Senin, 16 Juli 2012

MINEL



MINEL, kelahiran Pasuruan,19 Mei 1968...Terlahir dari pasangan Sudarmadji (Tulung Agung) dan Almh.Khana (Tretes) yang memiliki darah kesenian yang diwariskan pada anak2nya, bahkan keluarga besar ini sudah beranak pinak tidak saja di Indonesia tp sdh menetap diNegara Belanda dan berkesenian dikenal sbg penyanyi Gospel dan di Swiss sbg penyanyi soul “papa Crazy”.

Di usia belia Minel kecil sudah menguasai seni Tari Tradisional maupun Tari Modern dan setiap tahun menjuarai Lomba sudah sering dimenangkannya, dunia rekaman baru berpihak padanya saat duduk di bangku kelas 3 SMA Neg.I- Pandaan-Pasuruan Jawa Timur, lewat album ‘Sombong/cipt. Henry Martinez (thn.1987/88)’ musik Harry Anggoman. Kemudian album ke2 kembali terbit setelah aktif kuliah di univ.Borobudur-Kalimalang jakarta Timur dengan album ‘Belenggu/cipt.Rina&Joel Crizal (thn.1991/1992)’ dan sederet album2nya al; Ingin jadi Orang Kaya, Saputangan Kroncong Reggae (feat Rama Aiphama), Mata Macan dan terakhir sempat dapat tawaran lagu dangdut rock ‘Kasih/cipt.Taufiq Alwi namun rimbanya tak diketahui. Minel, dengan rasa bangga mengembalikan ingatan masa kejayaannya saat melenggang tidak hanya show diseluruh pelosok Nusantara bahkan di Negara-negara yang dilaluinya sebagai pekerja seni maupun sebagai duta seni bersama Yayasan Jodi Utomo/pimp.Isti Dary Sofia bersama sejawatnya al: Sandro Tobing,Christine Panjaitan,Lilies Suryani, Cut Yanty,Ismi Azis, dll, melewatkan ke negara Amerika,Eropah, Austria dan negara2 lainnya kecuali Afrika yang belum disinggahinya adalah rasa bangganya sebagai seorang selebriti ternama.

Sebuah pernikahan yang sakina adalah dambaan setiap wanita untuk menaikkan drajatnya dimata Allah, namun kisah duka dan nestapa sebuah pernikahan adalah sebuah penderitaan yang dialami seorang nama besar MINEL yang dikisahkan pada saya Jose Choa Linge bhw Pernikahan selama setahun yang pernah diajalaninya adalah Neraka dan seakan dirinya menikahi seorang pria Syetan pemuja dari segala dedemit yang pantas dinamakan pada seorang Datuk Maringgihi (nama saamaran) seorang Paranormal menguasai ilmu hitam dan santet yang paling kejam yang pernah dia kenal. Perkenalannya dirumah temannya yang sdh seperti family yang bernama siti Nurbayati (nama samaran), sepertinya sudah mempersiapkan cara untuk menjerat korban untuk disembahkan ke Datuk Maringgihi dan diluar kesadarannya Deposito, Rumah dan Harta dititipkan ketemannya hilang tanpa bekas. Minel berusaha menolak dengan dalih takut masuk kamar karena didalam kamar sdh banyak anak buah datuk sperti sebuah kelompok sekte berbaju hitam2 mengelilingi garis bundaran dimana Minel yang lugu dikalungi ular belang kuning hitam dilehernya tanpa bisa berbuat apa2 untuk berkata ‘tidak’ sebagai istri.

Selama mengarungi samudera cinta, bukan bahagia yang tersirat dibenaknya namun penderitaan hampir setiap hari dirasakannya tanpa bisa bebuat apa2 karena titah sebagai istri soleha. Siksaan lahir dan bathin dialaminya sabang hari, terkurung dalam rumah, pukulan, tendangan, tonjokan,injakan dan bahkan pernah mengalami mati suri karena digantung dengan jeratan tali bertelanjang hanya memakai BRA dan CD lalu dimasukkan dalam lemari itu semua dialaminya sebagai kodrat lemah atas nama ‘istri’ yang manut yang bernama ‘suami’. Sebagai istri Minel berusaha tabah dan bertahan untuk dua nyawa anak manusia yang cacat sejak lahir bernama Wahyu (putri/9thn) dan Dika (putra/4thn) anak bawahan Datuk Maringgihi dr istri pertamanya yang selalu merasakan tendangan dan sabetan sabuk pinggang dan naluri seorang ibulah membuat Minel sebagai pembela anak2 tak berdosa ini merelakan tendangan dan sabetan sabuk pinggang mampir ditubuhnya yang mulus putih menjadi membiru adalah rutinitasnya.

Sepanjang kesaksiannya lewat pembicaraan telepon genggam saya jose merasa marah, miris dan kawatir apakah Minel syok dengan segala pertanyaan2 saya dan berulang kali pulak saya tanyak ‘mbk minel nggak papa kan?, bisakah kita lanjutin pembicaraan ini?’, Minel melanjutkan kisahnya bahwa naluri istri yang tabah slalu ditunjukan terhadap suaminya seperti membuka sepatu, memakaikan celana, baju dan memandikannya bahkan merawatnya bila Datuk Maringgihi sedang kumat ambeannya dikompres dan sesekali dikisahkan dongen para nabi2 tentang kisah Nabi Ayub tentang kesabaran agar datuk bisa berubah bahkan anak2 inipun mendapatkan hal yang sama dengan datuk bila malam hari didongenkan ttg kisah kancil yang cerdas dan kisah dongen2 lainnya tentang anak bakti terhadap orang tua.

Minel mengisahkan bahwa sepanjang pernikahannya sedikitpun ‘bahagia’ sajapun tidak dirasakan, bahkan lingkungan untuk pergaulan jangankan berkesenian untuk komunikasi para sahabat senimanpun sangat ditabukan bahkan bergaul sesama tetanggapun tidak pernah boleh karena selalu dipantau dan terpenjara tinggal dikawawasan di kota Surabaya dibagian barat dimana lingkungannya masih dikelilingi para bromocorah (preman) yang bernama ‘Manuan’ dan minel merasakan hidup terkurung dengan syetan berwujud manusia. Bahkan sang Buah Hati yang ditunggunya harus mengalami nasib naas saat usia kandungannya menginjak 4Bulan, si manusia berhati syaiton itu menendang dan menginjak2nya dan terpaksa Minel harus tidur diBangsal Rumah Sakit untuk mengalami perawatan intensif dan sang Jabang bayi harus dikurek demi menyelamatkan sang ibu dari pintu kematian.

Minel si Istri akhirnya berontak dan harus lepas, saat kesempatan lengah si Datuk Maringgihi sedang mencuci mobil di car wash maka Minel kabur dengan Taxi dan sempat tertahadang dengan dua anak2 yang bersimpuh dikakinya sambil memeluk berteriak histeris tidak ingin sang pembela pergi tinggalkan dan apa jadinya bila Minel tidak ada disampingnya siapalagi yang membelanya, siapalagi mendongenkan saat menjelang tidurnya dan siapalagi merawatnya bila sakit dan siapa ..siapa..siapa. Tiba2 kekuatan itu ada setelah ada pergulatan dengan suara hatinya ‘jangan bertahan dirumah itu...anak2 ini bukan darah dagingmu... Ayahnya menyiksamu...pergi segera, selamatkan dirimu sebelum terlambat’, maka meluncurlah Minel menuju pertolongan pertama minta diantar di AU (Angkatan Udara)-Mayjend Sungkono, Surabaya untuk minta perlindungan.

Minel seorang berbudi luhur yang tidak hanya jiwanya penuh dengan hati tulus, pertimbangan gugatan cerainya dipengadilan diluluskan adalah sebuah karunia dan mencabut gugutan memenjarakan Datuk Maringgihi di kepolisian surabaya karena pertimbangan dua anak manusia yang berpegang sbg ayahnya apalah jadinya bila Datuk Maringgihi terpenjara maka tamat sudah kehidupan dua anak cacat tak berdosa ini. Kini Minel sdh melupakan peristiwa diawal tahun ‘dua ribu’ dan menyongsong suka cita di tahun ‘dua ribu dua belas’ dengan album Pop bersentuhan Tuhan diberi nama SUVI si ‘Penebar Cinta’ bertema Religi Universal menyentuh Asma Tuhan dengan melibatkan Harry Anggoman sebagai penata musiknya dan enam lagu lainnya dikemas manis seperti lagu pop lainnya dan jauh dari sentuhan Rock seperti diawal kebangkitannya di peta musik indonesia sedang dipersiapkannya.. Selamat datang kembali MINEL, musik pop tanah air selalu menunggu kepulanganmu untuk Musik Indonesia dan penggemarmu.

1 komentar: