Selasa, 04 Februari 2014

THE SINGERS








The SINGERS
Band yang bukan merek Mesin Jahit

Oleh : Jose Choa Linge/KPMI


Band The Singers adalah band yang beranggotakan semua wanita, mereka terdiri dari penyanyi yang sudah punya nama dan cukup terkenal dalam dunia musik pop Indonesia di masanya. The Singers sendiri sangat melejit di tahun 1968-1975 berbarengan dengan popularitas ARULAN, Koes Bersaudara, Dara Puspita, Eka Sapta. Pemunculannya pada malam “Golden Memories Song & Sixties Music” di Romeo Café -Semanggi 26 April 2008 bergandengan dengan Band Ayodhia, berhasil memukau penonton mengenang masa-masa Nostalgia persembahannya pada lagu ‘Seruling di Lembah Sunyi, Cinta Pertama, Malaguena Salerosa, Penuh Noda,Get Ready, I Feel Good, Dance With The Gitar Man’, dll. The Singers memang benarlah The Singers… Mereka tidak hanya piawai bermain Instrument, namun mereka dapat pula bernyanyi sambil memainkan Instrument.

Mulai Terbentuk,
Desember 1967 adalah sejarah terbentuknya The Singers. Berangkat dari penyanyi yang masing-masing menguasai alat musik, namun baru benar-benar memproklamirkan pada awal Januari 1968. Seringnya mereka bersama mengisi acara dan merasa kesal dengan band pengiring yang tidak menguasai materi lagunya, sehingga oleh Neneng Salmiah-Leader/Rhythm/Vokal sepakat membentuk band wanita dengan formasi sesama penyanyi, maka bergabunglah Tuty Thaher- Bass/Vokal, Sally Sardjan-Organ/Vokal, Henny Purwonegoro-Drum/Vokal dan Shinta Dungga- Rhythym/Vokal. Beberapa bulan kemudian ‘Band Arulan’ memberi informasi, kalau ada seorang cewek sangat menguasai permainan melody tapi berdomisili di Palembang bernama Uun Syarbini. Kemudian mereka berkoresponden dan mendapat jawaban langsung dari Uun, “Saya bersedia pindah di Jakarta, asal mau diurus kepindahan saya dari Universitas Sriwijaya (UNSRI) ke Universitas Indonesia (FEUI)”. Hebatnya The Singers, walau hanya dengan tiga bulan setelah terbentuk mereka mampu merebut hati penggemarnya di Ibu Kota Jakarta maupun Bandung. Meskipun mereka hanya mempergunakan alat-alat sederhana, tetapi permainannya cukup mengesankan. Tengok saja kelincahan Henny Purwonegoro yang tinggi semampai mampu menggebuk drum hampir setingkat dengan Suzie Nander dan Tuty Thaher yang mempunyai keelokan suara yang khas dan petikan bass gitarnya juga memukau, Uun Syarbini-pun tidak bisa dianggap remeh dalam memetik melody-melody nakal. Person lainnya, Neneng Salmiah & Shinta Dungga tak diragukan kemampuannya memunculkan instrumen-instrumen melody keras terkadang mengalun mendayu tanpa terdengar lembek pada kocokan permainan Rhythm gitar keduanya, Sally Sardjan (adik dari Titik Qadarsih) dengan kelincahan jemarinya mampu menghasilkan improvisasi tak terduga pada dentingan pianonya. Pemunculan Singers, menandai dunia musik hiburan akan lebih semarak, kehadiran mereka akan menambah satu lagi deretan band wanita selain Monalisa, Miscellina, The Beach Girls (The Bambooden Dolls), Ester Lita & Dara Laut (Kowal) kemudian muncul Pretty Sister, Aria Junior, era 70-an. Kalau dilihat dari kemampuan ke enam personel wanita tersebut bermusik, sudah dipastikan The Singers akan memperkuat kedudukannya sebagai band wanita yang disegani setelah Dara Puspita tentunya.

Masuk Dapur Rekaman,
Akhir tahun 1968, adalah pertama kali mereka merekam suaranya dengan mengandalkan lagu Marlina karya D.Djuhari (Los Morenos), Jali-jali (Instrumental), Land Of 1000 Dances, Oh Tuhan, Baby Your Gone, Salam Perpisahan direkam dalam bentuk Long Play (LP) diperusahaan rekaman Dimita Moulding Industries. The Singers mengusung musik perpaduan Latin dan Sweet Pop, Singers mampu membawa pendengar lewat nyanyiannya di radio-radio maupun di pertunjukan hiburan untuk berdansa dan berdisco. Hasilnya tidak diragukan lagi kemampuan mereka bernyanyi tidak menurun, tetap prima bahkan mereka selalu penuh energik memainkan musik sekaligus. Kharisma Singers, bekerja dengan baik dan tetap mempertahankannya sama persis saat mereka masih menjadi penyanyi solo. Lihat saja, pengaruh mereka ada dimana-mana ‘RRI, Radio-radio Amatir & Televisi’ dengan kata lain “The Singers” tidak asing lagi buat masyarakat penggemar musik band. Kenyataannya menunjukkan The Singers bukan merupakan band komersil, tapi hanya band amatir yang penyanyi-penyanyinya tidak terikat pada Singers. Kalau perlu mereka bebas menyanyi dimana saja dan bebas menentukan, kapan tidak bisa bersama-sama dengan The Singers. Mereka semua dimasa itu adalah para Mahasiswi dan pelajar, yang sewaktu-waktu harus tekun dengan pelajaran Sekolah-nya.

Band Bukan dari Merek Mesin Jahit,
Kehadiran The Singers cukup menorehkan nama dalam industri musik Indonesia, mereka memiliki kesibukan yang super –ketat baik di pertunjukan show maupun sebagai ‘teladan’ menomor satu-kan masa depan sebagai Mahasiswi dan Pelajar. Begitu pula kepopuleran Singers, berbarengan dengan kehadiran sebuah merek mesin jahit “Singer” yang dikomersilkan Rieka Suatan sebagai model iklannya menimbulkan olok-olok berupa banyolan mengatakan “The Singers adalah sebuah band Mesin Jahit?”. Sehingga membuat penggemarnya mengernyitkan kening “heran?!… apa iyaaaa?”. Selama The Singers masa berkarirnya, pertanyaan paling banyak muncul dari fans dan wartawan adalah sebagai, ‘band Mesin Jahit’. Bagi mereka pertanyaan nakal seperti itu bukan sebagai suatu yang menjatuhkan karir The Singers, justru sebaliknya saling meng-combine mempopulerkan Singers tentunya dan membawa berkah juga bagi perusahaan tersebut? (demikian kutipan wawancara telepon dengan Shinta Dungga, tgl 30 /4 -2008).

Mulai Retak,
Absennya Henny Purwonegoro dalam kegiatan The Singers, menimbulkan tanda tanya dan menarik perhatian penggemarnya di masa itu. Betapa tidak Henny mengatakan bahwa “alasan-alasan pengunduran dirinya dari band “The Singers” yang telah dirintisnya sejak tahun 1967 bersama kelima rekan-rekannya dikarenakan tidak adanya kekompakan diantara anggotanya”. Namun, oleh Drs Hasan Natakusumah (Manager The Singers) memberi pernyataan berbeda, bahwa “Henny Purwonegoro telah dikeluarkan dari The Singers karena seringnya berselisih paham sesama anggota band lainnya” (dikutif dari harian Merdeka, 5 Oktober 1969). Bersamaan dengan keluarnya Henny Purwonegoro, berapa lama kemudian Shinta Dungga-pun mengundurkan diri karena telah melangsungkan pernikahannya dengan pemuda pilihan hatinya dan lebih berkonsentrasi mengurusi kehidupan berumah tangganya. Dengan keluarnya Henny Purwonegoro yang lebih memfokuskan sebagai penyanyi solo, otomatis posisi drum yang kosong sudah dipersiapkan yaitu Lies Royani (Kakak dari Ida Royani). Walaupun pada saat itu menuai kritikan pro dan kontra, The Singers tetap berusaha menampilkan atraksinya dan berusaha menutupi kekurangannya dengan permainan yang sedap dipandang mata dan enak dinikmati penontonnya.

Bangkit Kembali,
Lazimlah jika sebuah band wanita, para personelnya bergonta ganti anggotanya mengundurkan diri dengan alasan menikah atau terjadi perselisihan faham sesama person dan yang paling utama karena tidak adanya kekompakan sesama anggotanya. Tahun 1971 adalah kelahiran band The Singers dengan ditandai terjadinya penambahan dan pergantian personel baru di kubu ini, Tuty Thaher menyempatkan menghasilkan Album Single hit-nya ‘Penuh Noda, cipt. Yasir Syam’ ikut mengundurkan diri dan digantikan Inneke Nasution pada bass. Lies Royani-pun mengundurkan diri secara teratur karena pernikahannya, kemudian fungsinya ditempati Iwan satu-satunya anggota The Singers Laki-laki yang lihai memainkan beat-beat harmonis. Formasi inipun menghasilkan berderet sejumlah hit seperti : Derita Seorang Wanita, Surat Putus Cinta, Akhirnya, Paduan Cinta, Ditinggal Pergi dan Luka Hatiku yang mendongkrak kepopulerannya, The Singers semakin berkibar kencang. Perubahan mendadak sangat menakjubkan dengan kehadiran violis wanita bernama Suryati (Supilin) Mansya dan yang paling utama adalah bergabungnya bassist perempuan eks Dara Puspita Min Plus Judith Manoppo (kakak dari Jimmy Manoppo) menggantikan posisi Inneke Nasution yang juga ikut mengundurkan diri. Akhirnya, The Singers menjadi grup wanita yang mampu berpijak berkompetisi di negeri ini apalagi bergabungnya kembali personel lama seperti ‘Tuty Thaher’ sehingga membawa Singers yang benar-benar bertahan ditengah-tengah maraknya band-band Pria. Dan sudah dipastikan, Singers mengkonsentrasikan diri pada perjalanan tour show-nya ke Luar Negeri ‘Singapura & Malaysia Barat’ selama satu bulan lamanya. Yang menariknya, The Singers beberapa kali menjadi band pendamping bagi band-band Luar yang show di Indonesia seperti ‘Junior Wells-USA, The Cats- Belanda & Reynetts- Filipina, Singers-pun sangat mudah ditemui serangkaian perjalanannya kesejumlah daerah seperti Malang, Bandung, Kalimantan dan Medan tentunya.

Rujuk lagi,
Awal 1992, adalah dimana The Singers bersatu lagi dan tentunya dengan formasi awal mereka terbentuk “Neneng Salmiah SH (Notaris), Tuty Thaher (Sekretaris Ketua Penasehat Presiden RI Urusan LN), Uun Syarbini (Pengajar Lagu Anak-anak), Henny Purwonegoro (Penyanyi/Figur Idola Anak-anak), Sally Sardjan (Pelatih Ballet) & Shinta Dungga (Pengusaha/Entertainment). Kehadirannya, setelah sekian lama berpisah dengan kesibukan masing-masing, mereka mencanangkan untuk rujuk seperti sedia kala dan mengubur segala permasalahan di masa silam setelah mengisi acara di TVRI ‘Chandra Kirana’(1982). Dibuktikan dengan penampilan perdana-nya di Bali Room, Hotel Indonesia dalam acara Jakarta Luncheon Secretaries. Mereka menggebrak panggung, mempersembahkan album-album hits mereka dan beberapa lagu-lagu pop barat Nostalgia. Namun di bulan September 1994, salah satu personal The Singers ‘Uun Syarbini’ telah menghadap sang khalik dengan penyakit Kanker Rahim stadium empat yang dideritanya. Kepergiannya menyelimuti duka terdalam bagi sahabat-sahabatnya yang tak kuasa menahan linangan air matanya. Kepergiannya merupakan pukulan telak bagi Singers yang sudah mempersiapkan gagasan-gagasan mengulang keperkasaannya dimasa lampau, paling tidak mengumumkan ke masyakarat seluruh Tanah Air bahwa ‘The Singers belum pernah mengeluarkan pernyataan bubar sampai hari ini’ (kutipan wwcr bersama’Tuty Thaher, Neneng Salmiah & Sally Sarjan- pada 24 April 2008). Anggota The Singers tidak berlama-lama berduka, mereka ber-Lima sering di undang mengisi acara Melody Memori, Tembang Kenangan, Famili 100. Dan lebih mengejutkan lagi, tahun 2008 adalah tahun ke-Emasan The Singers (diwakilan Tuty Thaher, Neneng Salmiah & Sally Sardjan) berkolaborasi dengan Band Ayodhia digandeng oleh pengelola resto mengisi acara show di Romeo Café untuk penampilan ke dua kalinya. Satu hal yang perlu dicatat, The Singers pernah muncul di TVRI acara yang dikelola alm. Moteh Mokoginta, Aida Mustafa, alm. Eddy Susilo bertajuk 'Temu Kangen Komunitas Musik 60' 70 & 80'an beberapa tahun lalu (thn.2010) adalah sebuah langkah awal bagi Singers menampilkan kesempurnaan nyanyiannya dan permainan musiknya diusia yang senja dan masih sama terdengar seperti 40 tahun lalu. The Singers, kembali menyapa penggemar fanatiknya yang tetap setia sekian lama dinanti dan tentunya Singers masih tetap merebut atensi pencinta musik Indonesia “Sekarang dan Nanti”….. Bravo!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar