Senin, 02 Juni 2014

MUS MULYADI




       


   Si Raja Keroncong,


                                        MUS MULYADI

Siapa bilang,  mengusung lagu keroncong & Langgam Jawa hanya dapat dinyanyikan dan dinikmati kalangan orang tua-tua saja?. Buktinya, di masa itu ada ‘generasi muda’ yang bernama “Mus Mulyadi” berhasil membuat pukulan dahsyat di industri musik kroncong yang kala itu dimiliki Gesang, Isnarti, Bram (Aceh) Titaley, Tan Tjeng Bok (Pak Item), Itjih Sumarni & Waljinah saja.  Semula Mus Mulyadi, menggeluti lagu-lagu Pop malah sebaliknya sukses diraihnya dari keroncong & Langgam Jawa yang membawanya melanglang buana ke berbagai negara, seperti: Francis, Belanda & Belgia, kecuali Rusia yang belum disinggahinya “konon… belum ada akses kesana”, ungkapnya!. Bahkan kesohoran namanya dikenal di negara Amerika & Suriname dengan tembang-tembangnya seperti: Rek Ayo Rek, Rondo ngarep Poma & Gerimis. Sejak itulah kiprahnya makin menggila dan bukan hanya kancah Keroncong & Langgam Jawa saja yang digelutinya, tapi Melayu & Dangdut-pun di rambahnya. Bahkan enam penghargaan diraihnya, membuat namanya makin dikenal.  Seperti: “peraih 2 Piring Emas untuk Lagu Melayu & Dangdut “Hitam Manis & Siksa Kubur” (1974 & 1978), Penyanyi Dangdut Favorit “Duet‘Herlina Effendy” - PUSPEN ABRI (1984/1985), Anugerah Pernyanyi Langgam Jawa Legendaris Kroncong Kreatif (1993), Meraih BASF Award XI - Musik Keroncong (1996) dan Peraih Keroncong Award  - “Pengghargaan dari Dinas Kebudayaan & Permesiunan DKI – Jakarta” (2002).

Keluarga Seniman,

Menurut, anak ke-tiga dari delapan bersaudara ini. Semula bercita-cita menjadi seorang arsitektur, namun akhirnya lebih lekat dengan tarik suara karena hampir setiap hari melihat orang tuanya bermain gamelan mengiringi penyanyi lainnya dimasa itu. Mus Mulyadi, Lahir di Surabaya 14 Agustus 1945 dan masa kecilnya hingga remaja dihabiskan di kota Surabaya. Berkeseniannya, tidak pernah  didesain oleh sang bapak Ali Sukandi  yang berprofesi sebagai pemain Gamelan untuk mengikuti jejaknya. Meski, Tiga dari delapan saudaranya  ini lebih memilih menggeluti berkeseniannya di jalur tarik suara. Dua Kakaknya, Sumiati adalah penyanyi Keroncong di Belanda dan Mulyono dikenal di Surabaya sebagai penyanyi keroncong pula, sementara adiknya dikenal sebagai   Mus Mudjiono. 


Mendirikan Band,

Terjadi sekitar tahun 1962 – 1969. Kecintaannya kepada musik indonesia dimasa remaja sudah mendarah daging semasa domisili di Surabaya, Mus Mulyadi sudah  membentuk band 'Irama Puspita' yang personilnya tiga belas wanita-wanita perkasa yang telah dipersiapkan untuk sukses di dunia panggung hiburan. Band asuhannya, pernah mengisi acara PON I GANEFO di Jakarta dan merajai berbagai ajang lomba-lomba Festival di kotanya, tiga diantaranya adalah: Tititek AR, Lies AR,  Sugien alias Susie Nander.  Mereka kelak dikenal dengan nama “Dara Puspita” setelah  hengkang secara diam-diam tanpa sepengetahuannya ke Ibukota Jakarta. Ada selentingan yang mengatakan, ‘bubarnya’ band asuhannya tersebut di sebabkan oleh keberadaan “Kus Bersaudara” yang sering show di kota ini.  Setelah itu, Mus Mulyadi-pun membubarkan dan kemudian membentuk band baru dinamai ‘Ariesta Birawa’, dengan personel: Drummer- Jeffry Zaenal (Abidin), Rhytem- Harris, Melody- Oedin Syach & Bassis/Vocal- Mus Mulyadi, mereka merilis album rekaman ‘Jaka Tarub’  di sebuah label yang banyak memproduksi rekaman Koes Plus dan Panbers, PT. Dimita Moulding Industries. Namun, belakangan  band ini menghasilkan album rekaman lokal di Serimpi Recording (Si Ompong & Masa Depanmu), tahun 1972 tanpa keterlibatan Mus Mulyadi, kemudian di rilis ulang pada tahun 2005 di recording Shadoks-Jerman.                    


Menjadi Pengembara,

Medio tahun 1969, atas ajakan Jerry souisa sebagai pimpinan rombongan mengajak ‘dua’ anggota Group Ariesta Birawa (Mus Mulyadi & Jefry Zaenal) melakukan tur pertunjukan di sebuah hotel di Singapura. Pada awalnya Mus Mulyadi merasa ragu meninggalkan Group-nya yang di masa itu cukup punya gaung di kalangan arek-arek suroboyo, apalagi belum begitu lama Ayahandanya meninggal dunia. Sampai akhirnya, berangkatlah rombongan yang terdiri empat orang tersebut. Selama dua minggu perjalanan dengan menggunakan kapal kayu dan terdampar di ‘Tanjung Pinang’ ,  kemudian rombongan ini menerima show tanpa dibayar pada acara hajatan perkawinan pada salah satu putri saudagar tauke cina sebagai upah hasil kerjanya untuk diseberangkan ke Negara tersebut. Selama pengembaranya, mereka menumpang di rumah salah satu penduduk suku Melayu, hampir setiap malam Mus Mulyadi membuat lagu dan berdoa “Minta Tuhan kasi feeling untuk bikin lagu yang bagus, biar tidak terkenal… yang penting dapat duit, kami mau pulang ke Indonesia”. Singkat ceritera, mereka hampir dua tahun dalam pengembaranya tidak kunjung mendapatkan tawaran show, mereka menjadi Gelandangan dan terlunta-lunta ‘tanpa, Makanan, Pekerjaan dan Uang’.  Nasib buruk nampaknya sangat suka mengikuti rombongan ini, benar juga peribahasa, ‘Hujan Emas di Negeri orang, masih lebih enak Hujan Batu di Negeri sendiri’  berlaku pada rombongan ini.  Waktu berjalan, dengan keteguhan, keiklasan hati dan spirit merekalah sehingga membuat sejarah dan kenangan  yang dipersembahkan untuk menjadi saksi lahirnya THE EXOTIC, dengan personelnya: Lead Guitar- Jerry Souisa, Rhytm Guitar- Arkan, Bass Guitar/ Vocal- Mus Mulyadi, Drummer- Jeffry Zaenal (Arifin).  Tidak tanggung-tanggung mereka merilis dua album sekaligus berupa “POP dan Keroncong” yang dikemas dalam bentuk vinyl/ plat - Seven In (biasa juga disebut EP 7/Extended Play). Mereka mengusung lagu Persembahanku, Jumpa dan Bahagia (POP) & Jauh di Mata (Keroncong) dibawah recording LIFE – Singapura. Namun Sangat disayangkan, Mus Mulyadi cs belum menikmati hasil jerih payahnya setelah rekaman, karena  langsung kembali ke Indonesia bertepatan wafatnya sang Plokmator RI – Bung Karno.


Asal Mula Nama’Mus Mulyadi,

Memang sudah sewajarnya, kalau cinta seorang anak kepada  orang tua tidak bisa sirna begitu saja, terlebih kepada  kecintaannya kepada Ibu yang mengandung dan melahirkannya.  Kejadiannya, saat pembuatan Cover album Exotic ini, “bingung aku, namanya Mulyadi, kok ndak enak… artis kok Mulyadi?. Terus tak kasi nama depan ibuku, tak taruh di depan!”.  Ungkapnya polos.  Mus Mulyadi yang semula bernama asli “Mulyadi” mengutif nama depan ibunya “Muslimah”  untuk dipakai menjadi “Mus Mulyadi” dan akhirnya kelak diikuti adiknya  Mudjiono (Nono) menjadi Mus Mudjiono”.

Mulai Rekaman,

Keberadaanya di kota Surabaya, mulai tercium para panitia show Jakarta untuk terlibat meramaikan panggung show datang padanya. Salah satunya,  Panitia memintanya sebagai pengganti Muchsin Alatas yang berhalangan hadir karena sakit untuk mendampingi Titiek Sandhora show di Bali (Singaraja dan Denpasar). Sukses show pertamanya  mendampingi Titiek Sandhora membawakan lagu-lagu ‘Bermain Tali, Dunia Belun Kiamat & Si Jago Mogok’, datang bertubi-tubi jadwal show untuk mendampingi penyanyi Ibu Kota lainnya yang sedang show disekitar Jawa Timur.  Sosoknya yang  sederhana dan memiliki daya tarik dan tampak natural, membuatnya mudah merambah dunia rekaman album Pop, Melayu, Mandarin dan Dangdut mulai membanjirinya. Dimulai dengan debut album duetnya bersama Laily Dimyatie (Saling Menolong, Ngotot & Cinta Terpendam), disusul bergabungnya dengan The Favourite’s (Mawar Berduri,  Mimpi Sedih & teratai Putih).  Berlanjut dengan album-albumnya bersama Wiwiek Abidin (Siapa Ingin Kenalan), Tetty Kadi (Sehidup Semati & Sepasang Remaja) Ida Laila (Siksa Kubur, Bunga Dahliah & Suara Hati), Irni Yusnita (Seminggu di Malaysia & Adik Sudah Ada Yang Punya), Titiek Sandhora (Bagong Adu Ayam) dan Waljinah (Mbakyu Kiambi Biru & Mas Carik). Demikian pula pemunculan album solonya yang bertajuk Hitam Manis (Melayu) yang melibatkan Oma Irama pada Melody dan Rek Ayo Rek (Jawa), berhasil mencetak album dengan rekor penjualan yang fantastis di masanya.
 
Terkenal di Keroncong,

Perkenalannya dengan musik keroncong diawali ketika bersama dengan The Favourite’s saat  menelurkan album pertamanya, Mus Mulyadi membawakan sebuah lagu berjudul “Kr. Selamat Jalan”.  Sehingga oleh produser, Mus Mulyadi diarahkan ke album solo karena dianggap membawa Hokky membawakan lagu-lagu Keroncong. Terbitlah album solo pertamanya “Dewi Murni & Kota Solo”, secara mengejutkan menjadi album laris dan terjual hingga ‘satu juta’ keping. Keberhasilannya membawakan lagu-lagu keroncong bukan berarti berjalan mulus bagi Mus Mulyadi, sempat menuai kritik para seniornya “Dulu…orang keroncong marah sama aku, karena keluar dari pakem - (Mus Mulyadi, tidak menggunakan suara Falsetto karena langsung ke nada Power)”. Mereka bilang “Keroncong itu mau dibawah kemana?” dan kembali Mus Mulyadi menjawab protes dari seniornya “Keroncong itu jangan dimonoton seperti yang sudah-sudah, kalau itu saja…mana bisa ada revolusinya, yang penting kasetnya laku?”. Terbukti, sampai sekarang Mus Mulyadi sudah menghasilkan lebih dari dua ratus album irama keroncong, mulai dari Pop, Melayu, Jawa & Rohani dan tidak mengherankan album keroncong Mus Mulyadi mendominasi pasar musik keroncong  ditanah air selain album keroncong Hetty Koes Endang dan Sundari Sukotjo.


Ketemu Jodoh,


Sukses di dunia tarik suara & sinema, namun dalam hal sukses merebut perhatian lawan jenis tidaklah muda bagi seorang Mus Mulyadi. Diakuinya, suatu hari dia membaca majalah Aktuil (versi’ kecil)  memberitakan penyanyi Jawa Timur - Kabupaten Sidoarjo “Porong Sister” yang personilnya kakak- beradik “Helly & Nancy”. Menurut Mus Mulyadi, “Salah satu perempuan itu cantik dan menarik hatinya”. Secara kebetulan,  dalam waktu dekat Mus Mulyadi mengadakan pertunjukan keliling Jawa Timur (Surabaya, Malang,  Jember & Banyuwangi). Atas permintaan Mus Mulyadi kepada promotor pertunjukan untuk melibatkan Porong Sister  mendampinginya, berbuah hasil. Dengan sepucuk surat balasan yang berbunyi  Kami menyediakan diri, sanggup untuk mengikuti Mus Mulyadi show di Jawa Timur” terjawab sudah. Akhir tahun 1973, Mus Mulyadi sudah kecantol dengan salah satu personilnya “Helly (Helen) Sparingga” yang dikenal salah satu Penyanyi aset JK Record era tahun 1980-an. Tidak terlalu lama saling mengenal, dua tahun kemudian tepatnya tanggal 8 Mei 1975 mereka mencatatkan  pernikahannya di catatan sipil dan menghasilkan sepasang Putra-putri “Irena Patricia Melati (22 Juli 1977) dan Erick Rinanda Eriady (17 Januari 1978). Kini kedua buah hatinya menetap di Australia dan sesekali Mus Mulyadi dan Helen Sparingga mengunjungi mereka melepas rindu dengan cucu-cucunya atau menikmati ‘hari tua’ di rumahnya di Perum. Alfa Indah yang penuh Cinta dan Damai.
                                                           

5 komentar:

  1. Wah salah ente personil awal arista birawa adalah. Musmulyadi,m.yusri,sunata n zaenal.

    BalasHapus
  2. Wah salah ente personil awal arista birawa adalah. Musmulyadi,m.yusri,sunata n zaenal.

    BalasHapus
  3. Salam kenal pak @Jo Arka dan terimakasih atas koreksinya... Namun perlu diketahui bahwa tulisan ini adalah wawancara langsung oleh mas Mus Mulyadi, jadi harus dipertanyakan langsung ke mas Mus Mulyadi kembali hasil wawancara ini soal kebenarannya, tulisN ini sdh menjadi tulisan di media dan menjadi buku panduan s3kolah2 musik dan radio2..dll

    BalasHapus
  4. Namun rasa hormat saya kepada bapak dan menjadi catatan jose, jose sendiri pada tahun ini 1969 saat terbentuk ARIESTA BIRAWA masih Tatah-tatah, hehehehehehehe.. apakah bapak ada info terbaru untuk group ini?

    BalasHapus
  5. Salam kenal pak @Jo Arka dan terimakasih atas koreksinya... Namun perlu diketahui bahwa tulisan ini adalah wawancara langsung oleh mas Mus Mulyadi, jadi harus dipertanyakan langsung ke mas Mus Mulyadi kembali hasil wawancara ini soal kebenarannya, tulisN ini sdh menjadi tulisan di media dan menjadi buku panduan s3kolah2 musik dan radio2..dll

    BalasHapus