Selasa, 02 September 2014

IWAN ABDURACHMAN









IWAN ABDURACHMAN
Menjadikan Alam sebagai Inspirasi,Oleh: Jose Choa Linge/ Niantoro Sutrisno,
Di kalangan komunitas pencinta alam, nama Iwan Abdulrachman sangat dikenal luas di seantero Bumi Persada ini.selain itu ia juga seorang Penyanyi dan pencipta lagu , kehidupannya tentang lingkungan alam bebas Hutan, Air, Daun, Bunga, Gunung & Danau sangat mempengaruhi dalam menghasilkan karya gemilang. Dia tidak berbasa-basi, setiap lagunya banyak yang bisa disampaikan dan diungkapkan lewat tokoh-tokoh di dalamnya sehingga orang yang mendengarkannya seakan mengikuti perjalanan bersamanya melalui cerita dari lagu-lagunya. Dia menulis tentang apa yang dilihat dan dirasakannya, tentang Dirinya, tentang Alam, tentang Kota, tentang Dusun, tentang Cinta & tentang Sang Pencipta..

Sosok dari Abah IWAN,
Lelaki kokoh dan berkumis tebal ini adalah sosok teladan bagi teman-teman pergaulan sesama musisi, dia adalah tokoh panutan dan menyenangkan dilingkungan yang bukan musisi sekalipun. Dia terlahir sebagai Ridwan Armansyah Abdulrachman di Sumedang, Jabar, 3 September 1947, bakat seninya mengalir dari kedua orang tuanya Abdulrachman Natadiria & Oyoh Partakusumah. Dia adalah pribadi yang peduli pada alam dan Bangsa ini, baginya ''Setiap warga tidak bisa tidak peduli karena takdir kita menjadi bagian dari bangsa ini!'' ungkapnya.

Begitu pedulinya tentang alam, dibuktikannya dengan serangkaian lagu-lagu yang digubahnya di alam bebas dan di tengah hutan yang tenang atau di gunung-gunung yang sepi. Lagu yang pertama kali dibuatnya terangkum dalam album LAGU-LAGU KARYA - IWAN A.RACHMAN ini adalah: Balada Seorang Kelana ditulis di gunung Burangrang (1964), Bulan Merah ditulis di hutan Banten Kidul(1968), Mawar Yang Terbiru, ditulis di gunung Tangkuban Perahu (1970) & lagu, Seribu Mil Lebih Sedepa ditulis diatas perahu disebuah danau ditengah-tengah hutan yang sangat sunyi di pedalaman Kalimantan Tengah(1979).

Diapun dikenal sebagai pencari bakat bagi penyanyi pemula, dibuktikan dengan kehadiran penyanyi bersuara bening dan indah seperti Conny Francis yaitu Inne Suherman dan Aom Kusman (MC & Pelawak D'Kabayan) melagukan sesempurna nuansa keinginan sang penggubah-nya 'Iwan Abdulrachman' tentunya.

Sosok AKTIVIS,
Di luar berkeseniannya, dia melibatkan diri di Wanadri yang berarti 'Gunung di tengah Hutan'. Kelompok Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung ini adalah sebuah organisasi yang orientasinya melatih para pemuda pemudi Indonesia untuk cinta alam dan tanah air melalui kegiatan pendidikan dialam terbuka dan juga mengemban 'misi' kemanusiaan , seperti: SAR, Tsunami, Bencana Alam, Gunung meletus, Banjir bandang, Tanah Longsor dll. Organisasi ini sendiri sudah berdiri sejak 44 tahun lalu, tepatnya di deklarasikan di Kota Bandung, 16 Mei 1964 dengan jumlah anggotanya yang aktif terdaftar sekitar 1.000 orang dari berbagai lapisan masyarakat Indonesia yang menyebar di seluruh provinsi dan keanggotaannya berlaku sampai mati (tidak ada istilah alumni).

Keterlibatannya sebagai salah seorang anggota di Wanadri, sebenarnya baru terlibat pada bulan Desember 1964. Namun kepeduliannya terhadap sesama dan sosoknya yang mengayomi, sehingga dia menjadi contoh teladan bagi anggota lainnya di Wanadri hingga sekarang ini (2008). Kehadirannya di GPL (Gerakan Pencipta Lagu) yang berdiri tahun 1971, bersama rekan-rekannya sesama mahasiswa di UNPAD (Universitas Pajajaran) Bandung dikenal sebagai pencipta sejumlah lagu-lagu Hymne, yaitu: Hymne Siliwangi, Hymne Universitas IBA, Hymne Universitas Mulawarman (Samarinda), Hymne UNPAD & Hymne Wanadri dll, Dia mempunyai ciri khas dengan sebuah gitar dipundak dan senantiasa membawakan lagu-lagu patriotik di 'open stage', itulah yang menyebabkan banyak orang tak akan bisa melupakannya.

Sosok di MUSIK & FILM,
Kehadirannya di Group Bimbo (1971-1978), dia tidak hanya di kenal sebagai pencipta dari lagu-lagu cantik seperti Melati dari Jaya Giri, Flamboyant, , Bulan Merah, Tajam Tak Bertepi & Angin November, tapi dia membuktikan totalitasnya sebagai pemain Bass dan Block Flute di group ini. Mudah di tebak, kehadiran Album Bimbo & Emillia Contessa ini sangat laris manis dimasanya dan tetap abadi menjadi Legenda.

Lagu-lagunya masih terus terdengar selama 30-40 tahun terakhir lewat penyanyi lain semisal : Faisal Amir, Broery Pesolima, Johan Untung, January Christy, Jend. Wiranto, Alm Gito Rollies & Indonesian Idol dll, lagu-lagu itu tetap terdengar sama dahsyatnya seperti saat pertama mendengarnya di suarakan penyanyi aslinya. Yang paling menakjubkan adalah bahwa kenyataan kalau dia juga piawai dalam menggarap illustrasi musik film 'Tanah Gersang (1971)' bersama Imam Junaedi yang dimainkan Emillia Contessa, S Tidjab, Dadi Djaya, Mien Brodjo & Marlia Hardi, dia ditunjuk langsung oleh Mochtar Lubis sang penulis Novel Tanah Gersang yang jatuh cinta dengan lagu Flamboyant & Bulan Merah untuk menjadi Theme Song-nya.

Dia-pun memiliki kekuatan gambaran dan jiwa dalam menggunakan lirik, Kolaborasinya bersama Aryono Huboyo yang melahirkan melody dan komposisi sehingga membawa penyanyinya Vina Panduwinata berhasil mendapat julukan si Burung Camar untuk judul lagu yang sama. Keberhasilan Lagu Burung Camar pada Festival Lagu Populer Tingkat Nasional 1985 & World Popular Song Festival Tokyo 1985, menjadikan nama Vina Panduwinata melambung dan diganjar sebagai berpenampilan terbaik.& memenangkan Kawakami Prize ditahun yang sama..

Sosok di KALIKAUSAR,
Dalam banyak hal, Iwan Abdulrachman adalah perwujudan dari musik, alam dan perdamaian,. Bermula dari empat sekawan inilah, 'Indra Rivai, Iwan Abdulrachman , Wandi K & Rudy Kadarullah' selepasnya dari group Bimbo dan secara kebetulan seorang produser menawarkan rekaman di Yukawi- Depok. Atas prakarsa Wandi K, lahirlah Album perdana Sejuta Kabut (1979) dari group musik 'Kalikausar' yang terdiri dari: Indra Rivai-(Keyboard,Vokal), Wandi Kuswandi- (Gitar,Bass,Perkusi & Vokal), Iwan A. Rachman- (Vokal, Komposer),Rudy Kadarullah(Drum),serta Nicke Rasyidi- (Lead Vokal) ,Nama Kalikausar sendiri, diambil dari bahasa sangsekerta yang artinya 'Sungai yang mengalir dari Surga, yang memberi kesejukan'.

Mereka berempat sesama anak Bandung bergabung untuk membuat hasil karya hanya untuk direkam saja, mereka mencoba tawarkan warna musik etnik dan balada yang sebelumnya sudah diusung bersama Bimbo. Keberadaan album-albumnya seperti: Mentari (1980) & Surat (1981), merupakan album Kalikausar yang sama sekali tidak terjamah oleh penikmat musik indonesia dimasanya. Sesuatu yang patut diacungi jempol, adalah keberanian mereka bekerja sama dengan studio musik lokal yang minim popularitas. Dan konon, kedahsyatan nyanyian Kalikausar yang dibuat bersama WHISNU Record - Bandung hanya di kenal oleh para teman-teman maupun kerabat dan lingkungan personelnya saja.

Sosok di Album SOLO,
Dia sangat menyukai tantangan membuat sesuatu dalam musik, hal itu membuatnya merasa nyaman dan terus dilakukannya sampai sekarang. Terlihat jelas kejeniusannya dalam menyampaikan lirik yang terkesan sederhana tetapi penuh makna, seperti gambaran pada lagu ' Melati Putih' : Ini Kisah Tentang Sekuntum Bunga/ Terputih dari Yang Putih/ Yang Daunnya Hijau Di Musim Kering/ Kemilau Di Sinar Surya/ Dan Bila Musim Bunga Tiba/ Melati Bersemi/ Putih Dan Sejuk Bening Berseri/ Bergetar Di Sudut Hatiku 'Sebenarnya Lirik dari lagu ini bukanlah lagu yang secara implisit menceritakan tentang bunga melati putih, tetapi mempunyai makna lebih dari itu, yaitu ungkapan rasa cinta terhadap seorang wanita mulia. Diapun, memiliki kekuatan deskriptif yang memukau dalam menggunakan lirik yang ber makna kehidupan dan di rangkumnya pada lagu 'Jangan Bunuh Aku' yg melodi & accordnya dibuat oleh Indra Rivai sedang liriknya oleh Abah Iwan(biasa ia dipanggil oleh para sahabatnya).

Kepeduliannya tentang burung-burung yang terbang bebas dan berkicau di halaman-halaman rumah, tapi ditembaki oleh orang-orang yang tidak mengerti kehidupan dan tidak punya kesadaran lingkungan atau tidak bertanggung jawab. Semua itu tercakup dalam karyanya yang relatif pendek, tetapi proses pembuatannya memakan waktu sangat panjang, mulai dari penciptaan melodi sampai dengan tertulisnya lirik mencapai 4 tahun. 'lebih kurang tema dan nuansa batinnya bersamaan dengan melodi dan harmoni accord-nya tahun 1967, liriknya baru utuh tahun 1971'. Lagu-lagu yang diinspirasikan dari alam terdapat kejujuran yang menawan didalamnya sehingga memiliki kekuatan yang sangat besar, seperti membawa pesan yang begitu bersinar tentang perdamaian untuk Manusia, Alam, Cinta & Dunia lewat musiknya untuk berbuat baik.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar