Kamis, 28 Agustus 2014

PANBERS




Sang Legenda itu bernama PANBERS .....





Bermula di kota ‘Palembang’ tahun 60-an, lahir Band Bocah bernama ‘TUMBA BAND’ diambil dari bahasa ‘Batak’ yang artinya ‘Irama Menari’, di motori Benny Panjaitan bersaudara bersama teman-teman sekolah lainnya. Siapa sangka, setelah mereka menunggu “sepuluh tahun” kelak akan bersanding dengan band Kus Bersaudara dan Koes Plus yang sering mereka bawakan
lagu-lagunya seperti ‘Bis Sekolah, Telaga Sunyi, Pagi Yang Indah, Cintamu Telah Berlalu, Pelangi & Dara Manisku. Karena tugas sebagai Bankir, keluarga Panjaitan pindah ke kota Surabaya pada tahun 1966 dan tetap band bocah ini aktifitas bermusiknya berlanjut di kota pahlawan ‘Surabaya’ sampai pada tahun 1969 akhir.

Berdiri awal dekade 70-an, di kota Surabaya. PANBERS dibangun oleh anak-anak dari orang tua yang menyenangi musik Biola & Piano ‘Alm.Drs. JMM Panjaitan SH & Bosani (Sitompul) Panjaitan’, tempat dimana sang ayah menjabat sebagi Dirut Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dalam hal hobby bermusik anak-anaknya, sang ayah kurang mendukung dalam hal finansial dan menginginkan menjadi seorang Dokter atau Insinyur. “Ayah, agak diktator. Beliau, selalu memberikan dorongan….kalau mau hidup dengan musik, kalian bisa mencari uang sendiri dari musik, karena dia tahu bahwa musik itu menjanjikan”, kenang Benny tentang sosok Ayahnya. Group ini beranggotakan Hans (Gitaris), Benny ( Lead Vocal,Gitaris), Doan (Vocal,Keyboard) & Asido (Drum) diperkuat Dotty, Ratna (Penyanyi Latar). Pada awalnya, mereka sempat ‘ragu’ menggunakan nama tersebut yang seperti keBarat-baratan. Karena pengaruh dan desakan sanak famili, mereka mengadopsi dari group band yang menggunakan “S” dibelakang namanya, seumpama Koes Brothers, The Beatles, The Rolling Stones & The Bee Gees “Cantik juga nama itu?, maka lahirlah Panbers…artinya kakak-beradik keluarga Panjaitan” ungkap Benny Panjaitan. Panbers, mengisi hari-harinya dengan tampil di Pesta-pesta Sekolah & Pernikahan, Panggung-panggung THR & Kolam Renang Tegal Sari. Saking, fanatik dan mengagumi Kus Bersaudara maupun Koes Plus, Panjaitan bersaudara selalu menyempatkan menonton pertunjukan mereka apabila show di Surabaya dan berdiri paling depan agar lebih dekat dengan sang idola.

Masih di tahun yang sama, sejalan dengan kepindahan tugas sang ayah ke jakarta Panbers-pun terus mengasah kemampuan bermusiknya maupun mencipta lagu. Tepatnya hari selasa, bulan maret 1970 dikediaman keluarga Panjaitan di Hang Tuah, Jakarta Selatan. Panbers menciptakan lagu ‘Akhir Cinta’ sebagai lagu pertama yang diperdengarkan saat pertunjukan di panggung Taman Ria Monas & Panggung-panggung Hiburan di Jakarta. Segala ‘cerca & olok-olok’ dari sesama anak band, sebagai ‘band kampungan’ ditujukan kepadanya, karena dimasa itu kecendrungan band Lokal membawakan lagu-lagu Mancanegara. Panbers tetap berpendirian pada kecintaannya dengan lagu-lagu Indonesia, tidak di gubrisnya dan tetap melaju sebagai pemacu pembuktiannya kepada masyarakat sebagai group yang berkomitmen menghasilkan karya lagu yang bermakna sehingga terpatri kelak menjadi ‘Legenda’ selamanya.

Yang jelas, tidak beberapa lama setelah mereka tampil di TVRI yang diprakarsai “Band Darma Putra Kostrad” dalam acara ‘KAMERA RIA’. Panbers membawakan nomer-nomer manis dari ciptaannya ‘Akhir Cinta, Senja Telah Berlalu & Maafkan Daku’. Bayangkan kehebatan Panbers, dalam kurun belum satu tahun wara-wiri di Televisi maupun panggung-panggung pertunjukan. Bahkan, belum menghasilkan album rekaman tapi mereka sudah mengisi acara besar Kamera Ria yang menjadi tolak ukur seorang penyanyi maupun musisi mempromosikan albumnya. Sehingga, salah satu band wanita ‘The Singers’, datang langsung kekediaman Panbers meminta ijin membawakan lagu-lagunya dipanggung-panggung show. Album bertajuk Akhir Cinta, merupakan kiprah pertama vokalis bersuara tinggi melengking ‘Benny Panjaitan’ bersama Panbers dan sekaligus sebagai album terobosan bagi mereka. Bahkan, lagu Akhir Cinta inilah Panbers menjadi band pembuka The Bee Gees kelompok asal dari negeri Ratu Elizabeth saat konser di Indonesia tahun 1974. Album ini sendiri, penuh nuansa romantis tentang targedi percintaan dengan sentuhan pop manis terlihat sangat sederhana dan menyentuh. Seperti sepenggal lirik dari ‘Akhir Cinta’ yang ditulis Benny Panjaitan. Awal dari cinta/ Liku tanpa bahagia/ Sudah suratan/ Cintaku yang pertama/ Cinta tanpa kasih / Tanpa akhir bahagia/ Gagal dan punah/ Pada akhir cinta duka. Belum lama ini, tepatnya tahun 2007 lagu yang diciptakan dalam suasana perang vietnam pada tahun 1971, berjudul ‘Kami Cinta Perdamaian’ menjadi ‘ikon’ lagu favorit untuk membawakan obor perdamaian bersama kelompok relawan lainnya ke Italia dan Amerika.

Keberhasilan album ini, tak lepas dari dukungan sang produser “Dick Tamimi” dibawa bendera perusahaan ‘Dimita Moulding Industri’ dimana group-group band Koes Bersaudara, Dara Puspita & Man’s Group (kelak, dikenal Usman Bersaudara) bercokol terlebih dahulu, bahkan Koes Plus melaju pesat dengan album ke Empatnya ‘Bunga Ditepi Jalan’. Perkenalannya dengan kontributor utama di Koes Plus maupun selagi bersama Koes bersaudara ‘Tonny Koeswoyo’ terjalin persahabatan “Mas Tony, banyak memberi dorongan dan semangat dalam bermusik Panbers… Bahkan kami berdua menguasai recording Dimita saat itu?” tutur Benny disela wawancara. Tepatnya, Panbers dan Koes Plus adalah dua group yang datang dari dekade yang berbeda. Tidak hanya itu, tingkat popularitas dijamannya juga sama memberi konstribusi dan melahirkan ide-ide inspirasi lagu-lagu yang mampu menempatkan sampai ‘Tiga’ single dari album yang bertengger selama berminggu-minggu di puncak tangga lagu-lagu Indonesia ‘Pilihan Pendengar’ diseluruh Radio-radio swasta yang tersebar di Nusantara. Kesuksesan Panbers tidak terlepas dari dukungan dan kepercayaan dari sang penguasa Dimita yang tidak pernah menginterfensi, sehingga bebas berkarya dan berekspresi melahirkan album hits seperti ‘Akhir cinta (1971), Pilu (1972), Kisah Cinta Remaja (1973), Cinta Abadi (1974) & Hidup Terkekang (1975) dan bahkan sebagai catatan, dalam hanya tempo singkat Panbers menghasilkan Dua sampai Tiga album selama satu tahun. Album tersebut, sukses besar dalam menembus pasaran pop indonesia dan bahkan masing-masing memperoleh Golden Record maupun Silver record dari angket musik indonesia ‘Puspen Hankam’ secara berturut-turut. Yang menarik lagi dari Panbers, adalah sebagai band “penerebos” lagu dangdut populer dengan lagunya ‘Nasib Cintaku & Musafir’ mampu menerobos pangsa yang benar-benar Dangdut bersaing dengan lagu ‘Begadang-nya’ si Raja Dangdut Rhoma Irama. Akibat serbuan kaset mulai merajalela tahun 1974, membuat kondisi recording Dimita tersendat-sendat oleh maraknya produksi recording dari Remaco, Purnama, Musica & Irama Tara “hanya kami yang bertahan, karena kami anggap Dimita sangat berjasa sekali mengorbitkan Panbers…Pada akhirnya, sampai Dimita betul-betul ‘gulung tikar’ dan menyerah pada akhir tahun 1974” .

Awal 1975, oleh ‘Eugeune Timothy’ sang pentolan ‘Remaco’ berhasil menggaet Panbers dan memulai debut album kompilasi The Best of Panbers sebelum benar-benar menghasilkan album rekaman. Terbitlah, ‘Musafir, Selembar Harapan, Bebaskan, Tinggallah dll. Namun, Panbers hanya bertahan dua tahun saja karena perusahan ‘Irama Tara’ sudah menanti dengan album ‘Penggemar Setia, potret lama dll. Selanjutnya, Panbers bebas menentukan pilihan ke label dimana saja seperti Flower Sound, Purnama & Nirwana dsb. Tahun 1985, Panbers kembali kedalam pelukan Remaco dan menghasilkan hits fenomenal ‘Gereja Tua’ yang sebelumnya sempat terpending di studio selama dua bulan untuk menentukan judul yang sesungguhnya antara ‘Kenangan di Desa atau Gereja Tua’. Oleh produser, dari segi komersil di putuskan judul Gereja Tua dengan alasan di Indonesia terdapat peninggalan jajahan Belanda dan terdapat bangunan bersejarah berupa Gereja Tua. Masihkah kau ingat waktu di desa/ Bercanda bersama disamping gereja/ Kala itu kita masih remaja/ Yang polos hatinya bercerita/ Waktu kini t’lah lama berlalu/ Sudah sepuluh tahun tak bertemu/ Entah di mana kini kau berada/ tak tahu dimana rimbanya.. Benar saja, album Legendaris ini sukses besar dalam menembus pasaran musik pop indonesia sebagai salah satu karya agung yang berjaya dan bahkan di rekam berbagai versi ‘Daerah, Dangdut, Disco, Solo & Duet maupun di aransemen ulang masih diperdengarkan sampai sekarang “memasuki Era ke ‘Empat”. Benny berbagi pengalaman saat show di Sulawesi-Selatan (Pare-pare dan Makassar) ‘Antusias penonton yang nota bene mayoritas Muslim me-request khusus lagu Gereja Tua, dinyanyikan secara bersama-sama ditengah undangan hajatan pernikahan di Islamic Centre. Pada awalnya, ada keraguan dari Benny, namun sirna tanpa melihat ada nilai perbedaan di dalamnya. Maupun, saat Panbers show amal di pedalaman Buntok (Kalteng,). Sebelumnya, warga buntok tak pernah mendapat tontonan seperti ini, sehingga masyarakat dari berbagai generasi tumpah ruah dalam ruangan, berdiri secara spontan dari duduknya saat Benny melatunkan lagu Gereja Tua. Tentu saja, membuat Benny terharu dan menitikkan air mata dan bertanya?. Ternyata, menurut mereka lagu tersebut sangat sakral bagi penduduk Buntok.

Perjalanan karier Panbers, seakan tidak pernah tidur untuk berkarya. Walau, gempuran penyanyi perempuan menjamur dimasa itu, tidak menyurutkan langkah Panbers menghasilkan hits-nya yang monumental dan bisa menjadi lagu Legenda lagi, seperti, ‘Cukup Satu Kali (1995). Walaupun salah seorang personilnya ‘Hans Panjaitan’ telah berpulang kehadirat Tuhan pada tanggal 12 maret 1995, mereka tetap menghasilkan lagu fenomenal yang sempurna setahun setelahnya ‘Cinta dan Permata (1996)’. Sementara, ada beberapa band-band mencoba eksis kembali setelah ditinggal personilnya , mereka tidak mampu menghasilkan karya baru untuk mengangkat namanya kembali dan hanya mengandalkan lagu lama saja yang direkam ulang. Selama berkarier 38 tahun, panbers sudah menghasilkan penghargaan tertinggi di musik berupa, ‘dua belas’ Golden Record dan ‘satu’ Silver Record serta puluhan Tropy dan penghargaan lainnya. Kemudian, mereka mempunyai Pengalaman manggung di 350 kota besar-kecil sudah di jalaninya, dalam rangka ‘rel show’. Bahkan daerah terpencil di perbatasan Filipina-Manado maupun perbatasan Maluku Tenggara-Irian Jaya (Papua), Pedalaman Buntok (Kalteng), Tantena & Luwuk dan beberapa Negara seperti Amerika, Jerusalem, Singapura, Malaysia & Hongkong sudah dikunjunginya. Sepantasnyalah mereka tercatat di MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai band paling banyak mengadakan show diberbagai kota dan desa terpencil maupun sebagai musisi yang menelurkan lima belas rekaman album berbagai ragam bahasa daerah. Personil Panbers ‘Benny Panjaitan’ harus diakui kepiawaiannya menguasai 15 Bahasa Daerah bahkan sangat terobsesi ingin menyanyikan semua lagu dari berbagai bahasa di Propensi ini sebagai kepeduliannya. Untuk mensiasati industri musik khususnya penggemarnya supaya tidak jenuh dengan lagu itu-itu saja, Panbers maupun Benny Panjaitan merekam Album Solo-nya berbagai ragam bahasa Daerah yang dikuasainya, seperti: “Manado, Batak, Tapanuli, Gorontalo, Padang, Flores, Pelembang, Jawa” dll. Yang menarik dicatat, ‘Benny Panjaitan’ sangat prihatin yang dinamakan penilaian di Republik ini, contoh: salah satu “Majalah Musik” edisi Desember 2007, mengenai “150 Album Indonesia Terbaik”. Menurutnya, “tidak objektif karena berdasarkan kepentingan pribadi, paling tidak harus berbicara fakta dan kalau memang tidak tahu tentang pelaku sejarah musik Indonesia itu sendiri, tanyak langsung ke yang bersangkutan”. Dia menambahkan, “untuk menilai suatu karya harus mencintai dulu budayanya”, imbuhnya.

Pada Album ‘Indonesia My Lovely Country’ yang berbicara tentang keindahan alam panorama Indonesia seperti ini: Indonesia my lovely country/ Were we were born and live now/ My country of the thousand island / And million rivers everywhere/ Jawa and the ancint Borobudur/ Bali and the magnificent temple/ Sumateraand the Toba Lake/ Kalimantan and the forest. Indonesia sekarang ini sedang menggalakkan yang namanya “Visit To Indonesia” rencana yang indah, rencana yang bagus adalah suatu rencana yang harus ditunjang dengan publikasi, bagaimana mungkin seorang Turis Lokal maupun Mancanegara akan tertarik mengunjungi Indonesia kalau mereka saja tidak tahu di sana ada Danau Toba, Borobudur, Tanah Toraja, Bunaken, Pangandaran & Danau Kalimatu dll. “Seharusnya, diperdengarkan dahulu lagu-lagu yang berbicara jamrud khatulistiwa sehubungan dengan keindahan Indonesia di segala Hotel, Pesawat & Televisi. Bagaimana mungkin pemerintah suruh datang, sementara sebahagian masyarakat kita banyak tidak tahu, kok.. mengundang orang Asing?” seperti kutipan yang diungkapkan Benny Panjaitan kepada penulis. Para Musisi sudah melakukan dengan lagu-lagunya sudah sejak lama, apakah pemerintah mau menghargai itu dan memberikan suatu Rewared pada mereka?. Kondisi ini memang berbeda, apabila kejadiannya itu seorang Ilmuan atau Pekerja Sosial, pemerintah sangat ‘peduli’ memberikan Upakarti. Berbeda dengan para seniman yang menjadi legenda, berjasa mewariskan karyanya untuk dinikmati masyarakat justru tidak pernah mendapatkan Upakarti dari pemerintah. Contoh paling jelas, dapat dilihat dengan ‘maraknya Tivi-tivi Swasta’, namun tak satupun stasiun televisi tersebut memberikan ruang bagi musisi senior untuk berkompetisi. Benny-pun mengungkapkan kegundahan-nya pada penulis, “Apakah group-group seangkatan kami sudah tidak layak tampil?.. kita tidak boleh dibilang tua dimusik, tidak ada lagu tua dan lama. Lagu itu hanya ada dua kriteria, popular dan tidak popular.. bertahan dan tidak bertahan yang menjadi legenda atau menjadi agenda!.

Dilihat dari Umur, para personel Panbers sudah tidak muda lagi. Namun, semangat musikalitasnya sepertinya tidak pernah mati menghidupkan musik Indonesia dari era 70-an hingga sekarang. Mereka, menghadirkan jenis musik sederhana dengan basic musik pop yang diracik dari berbagai aliran, Etnik, Beat, Balada bahkan Melayu. Panbers, mampu menyihir begitu banyak penikmat musik indonesia, larut dengan lagu-lagunya yang penuh Nostalgia, lalu kemudian setia, tidak berpaling kelain hati. Dan inilah pertanda kian menguatkan popularitas Panbers tetap ‘solid’ dengan personil yang bertambah Benny (Lead Vocal, Gitar), Doan (Vocalis, Keyboard, Gitar), Asido (Drumer), Hans (Gitar), Maxi (Bass Gitar) & Henry (Biola, Rhytem Gitar). Mereka, telah melegenda dan seakan mengukuhkan kelebihan Benny Panjaitan sebagai seorang komposer dengan seabrek ‘gagasan’ dan ‘rasa’ yang hebat. Sudah dibuktikannya, dalam perjalanan album Solo maupun Duet-nya bersama Indah Permatasari, Deddy Dores, Atiek CB dan Band Tuna Netra yang di asuhnya. Tak cukup sampai disitu, Panbers unjuk gigi merilis album yang di beri titel MENUJU ERA KE –4 plus Album seri Kolektor yang betul-betul orisinalitas. Album ini, berisi empat cakram CD dari album lawasnya masih dalam bentuk PH (Piringan Hitam) dari volume Satu, Dua dan Tiga direkam secara ‘manual’ dalam bentuk Compact Disc. Album proyek keluarga ini, berisi sepuluh lagu-lagu baru, diantaranya Hati Yang Merindu, Rindu, Salahkah Aku & Sayangku. Kebanyakan lagu dalam album ini ditulis Benny Panjaitan & Doan Panjaitan, tak ketinggalan putra kedua Benny Panjaitan ‘Dino’ mempersembahkan lagu ciptaannya untuk sang ayah tercinta Damai itu Indah. abum tersebut sudah rilis awal tahun 2008 baru lalu, tema yang disuguhkan masih sarat akan nuansa melankoli dengan bait-bait cinta yang sangat melodius berkelas tentunya.

Tahun 2010 adalah masa2 yang diRundung duka bagi keluarga Besar Panjaitan akan musibah yang menimpa Benny Panjaitan yang tiba-tiba jatuh sakit terserang stroke sejak bulan Juni 2010 hingga saat sekarang ini (Tahun 2014) menunggu Mujizat dari Tuhan untuk kesembuhannya. Begitupula salah satu personil PANBERS ‘Doan Panjaitan sang Vokalis, Keyboard & Bass telah berpulang kehadapan Tuhan pada tanggal 30 Oktober 2010 di usianya menginjak 60Tahun akibat Gagal Ginjal. Kini personel Panjaitan bersaudara tinggal menyisakan Benny Panjaitan & Asido Panjaitan & sang Opung Bosani Panjaitan yang selalu memberikan suport kekuatan kepada anak2nya tiada henti menyemangati bahwa cobaan ini bukan hanya sendirian, masih ada orang lain menerima cobaan yang lebih berat dan dengan bersyukur akan lebih mudah menjalaninya dan bertahan untukNYA.  PANBERS boleh kehilangan sang Vokalis Benny Panjaitan, namun tak bisa disangkal bahwa nyawa Group ini berada ditangan nama besar Benny Panjaitan yang berharap kesembuhan, karena dia sadar PANBERS adalah jiwa dan Nafkahnya, tanpanya PANBERS ibarat Sayur tanpa Garam.. Untuk itu....Dia  mempunyai semangat bertahan hidup karena Musik dan Pencintanya,  berharap keAjaiban berPihak padanya dan  percaya kelak akan tiba Mujizat itu... Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar