwa mereka untuk hal yang mereka lakukan agar bisa menyatu. Hal itulah membuat mereka menjadi band penting, disinilah letak kekuatan Favourite’s Group.



Formasi Baru Melalui album perdananya (tahun 1972), FG dalam waktu singkat berhasil menghimpun massa penggemarnya hingga kepelosok tanah air dan menghantarkannya menerima “Piringan Emas” dan menjadi “Band Favorit” pilihan PUSPEN HANKAM ABRI 1972-1973. Pada akhirnya sampai juga terdengar ke telinga sang produser Remaco, semua personal formasi pertama di kumpulkan olehnya (kecuali’Mus Mulyadi). Diambil jalan keluarnya, Nana Sumarna, M Sani & Eddy Syam yang tidak mau ambil resiko dengan tuntutan sang produser akhirnya kembali bernaung di Remaco dan mengaktifkan “Band 4 Nada”. Ketika berbincang dengan Nana Sumarna, dia menjelaskan bahwa “Almarhum mas’Kelik tidak bermaksud menelantarkan kami bertiga seperti yang Mas Media beritakan saat itu…kami berpisah secara baik-baik dan pada Akhirnya bekerja sama di musik sampai akhir hayatnya”. A Riyanto tetap melanjutkan Favourite’s Group dengan merekrut formasi kedua : Is Haryanto (Drum), Harry Toos (Gitar), Tommy WS (Bass) dan tetap Mus Mulyadi sebagai vocal utama. Mereka langsung mengusung album keduanya, diantaranya “Mimpi Sedih, Aku Yang Kau Tinggalkan, Cintaku Suci & Lagu Gembira”. Bisa dibilang langkah keduanya kurang bisa menyamai angka penjualan debut album pertamanya namun perlu diberi ‘score’ plus untuk “Musikalisasi Puisi” pada “Sajak Buat Gadis Yang Sedih” di suarakan Is Haryanto begitu ‘mengharu biru’ mengingatkan kita pada film Pengantin Remaja adegan dimana Julie membaca surat Romie hasil besutan Wim Umboh pada Tahun 1971, berkat film ini pula pasangan Sophan Sophian & Widyawati menjadi sangat populer. Menurut Is Haryanto “saat di ciptakan almarhum’Kelik (panggilan A Riyanto), lagu tersebut diperuntukkan bagi konsumsi Radio”. Dan sangat tepat karena seluruh radio nasional di eranya, lagu ini acap dijadikan standar sebagai penutup dan pengantar tidur para pendengarnya. Setelah meliris album keduanya, kembali FG merilis berturut-turut album Teratai Putih & Oh Kasian (Album’Vol.3) & Aku Tak Berdosa (Album’Vol.4) dan telah memenuhi panggilan show ke daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia dan berkunjung beberapa negara Asia & Eropah. Pada Keempat album tersebut diatas, kita dapat mendengar pengaruh dari musik The Bee Gees & The Beatles yang digabungkan dengan elemen klasik sehingga merupakan komposisi yang sangat serasi. Setiap rincian lagu begitu menarik perhatian di awal-awal lagunya dan berakhir ada perasaan melankolis. Namun, sangat disayangkan album Aku Tak Berdosa merupakan album perpisahan mereka dengan sang vokalis Mus Mulyadi.



Kehilangan Vokalis Menjelang pembuatan album ke-lima Cinta Monyet (tahun1975), personil FG mulai goyah dengan rayuan sang produser remaco (Eugine Thimoty) untuk hengkang dari Indra Record yang sudah mulai bermarkas di Surabaya. Tapi, tidak bagi Mus Mulyadi karena di saat yang sama masih terikat kontrak dengan Indra Record. Oleh sang produser dua bersaudara (Ing & Ang) ini, melipat gandakan nilai kontrak yang ditawarkan Remaco menjadi tiga kali dari yang diterima teman-temannya di FG dan ke-esokan harinya Mus Mulyadi harus terbang ke Surabaya menyelesaikan kewajibannya dan kelak meluncurkan solo album yang cukup sukses. Kemudian FG tetap melaju minus Mus Mulyadi, mereka tetap mampu tampil istimewa. Mereka bertekad dan profesional, yang tentunya sebuah tantangan secara total dalam melahirkan album-album yang mengejutkan dan tak kala ‘bersuka citanya’ karena para personilnya tidak hanya sebagai pencipta tapi sudah mendapat mandat dari sang juragan FG ‘menyenandungkan’ suaranya. Tergambar pada pemunculan album kejutan berikutnya Layu Sebelum Berkembang (Album’Vol.6), Kejepit Pintu (Album’Vol.7) & Boneka India (Album’Vol.8) dan akhirnya sampai juga pada Album ke 11-nya. Pada album terakhir inilah FG sudah menunjukkan sinyal-sinyal masa rehat-nya setelah tiga tahun membius blantika musik Indonesia. Kepergiannya adalah benar-benar dirasakan suatu kehilangan, karena ke-empat personil FG disibukkan dengan kepentingan masing-masing antara lain: mengorbitkan sejumlah penyanyi baru & mengorbitkan Anak-anak mereka (Vien Is Haryanto & Ari A Riyanto) dan bersolo karier, atau menjadi Guest Star di Group 4 Nada / Band 4 Nada dan membentuk band pengiring The Favourite’s, The Heart, The Meicy, Two face’s. & Penata musik di Musica Studio.



Kehadiran’Vokalis Baru Tahun 1977, mereka hadir dengan munculnya wajah baru yang cukup meyakinkan. Menghilangnya FG beberapa tahun lalu membuat pencinta musik merasa kehilangan dan risau, tapi ketika melihat penampilannya dengan menggamit Mamiek Slamet membuat semua penikmat musik indonesia ‘bersorak’ dan FG belum kehilangan kharisma-nya. Mamiek Slamet ditemukan saat mengisi acara di Taman Ria Monas, mengisi formasi vokal menggantikan Mus Mulyadi yang bersolo karier. Mereka langsung menciptakan musik romantis yang menjadi inspirasi FG, bercerita tentang ‘kejujuran, rasa bahagia dan romansa cinta’ yang di rangkainya kedalam musik yang diusungnya. Mamiek Slamet bermula sebagai penyanyi solo dapat dengan mudah berbaur di grup ini dengan mengandalkan suaranya yang eksotis langsung mengisi barisan lagu-lagu hits di album ini : “Romantika, Patung Emas Bermata Intan, Hutang Budi, Akhir Cintaku”. Mereka menghadirkan nuansa benar-benar baru, seperti terdengar “bunyi” koor di beberapa singel-nya, contoh : “Kau” dinyanyikan oleh Is Haryanto yang biasanya di gunakan pada era vokal grup tahun 60-an atau kelompok vokal grup gospel di gereja-gereja. Merekapun tak kalah indahnya melantunkan lagu ‘Jawa’ dengan cara modern tanpa mengenyampingkan cita rasa etnis-nya, dijumpai pada album “Ireng Manis, Arekku Jalek Kawin, Cangkriman & Rumangsaku dll”. Namun sangat disayangkan, Mamiek Slamet-pun lebih berkonsentrasi dengan sejumlah album solonya sehingga di FG tidak bertahan lama. Dan tidak lama kemudian posisi vokal yang kosong diisi oleh Rahmat salah seorang karyawan Bank. Konon, menurut rekan-rekan di FG keindahan suaranya adalah ‘reinkarnasi’ dari sosok Mus Mulyadi. Lagi-lagi kehadiran vokalis baru ini tidak dapat membagi waktu antara Karier bernyanyi atau tetap menjadi karyawan Bank. Sebagai seorang artis, harus memenuhi panggilan untuk show ke daerah-daerah bersama Favourit’s Group. Hal inilah yang membuatnya mengundurkan diri dari FG dan lebih memilih menekuni menjadi seorang Bankir hingga sekarang.



Reuni Tak diduga dan tak disangka, grup band yang beranggotakan penyanyi, musisi dan pencipta yang sudah populer pada masa itu, kini ‘rujuk’ lagi. Formasi mereka tidak berubah tetap seperti beberapa tahun lalu bedanya hanya mereka andil jadi vokalis “Mus Mulyadi (Rhythm/Vokal), Is Haryanto (Drum /Vokal), A Riyanto (Keyboard/Vokal), Harry Toos (Gitar/Vokal) & Tommy WS (Bass/Vokal)”. Tahun 1978, mereka mencoba memukau dengan kecantikan aransemennya dengan materi lagu yang berlirik puitis –romantis disuguhkan, antara lain : “Satu Kisah Lagi, Saat Yang Terindah, melody Patah hati, Kamar Bisu & Engkau Yang Terakhir”. Lewat album ‘reuni’ mereka ini setelah berpisah sejak tahun 1975, sebagai pengobat rindu ‘menyapa’ para pencinta dan pengamat musik indonesia. Kemudian mereka kembali hadir tahun 1982, dengan nomer-nomer lainnya, “Nusantara Jaya, Terima Kasih Musik, Bunga Yang Terindah, Hai Pemuda dan Selamat Jalan” dengan perusahaan rekaman Mahkota Records. Kehadiran album ini, FG mencoba menawarkan ragam tema musik yang selama ini belum terjamah oleh pemusik negeri ini. Mereka juga menunjukkan bahwa FG masih “solid” dengan kumpul bareng disetiap kesempatan latihan maupun tampil lengkap di pertunjukan show di dalam maupun luar daerah Jakarta. Namun kebersamaan ini menyiratkan duka yang dalam atas kepergian sang penggagas FG untuk selamanya. Pada 17 Juni 1995 A Riyanto sang “Legenda” menghebuskan nafas terakhirnya, dengan penyakit komplikasi Ginjal & Kencing Manis yag sudah lama di idapnya. Kepergiannya membuat insan musik & bangsa Indonesia berduka, sahabat-sahabatnya di FG merasa kehilangan gairah dan menjadi mati suri. Akhirnya Is Haryanto yang masih hubungan saudara dengan almarhum lebih berjiwa besar untuk melanjutkan cita-cita A Riyanto untuk tetap membawa FG menjadi bagian dari sejarah musik pop di Indonesia, seperti yang dicita- citakannya pada saat memberi nama Favourite’s untuk bandnya. Almarhum mas’ Kelik “di ibaratkan seorang pendekar yang memberontak menyuarakan yang tidak pernah terungkap dalam memerangi pelanggaran hak cipta & Pembajakan” ungkap Is Haryanto.



Bangkit Kembali Tahun 2008 adalah dimana grup-grup’60 dan 70-an yang terus bertahan ataupun memutuskan ‘comeback’, antara lain Panber’s, Noor Bersaudara, The Singers, Ayodhia & The Steps dan tak ketinggalan Favourite’s Group. Semuanya bersiap-siap untuk kembali meramaikan dunia rekaman dan panggung musik, menurut Mus Mulyadi “ kami akan merancang sebuah kejutan terkait dengan momen pemunculan baru kami…dan tetap memiliki pesona tersendiri dan berharap makin dikenal tentunya”. Mereka akan selalu tidak kehabisan akal, melanjutkan amanah almarhum dan menunjuk “Harry Lelur” adik kandung A Ariyanto. Itupun juga tidak lama karena terserang stroke, kemudian digantikan “Denny Sami” untuk mengisi formasi Keyboard yang kosong. Sayangnya, sampai saat ini Tonny WS sedang sakit (Tommy WS – wafat di Jakarta, Hari/tanggal: Minggu’21 April 2013), sehingga posisi Bass kembali “Nana Sumarna” mengambil alih. Inti kekuatan Favourite’s Group sebagai grup vokal adalah, tetap mengusung romansa pop yang berseni dan romantis, semoga selalu menjadi salah satu grup vokal terbaik selamanya dan musik mereka bertahan sepanjang masa…Amin